KESIMPULAN TEAM MUSYAWWIRIN DHF
*HUKUM MENGGERAKKAN JARI TELUNJUK SAAT TASYAHUD*
===============================
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAPAT LINTAS MADZAB/ARBA' MENGENAI MENGGERAKKAN JARI TELUNJUK SAAT TASYAHUD
Dalam hal menggerakkan jari, ada beberapa hadits Nabi s.a.w yang menjelaskan tentang itu, salah satu riwayatnya memang menunjukkan bahwa Nabi s.a.w. mengegerak-gerakkan jari telunjuknya ketika bertasyahhud, akan tetapi hadits lainnya tidak mengatakan hal yang sama. Berikut hadits-hadits seputar memberi isyarat pada saat tasyahhud;
Hadits Pertama:
رَوَى ابْنُ عُمَرَ قَالَ «كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ، وَرَفَعَ أُصْبُعَهُ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ، فَدَعَا بِهَا، وَيَدُهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ بَاسِطًا عَلَيْهَا» رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Ibn Umra r.a. “Nabi s.a.w. jika ia duduk dalam shalat, ia melettakan tangannya di lututnya, dan mengangkat jarinya yang di sebelah jempol, lalu berdoa, dan tangan kirinya di atas paha kiri terbuka jari-jarinya.” (HR. Muslim)
Hadits Kedua:
رَوَى وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ «أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَضَعَ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ عَقَدَ مِنْ أَصَابِعِهِ الْخِنْصَرَ وَاَلَّتِي تَلِيهَا وَحَلَّقَ حَلْقَةً بِإِصْبَعِهِ الْوُسْطَى عَلَى الْإِبْهَامِ، وَرَفَعَ السَّبَّابَةَ يُشِيرُ بِهَا» رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد.
Dari Wail bin Hujr r.a.: “Nabi s.a.w. meletakkan siku kanannya di atas paha kanan kemudian menggenggam kelingkin dan jari setelahnya lalu membuat lingkaran dengan jari tengah dan jempol, dan mengangkat telunjuk memberi isyarat” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Hadits Ketiga:
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ «كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُشِيرُ بِإِصْبَعِهِ إذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا» رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ.
Dari Abdullah bin Zubair r.a. “Nabi s.a.w. memberikan isyarat ketika berdoa (tsyahhud) dan ia tidak menggerak-gerakkannya.” (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i)
Hadits Keempat:
رَوَى وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ في وصف صلاة النبي: ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا” رَوَاهُ أَحمد وَالنَّسَائِيُّ، والدارمي، وابن حبان
Dari Wail bin Hujr r.a. ketika menceritakan shalatnya Nabi s.a.w: “Nabi s.a.w. duduk dan membaringkan kaki kirinya, lalu menaruh telapak tangan kirinya di atas paha dan lututnya dan menjadikan siku tangan kanannya di atas paha kanannya, lalu menggenggam 2 jarinya dan membuat lingkaran kemudian mengangkat jarinya dan aku melihat ia menggerak-gerakkannya sambil berdoa” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Dari keempat hadits yang disebutkan di atas, satu-satunya hadits yang menunjukkan bahwa Nabi s.a.w. menggerak-gerakan telunjuknya ketika tasyahhud adalah hadits sahabat Wail bin Hujr, akan tetapi hadits ini juga masih menyimpan pertanyaan, ke arah mana jari menggerakkan telunjuknya? Atas bawah, atau kiri kanan? Itu tidak dijelaskan.
Namun di samping itu semua, ulama salaf dari 4 madzhab punya teknis yang berbeda dalam menyikapi hadis tersebut.
Terkait hukum memberikan isyarat dengan telunjuk ini, dan juga tentu di dalamnya di bahas terkait apakah boleh menggerakkan atau tidak.
___________________________________________
Madzhab al-Syafi’iyyah
Ketentuan dalam madzhab Syafi’i terkait hal ini adalah:
1. Jari kelingkin, jari manis dan jari tengah digengggam, telunjuk dibiarkan beserta jempol.
2. Memberi isyarat telunjuk ketika kalimat “illallah”, sampai akhir tasyahhud.
3. Memberi isyarat tanpa menggerak-gerakkannya.
Adapun hukum menggerak gerakan nya menurut qaul yg ashoh adalah makruh
(Ian-Nawawi dalam Minhaj al-Thalibin hal. 28)
وَيَقْبِضُ مِنْ يُمْنَاهُ الْخِنْصَرَ وَالْبِنْصِرَ وَكَذَا الْوُسْطَى فِي الْأَظْهَرِ وَيُرْسِلُ الْمُسَبِّحَةَ وَيَرْفَعُهَا عِنْدَ قَوْلِهِ: إلَّا اللَّهُ وَلَا يُحَرِّكُهَا (النووي – منهاج الطالبين 28)
“dan menggenggam kelingking serta jari manis tangan kanannya begitu juga jari tengah menurut pendapat yang masyhur dalam madzhb ini dan menjulurkan telunjuk lalu mengangkatnya ketika perkataan ‘illallah’ dan tidak menggerakkannya”.
albajuri"juz 1sohifa 172
فانه يشير بها رافعا لها حال كونها متشهدا وذلك عند قوله الاالله ولايحركها فان حركها
كره ولاتبطل على الاصح
Maka sesungguhnya jari telunjuk nya di isyarohkan dg mengangkatnya bersamaan penyaksian yaitu ketika membaca (الاالله)
Dan jangan di gerak-gerakkan dan bila di gerak-gerakan, hukum nya makruh dan tdk membatalkan sholatny menurut pendapat yg asoh.
Hasyiyah al-Qolyubi II/370
قَوْلُهُ : ( وَلَا يُحَرِّكُهَا ) لِأَنَّهُ مَكْرُوهٌ خِلَافًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى .قَوْلُهُ : ( لِمَا قَامَ إلَخْ ) وَهُوَ أَنَّ الْمَطْلُوبَ فِي الصَّلَاةِ عَدَمُ الْحَرَكَةِ ، أَوْ لِأَنَّ التَّحْرِيكَ يُذْهِبُ الْخُشُوعَ ، وَتَحْرِيكُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهَا لِبَيَانِ الْجَوَازِ .
(Dan janganlah digerak-gerakkan) karena hukumnya makruh berbeda menurut Imam malik rh karena menggerak-gerakkannya menyalahi tujuan shalat (tenang) atau karena dapat menghilangkan kekhusyuan, sedang gerakan jari rasulullah SAW saat tahiyyah (dimungkinkan) hanya sekedar menerangkan kebolehannya.
____________________
Madzhab al-Hanafiyah
أَنَّهُ لَيْسَ لَنَا سِوَى قَوْلَيْنِ: الْأَوَّلُ وَهُوَ الْمَشْهُورُ فِي الْمَذْهَبِ بَسْطُ الْأَصَابِعِ بِدُونِ إشَارَةٍ. الثَّانِي بَسْطُ الْأَصَابِعِ إلَى حِينِ الشَّهَادَةِ، فَيَعْقِدُ عِنْدَهَا وَيَرْفَعُ السَّبَّابَةَ عِنْدَ النَّفْيِ وَيَضَعُهَا عِنْدَ الْإِثْبَاتِ، (ابن عابدين – رد المحتار على الدر المختار 1/509)
“dalam madzhab kami hanya ada 2 pendapat: [1] meregangkan jari-jari tanpa memberi isyarat, [2] merenggangkan jari-jari sampai syahadat lalu menggenggamnya dan mengangkat telunjuk ketika nafiy (laa illallah) dan menurunkannya lagi ketika itsbat (illa Allah)”. (Ibn Abidin dalam Radd al-Muhtar 1/509)
Dari teks yang disebutkan oleh Imam Ibnu ‘Abdin dalam kitabnya, ketentuan madzhab Imam Abu Hanifah dalam hal ini adalah sama sekali tidak memberikan isyarat, atau memberikan isyarat namun hanya sebentar saja, yaitu ketika ia membaca kalimat “Laa Ilaaha” [لا إله], dan menurunkannya lagi ketika kalimat “Illallah” [إلا الله].
______________________
Madzhab al-Malikiyah
(وَ) نُدِبَ (تَحْرِيكُهَا) أَيْ السَّبَّابَةِ يَمِينًا وَشِمَالًا (دَائِمًا) فِي جَمِيعِ التَّشَهُّدِ وَأَمَّا الْيُسْرَى فَيَبْسُطُهَا مَقْرُونَةَ الْأَصَابِعِ عَلَى فَخِذِهِ (أحمد الدردير – حاشية الدسوقي على الشرح الكبير للدردير 1/250 – 251)
“Dan disunnahkan menggerak-gerakkan jari telunjuk ke kanan dan ke kiri seterusnya selama tasyahhud. Adapun tangan kiri, direnggangkan jari-jarinya di atas paha kiri” (al-Dardir dalam al-Syarh al-Kabir 1/250-251)
Dari teks yang disebutkan Imam Ahmad al-Dardir ini, ketentuan madzhab al-Malikiyah sebegai berikut:
1. Memberi isyarat telunjuk sejak awal tasyahhud.
2. Menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan, bukan atas bawah.
3. Membukan jari-jari tangan kiri dan tidak menggenggamnya.
Adapun dalam madzhab Maliki penjelasannya sebagaimana dalam kitab:
حاشية العدوي على شرح كفاية الطالب الربانيjuz III halaman 336والرابع أشار إليه بقوله : ( واختلف في تحريكها ) فقال ابن القاسم : يحركها .وقال ابن مزين : لا يحركها ، وإذا قلنا يحركها فهل في جميع التشهد أو عند الشهادتين فقط قولان اقتصر في المختصر على الأول .وظاهر كلام ابن الحاجب أن الثاني هو المشهور وعلى القولين فهل يمينا وشمالا أو أعلى وأسفل قولان
والثالث ) يستحب تحريكها ، حكاه الشيخ أبو حامد والبندنيجي والقاضي أبو الطيب وآخرون . وقد يحتج لهذا بحديث وائل بن حجر رضي الله عنه { أنه وصف صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم وذكر وضع اليدين في التشهد قال ثم رفع أصبعه فرأيته يحركها يدعو بها } رواه البيهقي بإسناد صحيح
Pendapat ketiga:
Sunnah menggerak-gerakkannya. Pendapat ini diceritakan oleh Syeikh Abu Hamid , Qadhi Abuththayyib dan yang lainnyaPendapat ini berhujjah dengan hadits Waa`il ibn Hujr radhiyallaahu 'anhu bahwasanya dia mensifati shalat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam , dia menuturkan (Rasulullah) meletakkan dua tangan beliau dalam tasyahhud.Dia berkata: Kemudian Rasulullah mengangkat telunjuknya, aku melihatnya beliau mengerakkannya, beliau berdoa dengannyaHR Al Baihaqi dengan isnad yang shahih
قال البيهقي يحتمل أن يكون المراد بالتحريك الإشارة بها لا تكرير تحريكها ، فيكون موافقا لرواية ابن الزبير ، وذكر بإسناده الصحيح عن ابن الزبير رضي الله عنهما { أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يشير بأصبعه إذا دعا لا يحركها } رواه أبو داود بإسناد صحيح
Imam Baihaqi berkata Dimungkinkan yang dikehendaki dengan TAHRIIK (menggerakkan) adalah berisyarat dengannya, bukan mengulang-ulang (dalam) menggerakkannya , dengan demikian cocok dengan riwayat Ibnuzzubair "Sesungguhnya Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berisyarat dengan jari telunjuk ketika beliau berdoa, beliau tidak menggerakkannya"
HR Abu Dawud dengan isnad yang shahih
____________________
Madzhab al-Hanabilah
(ويشير بسبابتها) من غير تحريك (في تشهده) ودعائه في الصلاة وغيرها عند ذكر الله تعالى تنبيها على التوحيد (البهوتي – الروض المربع 84)
“Dan memberi isyarat dengan telunjuk tanpa menggerak-gerakkan ketika tasyahhud dan doa dalam shalat atau selainnya ketika menyebut ‘Allah’ ta’ala sebagai bentuk kesadaran akan tauhid”. (al-Buhuti dalam al-Raudh al-Murbi’ hal. 84)
Berbeda dengan madzhab-madzhab pendahulunya, madzhab Imam Ahmad ini p Memberi isyarat dengan telunjuk hanya pada momen di mana seorang muslim yang bertasyahhud mengucapkan kalimat “Allah”. Dan isyarat itu tidak terus menerus, akan tetapi langsung turun kembali dan diangkat lagi ketika membaca kalimat “Allah” lagi. Dan yang pasti ketika memberi isyarat dengan telunjuk, tidak disertai dengan gerak-gerak.
Wallahu a’lam bish_showab
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar