Selasa, 10 April 2018

HUKUM MEMANGGIL MUSLIM KAFIR

KESIMPULAN TEAM DHF

SEPUTAR MEMANGGIL MUSLIM DENGAN SEBUTAN KAFIR
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

✅PERTANYAAN

Ini pertanyaan nya:

Assalamualaikum semua Pak ustadz/za DHF yg saya hormati dan Muliyakan..

#ada pertanyaan titipan..
Apakah betul ulama khilaf dalam hukum menuduh/mengakafirkan/menyebut orang muslim dengan sebutan hai kafir/hai yahudi?
Saya dengar Ada ulama yg menghukumi Dosa besar dan ada ulama Yg menghukumi Kufur akbar atas ucapan Tersebut..

MOHON penjelasan ny pak Ustadz...Mksh

✅JAWABAN

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

🔵Dalam kitab SULLAM TAUFIQ, yg menyebabkan murtad sbab ucapan

Bagian ketiga dari kemurtadan adalah sebangsa ucapan (Qouliyah), ini sangat banyak sehingga tidak terhitung jumlahnya, Diantaanya: Memanggil Seorang Muslim dengan kata-kata : "Hai orang kafir !!, "Hai orang Yahudi !! , "Hai orang Nasrani !! , Hai orang tak beragama !! dengan tujuan tersebut bahwa agama yang dipegang oleh orang yang diajak berbicara adalah kufur, yahudi, Nashrani atau tidak beragama sama sekali. menghina/mentertawakan salah satu nama dari nama-nama Allah, menghina janji dan ancaman Alloh atau Apa yang di-hubungkan kepada-Nya.

Dan di ahir ibroh di atas tertulis demikian

Kebanyakan dari ungkapan-ungkapan diatas, dikembalikan kepada kesimpulan : Bahwa, setiap I’tiqod, perbuatan atau ucapan yang menunjukkan kepada penistaan atau pelecehan terhadap Allah, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Malaikat-malaikatnya, Syiar-syiarnya, Simbol-simbol agamaNya, atau ancaman-ancamanNya, maka dihukum kufur atau maksiat, Maka dari itu hendaknya manusia menghindari sebisa mungkin.
____________________________

🔲Pendapat di atas selaras dengan SABDA RASULALLAH SAW

👉Dalam Sebuah riwayat  Nabi bersabda:

ليس من رجل ادعى لغير أبيه ، وهو يعلمه إلا كفر . ومن ادعى ما ليس له فليس منا ، وليتبوأ مقعده من النار . ومن دعا رجلا بالكفر ، أو قال : عدو الله ، وليس كذلك ، إلا حار عليه
Artinya: Tidak ada orang yang mengaku pada selain ayahnya, padahal ia tahu, kecuali kufur. Barangsiapa yang mengaku sesuatu yang bukan miliknya, maka dia bukanlah bagian dari kita dan siaplah tempatnya di neraka. Barangsiapa yang menuduh seorang lelaki dengan kufur, atau berkata, "Musuh Allah" padahal kenyataannya tidak seperti itu maka tuduhan itu akan kembali pada penuduh.

⬛Dari hadist ini Pula ulama mempunyai argumentasi tersebdiri terhadap makna ,maksud serta ta'wil hadistnya

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, hlm. 2/49, ada lima penafsiran para ulama tentang maksud hadits di atas dua di antaranya adalah sbb:

معناه رجعت عليه نقيصته لأخيه ومعصية تكفيره
Pertama, tuduhan itu kembali pada si penuduh dan maksiatnya mengkafirkan sesama.

معناه فقد رجع عليه تكفيره ; فليس الراجع حقيقة الكفر بل التكفير ; لكونه جعل أخاه المؤمن كافرا ; فكأنه كفر نفسه ; إما لأنه كفر من هو مثله ، وإما لأنه كفر من لا يكفره إلا كافر يعتقد بطلان دين الإسلام
Kedua, arti kalimat "pengafirannya kembali padanya (si penuduh)" adalah kembali bukan dalam makna kufur hakiki tapi takfirnya itu. Karena ia telah menuduh sesamanya sebagai kafir maka seakan dia mengafirkan dirinya sendiri terkadang karena ia mengafirkan sesamanya atau karena dia mengafirkan orang yang betul-betul kafir yang berkeyakinan batalnya agama Islam.

Inti dari penjelasan dari Imam Nawawi ini adalah bahwa hadits di atas tidak menghukumi orang yang menuduh kafir sebagai kafir juga. Tetapi hadits itu hanya menceritakan fakta bahwa orang yang menuduh kafir itu terkadang tuduhannya benar adanya -- yakni yang dituduh memang murtad -- terkadang tidak sesuai fakta. Dan apabila tidak sesuai fakta, maka hukumnya berdosa.

◼Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Fathul Bari, hlm. 10/466, memperjelas pendapat Imam Nawawi di atas:

والحاصل أن المقول له ان كان كافرا كفرا شرعيا فقد صدق القائل وذهب بها المقول له وإن لم يكن رجعت وإن لم يكن رجعت للقائل معرة ذلك القول وإثمه. كذا اقتصر على هذا التأويل في رجع، وهو من أعدل الأجوبة
Artinya: Alhasil apabila orang yang dituduh itu memang betul-betul kafir secara syariah maka tuduhan si penuduh benar... Apabila tuduhannya tidak benar maka keburukan dan dosa tuduhan itu kembali pada yang mengatakan.
_________________________________

◾Dalam kitab i'lamu bifawa'id umdatul_ ahkam
Juz 8 hal 501_509

⏩ walhasil: memang terjadi khilafiyah dan ta'wil hadist yg berbeda dari kalangan ulama dr hadist tersebut:

🌹Intinya: dlm konteks mengatakan/memanggil muslim dgn sebutan kafir:

1_secara makna maka jelas ia telah kafir, sbb tuduhan ke kafiran itu.

2_secara lafadz:
Apakah ke kafiran itu kembali kpd yg mengatakan kafir maka ada bebrapa hujjah sebagaimana ta'wil hadist oleh ulama'

Di antaranya:
1_ menanggungkannya org lain  terhadap sesuatu yg mustahil utk di tanggungkan.

2_menanggungnya  atas keluarnya org yg di kafirkan dari ke mu'minan nya,   imam malik bin anas berkomentar tentang pandangan ini:
Mudah mudahan yg di maksud adalh menetapkan atas perkataan sebb mengkafirkan nya org yg beriman.

Hal ini bertentangan dgn pendapat sekelompok ulama' yg banyak.

3_makna nya adalh kembalinya ke ka fairan itu krn kekeliruan (kecacatan) terhadap saudaranya yg muslim, serta menunjukan bahwa mengkafirkan saudaranya adalh perbuatan maksiat.

4_di ta'wil bahwa mengatakan kafir kdp sesorang maka bisa memungkinkan utk mengakibatkan kekafiran terhadap nya sbb akibat buruk nya perbuatan yg menunjukan ke kafiran:
Yg mn telah di tegaskan dlm hadist bahwa: barang siapa yg berkata kepada saudaranya: wahai kafir, maka wajib bagi salah satunya adalh ke kafiran.

5_yg di maksud kembali ke kafiran kepda yg mengatakan adalh:
Bukan ke kafiran scr hakikat nya .
Tetapi bisa saja mengakibat ke kafiran sbb telah mengkafirkan saudaranya yg mu'min,
Seakan2 ia telah mengkafirkan dirinya sendiri kemudian menyamakan org dgn dgn kekafiran itu.

Adakalanya pula:
Sbb sesunggunya org tdk akan berkata kafir kepda org lain kecuali org itu sendiri kafir.

⚠Fokus
▪Point pentingnya adlah:
👉Point pertama
Sebagaimana di jelaskan oleh al.imam al.mutawalli bahwa org yg mengatakan saudara muslim nya kafir dengan tanpa ta'wil maka ia kafir krena telah menamakan agama islam dgn ke kafiran.

👉Point ke dua:
Jika sebutan kafir tersebut berlandaskan ta'wil maka tidak sampai kafir hanya sj dosa besar.

👉Point ke tiga;
Mengatakan saudara muslim kafir adalah mendekati kekafiran: sbb besarnya dosa perbuatan tersebut.

👉Point ke empat:
Mengatakan org muslim kafir adalah menyerupai  prilaku org yg kafir sehingga iapun berdosa sebgaimana dosanya org kafir.

👉point ke lima:

Adalah kafir ikhsan dan nikmat.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

🔷 *KESIMPULAN AKHIRNYA:*
Menurut pendapat yg lebih shohih tidak MENYEBABKAN IA KAFIR tetapi ia dosa BESAR, oleh karena itu ulama' mewanti2 agar menghindari mengucapkan/memanggil orang lain kafir.
Sebb adanya ancaman keras dr hadist Rasulallah.

⏩Nott:
Yang terakhir, permudah dalam menilai sesama muslim. Selagi ada pendapat ulama yang meringankan atas status seorang muslim, ambil pendapat tersebut. Ali Al-Qari dalam Syarah Al-Syifa, hlm. 2/499, berkata:

Artinya: Ulama menyatakan: Apabila ada 99 pendapat yang mengindikasikan kafirnya seorang muslim namun ada satu pendapat yang menyatakan keislamannya maka hendaknya bagi mufti dan hakim untuk mengambil pendapat yang satu tersebut. Ini berdasarkan pada sabda Nabi: Laksanakan had semampumu. Apabila terdapat jalan keluar, maka bebaskan dia. Imam yang salah dalam memaafkan itu lebih baik daripada salah dalam menghukum. Hadits riwayat Tirmidzi dan Hakim

Wallahu a'lam

📚REFERENSI

📖سلم التوفيق
والقِسْمُ الثّالِثُ الأقْوالُ، وهي كَثِيرَةٌ جِدًّا لا تَنْحَصِرُ، منها:
أنْ يَقُولَ لِمُسْلِمٍ: "يا كافِرُ"، أو "يا يَهُودِيُّ"، أو "يا نَصْرانيُّ"، أو "يا عَدِيمَ الدِّينِ"، مُرِيدًا أنَّ الَّذِي عليه المُخاطَبُ مِنَ الدِّينِ كُفْرٌ أو يَهُودِيَّةٌ أو نَصْرانِيَّةٌ أو لَيْسَ بِدِينٍ؛ وكَالسُّخْرِيَةِ بِاسْمٍ مِنْ أسْمائِهِ تَعالَى أو وَعْدِهِ أو وَعِيدِهِ، مِمَّن لا يَخْفَى عليه نِسْبَةُ ذٰلك إليه سُبْحانَهُ؛
الى ان قال....

وحاصِلُ أَكْثَرِ تلْكَ العِباراتِ يَرْجِعُ إلى أنَّ كُلَّ عَقْدٍ أو فِعْلٍ أو قَوْلٍ يَدُلُّ على اسْتِهانَةٍ أو اسْتِخْفافٍ بِاللهِ، أو كُتُبِهِ، أو رُسُلِهِ، أو مَلائِكَتِهِ، أو شَعائِرِ أو مَعالِمِ دِينِهِ، أو أحْكامِهِ، أو وَعْدِهِ، أو وَعِيدِهِ، كُفْرٌ ومَعْصِيَةٌ، فَلْيَحْذَرِ الإنْسانُ مِنْ ذٰلك جَهْدَهُ.

📓Kitab:
الإعلام بفوائد عمدة الأحكام

للإمام الحافظ العلامة
أبي حفص عمر بن علي بن أحمد الأنصاري الشافعي
المعروف بابن الملقن
(٧٢٣ - ٨٠٤) هـ
Juz 8 hal 501_509
_________________

الحديث الثامن
٣٤٨/ ٨/ ٦٦ - عن أبي ذر - رضي الله عنه -، أنه سمع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: "ليس من رجل ادعى لغير أبيه -وهو يعلمه- إلا كفر، ومن ادعى ما ليس له: فليس منا وليتبوأ مقعده من النار. ومن دعا رجلا بالكفر أو قال: عدو الله، وليس كذلك، إلا حار عليه (١).
كذا عند مسلم، وللبخاري نحوه.
الكلام عليه من وجوه:
الأول: قوله: وللبخاري نحوه: هو كما قال، فإنه أخرجه في أواخر بدء الخلق (٢) بلفظ: "ليسمن رجل ادعى لغير أبيه، وهو يعلمه إلا كفر بالله، ومن ادعى قوما ليس فيهم، فليتبوأ مقعدهمن النار"، وأخرجه في "الأدب" (٣) بلفظ آخر: وهو لا يرمي رجل رجلا بالفسوق، ولا يرميهبالكفر، إلا ارتدت عليه، إن لم يكن صاحبه كذلك".

و"الكفر" هنا متروك الظاهر عند الجمهور، لأن أهل السنة لا تكفر بالمعاصي وفي تأويله أوجه
أحدها: كفر الإحسان والنعمة وحق الله تعالى وحق أبيه.
ثانيها: أنه قارب الكفر لعظم الذنب فيه بتسميته للشيء باسم ما قاربه. وقد جاء: "المعاصي بريد الكفر"، ونحو هذا أنه يشبه فعله فعلهم.
ثالثها: محله على فاعل ذلك مستحلا له.
وأصل الكفر في اللغة: الستر والتغطية.
ومعنى قوله: "فليس منا": أي [ليس] (١) مثلنا أو ليس مهتديا بهدينا ولا متبعا لسنتنا. ومنالعلماء من قال إبهام معناه أولى من تأويله، لأنه أبلغ من الزجر والوعيد هنا أخف من الوعيد إلى الادعاء إلى غير أبيه، لأنه أخف في المفسدةمنه إذا كانت الدعوى بالمال مثلا وليس في اللفظ ما يقتضي الزيادة على الدعوى بأخذ المال المدعى به مثلا.

الى ان قال....

وقوله: "أو قال: عدو الله"، أي أو قال: يا عدو الله، فهو منصوب على النداء، ويجوز رفعه على أن يكون خبر مبتدأ محذوف، أي قال له: أنت عدو الله [ونحو ذلك] (١).
وقول: "إلا حار عليه" في "إلا" وجهان:
أحدهما: أنها واقعة على المعنى أي ما يدعوه أحد إلا حار عليه.
والثاني: [على اللفظ في قوله: "ليس من رجل"] (٢).
وحار -بالحاء المهملة-: أي رجع عليه الكفر. قال تعالى: {إنه ظن أن لن يحور (١٤)} (٣)، أي يرجع حيا، وفي تأويله أوجه (٤):
أحدها: حمله على المستحل لذلك.
وثانيها: حمله على الخوارج المكفرين للمؤمنين. قاله مالك ابن أنس، ولعله مبني على القول بتكفيرهم، وهو خلاف ما عليه الأكثر.
وثالثها: أن المعنى رجعت عليه نقيصته لأخيه، ومعصية تكفيره إياه.
رابعها: أنه يؤول به إلى الكفر، وذلك أن المعاصي "بريد
الكفر" -كما سبق-، ويخاف على المكثر منها أن تكون عاقبة شؤمها المصير إلى الكفر، ويؤيد هذا رواية أبي عوانة في مستخرجه (١) على "صحيح مسلم": "والإباء بالكفر"، وفي رواية: "إذا قال لأخيه: يا كافر، وجب الكفر على أحدهما".
خامسها: المعنى فقد رجع عليه تكفيره فليس الراجع عليه حقيقة الكفر، بل التكفير لكونه جعل أخاه المؤمن كافرا، فكأنه كفر نفسه إما لأنه كفرمن هو مثله، وإما لأنه كفر من لا يكفر إلا كافر، يعتقد بطلان دين الإسلام.

الى ان قال....
الثالثة: جواز إطلاق الكفر على أصحاب المعاصي والبدع
لقصد الزجر، لا لأنه كفر حقيقي، إلا أن يعلم اعتقاد تحليل المحرم أو عكسه فيكون حقيقيا.
الرابعة: تحريم دعوى ما ليس له في كل شيء، سواء تعلق به حق لغيره أم لا، ويدخل فيه الدعاوى الباطلة كلها مالا وعلما وتعلما ونسبا وحالا وصلاحا ونعمة وولاء .. ويخرج ذلك منالأوصاف خصوصا إذا ترتب عليها مفاسد وإليه تفسير الحديث الآخر في الصحيح: "المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور" (١)، وقد جعل الوعيد هنا بالنار، وهو مقتض لدخولها, لأن التمييز في الأوصاف فقط يشعر بثبوت الأصل

الى ان قال...

الخامسة: أنه لا يحل له أن يأخذ ما حكم له به الحاكم إذا كان لا يستحقه.
السادسة: الوعيد العظيم على من كفر أحدا منالمسلمين وليس كذلك، وهي ورطة عظيمة وقع فيها خلق كثير من المتكلمين، ومن المنسوبين إلى السنة وأهل الحديث، لما اختلفوا في العقائد، فغلطوا على مخالفيهم، وحكموا بكفرهم وخرق حجاب الهيبة في ذلك جماعة منالحشوية، وهذا الوعيد لاحق بهم إذا لم يكن خصومهم كذلك، وقد اختلف الناس في التكفير وسببه، حتى أفرد بالتصنيف.
قال الشيخ تقي الدين: والذي يرجع إليه النظر في هذا أن مآل المذاهب: هل هو مذهب أم لا؟ أي والأكثرون على الأول، فمن أكثر المبتدعة قال: إن مآل المذهب مذهب. فنقول: المجسمة كفار، لأنهم عبدوا جسما، وهو غير الله تعالى، فهم عابدون لغير الله، فمتى عبد غير الله كفر. وتقول: المعتزلة كفار، لأنهم وإن اعترفوا بأحكام الصفات فقد أنكروا الصفات. ويلزم من إنكارها إنكار أحكامها، ومن أنكر أحكامها فهو كافر. وكذلك المعتزلة تنسب الكفر إلى غيرها بطريق المآل.

قال الشيخ تقي الدين (١): والحق أنه لا يكفر أحد من أهل القبلة إلا بإنكار متواتر من الشريعة عن صاحبها، فإنه يكون حينئذ
مكذبا للشرع، وليس مخالفة القواطع مأخذا للتكفير، وإنما مأخذه مخالفة القواعد السمعية القطعية طريقا ودلالة، وعبر بعض أصحاب الأصول عن هذا بما معناه: أن من أنكر طريق إثبات الشرع لم يكفر كمن أنكر الإجماع، ومنأنكر الشرع بعد الاعتراف بطريقه كفر، لأنه مكذب له. وقد نقل عن بعض المتكلمين أنه قال: لا أكفر إلا من كفرني، وربما خفي سبب هذا اللفظ على بعض الناس، وحمله على غير محمل الصحيح، والذي ينبغي أن يحمل عليه أنه قد لمح هذا الحديث الذي يقتصي أن من دعا رجلابالكفر -وليس كذلك- رجع عليه الكفر، وكذلك قال -عليه الصلاة والسلام-: "من قال لأخيه: يا كافر فقد باء بها أحدهما" وكأن هذا المتكلم يقول: الحديث دل على أنه يحصل الكفر لأحد الشخصين: إما المكفر، وإما المكفر. فإذا كفرني بعض الناس فالكفر واقع بأحدنا، وأنا قاطع بأني لست بكافر، فالكفر راجع إليه. هذا آخر كلام الشيخ، وهو من النفائس.
السابع: تحريم دعاء المسلم بالكفر وظاهر الحديث يقتضي أنه لا يكفر إلا بشرط أن لا يكون الكفر كما دعاه به، فيرجع ما دعاه به إليه، وبه صرح المتولي من الشافعية فقال: لو قال مسلم لمسلم: يا كافر، بلا تأويل، كفر، لأنه سمى الإسلام كفرا.
قلت: وفي صحيح ابن حبان (١) من حديث أبي سعيد أنه -عليه الصلاة والسلام- قال: "ما أكفر رجل رجلا قط إلا باء أحدهما بها إن
كان كافرا وإلا كفر بتكفيره"، وهو مؤيد للوجه الآخر أنه يكفر بالدعاء بالكفر (١).

📓Syarah al bukhori libnil bathol juz 9 hal 287-288 maktabah syamilah

٧٠ - باب: من كفر أخاه بغير تأويل فهو كما قال
/ ١١١ - فيه: أبو هريرة، وابن عمر، أن النبى عليه السلام قال: (إذا قال الرجل لأخيه: يا كافر، فقد باء به أحدهما) . / ١١٢ - وفيه: ثابت بن الضحاك، قال النبى (صلى الله عليه وسلم) : (من حلف بملة غير الإسلام كاذبا فهو كما قال، ومن قتل نفسه بشىء، عذب به فى نار جهنم، ولعن المؤمن كقتله، ومن رمى مؤمنا بكفر فهو كقتله) . قال المؤلف: قوله عليه السلام: (من قال لأخيه ياكافر فقد باء به أحدهما) يعنى: باء بأثم رميه لأخيه بالكفر ورجع وزر ذلك عليه إن كان كاذبا. وقد روى هذا المعنى من حديث أبى ذر أن النبى قال: (لا يرمى رجل رجلا بالفسوق ولا يرميه بالكفر إلا ارتدت عليه إن لم يكن صاحبه
كذلك) ذكره البخارى فى باب ماينهى عنه من السباب واللعن فى أول كتاب الأدب. قال المهلب: وهذا معنى تبويبه من كفر أخاه بغير تأويل فهو كما قال، أن المكفر له الذى يرجع عليه إثم التكفير؛ لأن الذى رمى به عند الرامى صحيح الإيمان إذا لم يتأول عليه شيئا يخرجه من الإيمان فكما هو صحيح الإيمان كصحة إيمان الرامى فقد صح أنه أراد برميه له بالكفر كل من هو على دينه فقد كفر نفسه؛ لأنه على دينه ومساو له فى إيمانه، فإن استحق ذلك الكفر المرمى به استحق مثله الرامى وغيره. وقد يجيب الفقهاء من هذا بأن يقولوا: فقد كفر بحق أخيه المسلم، وليس ذلك مما يسمى به الجاحد بحق أخيه المسلم كافرا لأنه لا يستحق من جحد حق أخيه فى بر أو مال. وقد روى اشهب عن مالك أنه سئل عن قوله عليه السلام: (من قال لأخيه ياكافر فقد باء بها أحدهما) قال مالك: أراهم الحرورية. قيل له: أفتراهم بذلك كفارا؟ قال: لا أدرى ما هذا. والحجة لقول مالك قوله عليه السلام: (سباب المسلم فسوق) والفسوق غير الكفر. وقوله: (فقد باء بها أحدهما) هو على مذهب العرب فى استعمالها الكناية فى كلامها وترك التصريح بالشر، وهذا كقول الرجل لمن أراد أن يكذبه: والله إن أحدنا لكاذب، وهذا كقوله تعالى: (وإنا أو إياكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين) .

📓تفسير ابن كسر ط العملية ١/٥٤ مكتبة الشاملة
«من دعا رجلا بالكفر وليس كذلك حار عليه» أي رجع إليه ما نسب إليه.

📓[ابن حجر الهيتمي، الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي، صفحة ٩٩]

وَأما السَّادِسَة: أَعنِي قَوْله لمُسلم يَا كَافِر أَو اللَّهُمَّ اسلبه الْإِيمَان، فالكراهة الَّتِي أوهمها بل صرح بهَا كَلَام الْجلَال رَحمَه الله غير مُرَادة أَيْضا،

وَعبارَة النَّوَوِيّ فِي (الْأَذْكَار) أَيْضا يحرم عَلَيْهِ تَحْرِيمًا مغلَّظاً أَن يَقُول لمُسلم يَا كَافِر. وروينا فِي (الصَّحِيحَيْنِ) عَن ابْن عمر رَضِي الله عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم: (إِذا قَالَ الرجل لِأَخِيهِ يَا كَافِر فَقَدْ بَاء بهَا أحدُهما فإنْ كَانَ كَمَا قَالَ وإلاَّ رَجَعتْ عَلَيْهِ) . وَفِي لفظ لمُسلم (مَنْ دَعَا رجلا بالْكفْر أَو قَالَ يَا عدوّ الله وَلَيْسَ كَذَلِك إِلَّا حَارَ عَلَيْهِ) . أَي رَجَعَ.

وَلَو دَعَا مُسلم على مُسلم فَقَالَ: اللَّهُمَّ اسلبه الْإِيمَان عصى بذلك، وَهل يكفر هَذَا الدَّاعِي بِمُجَرَّد هَذَا الدُّعَاء؟ فِيهِ وَجْهَان لِأَصْحَابِنَا أصَحهمَا لَا يكفر لقَوْله تَعَالَى إِخْبَارًا عَن مُوسَى صلى الله على نَبينَا وَعَلِيهِ وَسلم {وَقَالَ مُوسَىارَبَّنَآ إِنَّكَ ءاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأّهُ زِينَةً وَأَمْوَالاً فِى الْحَيَواةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىاأَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىاقُلُوبِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُواْ حَتَّىايَرَوُاْ الْعَذَابَ الأٌّلِيمَ} [يُونُس: 88] الْآيَة،

وَفِي هَذَا الِاسْتِدْلَال نظر، وَإِن قُلْنَا إنَّ شرع منْ قبلنَا شرع لنا انْتَهَت.

وَبِه يعلم أَن مَا وَقع للجلال من كَرَاهَة هذَيْن إِمَّا سَهْو، أَو غلط من نَاسخ، نَظِير مَا قَرّرته فِي الرَّابِعَة وَوجه النّظر الَّذِي ذكره أَن محلَّ كَون شرع مَنْ قبلنَا شرعا لنا على القَوْل الضَّعِيف الْقَائِل بذلك، مَا إِذا لم يَرد فِي شَرْعنا مَا يُخَالِفهُ، وقواعد شرعنا طافحة بِتَحْرِيم الدُّعَاء بذلك، وبتسليم أَنه لم يرد فِي شرعنا مَا يُخَالِفهُ، يحْتَمل أَن مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام إِنَّمَا دَعَا عَلَيْهِم لِأَن الله أعلمهُ باليأس من أَيْمَانهم فَدَعَا عَلَيْهِم بِزِيَادَة تَشْدِيد الْعَذَاب فِي الدُّنْيَا بالطمس على الْأَمْوَال، وَفِي الْآخِرَة بالإشداد على الْقُلُوب المستلزم لمزيد العناد وَالْكفْر والتوغل فِيهِ، فَتَأَمّله فَإِنَّهُ مهمّ،

وَقد تُوهم عبارَة الْأَذْكَار أَن أَصْحَابنَا لم يَخْتَلِفُوا فِي كُفْر من قَالَ لمُسلم يَا كَافِر، وَلَيْسَ مرَادا، بل الْمُعْتَمد أَنه لَو قَالَ لَهُ ذَلِك لدينِهِ كفر، لِأَنَّهُ سمى الْإِسْلَام كفرا فتفطن لذَلِك، وَبِهَذَا الَّذِي هُوَ مُصَرح بِهِ فِي (الرَّوْضَة) ومختصراتها وَغَيرهَا يزْدَاد التَّعَجُّب مِمَّا وَقع للجلال من كَرَاهَته، وَتَأْويل عِبَارَته بِمَا يُوَافق ذَلِك بعيدٌ جدا، إذْ فِي سوابقها ولواحقها مَا يُبطل هَذَا التَّأْوِيل بِأَدْنَى تَأمل.

📓Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, hlm. 2/49, meriwayatkan :

أيما رجل قال لأخيه يا كافر فقد باء بها أحدهما إن كان كما قال ، وإلا رجعت عليه

📓kitab al-Iqtishad fil I'tiqad :
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﺎﻣﺪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ :
" ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺯ ﻣﻨﻪ ": ﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ " ﻣﺎ ﻭﺟﺪ ﺇﻟﻴﻪ ﺳﺒﻴﻼ، ﻓﺈﻥ ﺍﺳﺘﺒﺎﺣﺔ ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ ﻭﺍﻷﻣﻮﺍﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ، ﺍﻟﻤﺼﺮﺣﻴﻦ ﺑﻘﻮﻝ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻄﺄٌ، ﻭﺍﻟﺨﻄﺄ ﻓﻲ ﺗﺮﻙ ﺃﻟﻒِ ﻛﺎﻓﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺃﻫﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﻓﻲ ﺳﻔﻚ ﺩﻡٍ ﻟﻤﺴﻠﻢ

📓al-Syifa bi Ta'rif Huquq al-Musthafa . Beliau menukil pendapat para ulama:
ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺤﻘﻘﻴﻦ ﻗﻮﻟﻬﻢ :
ﻳﺠﺐ ﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺯ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻓﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﻓﺈﻥ ﺍﺳﺘﺒﺎﺣﺔ ﺩﻣﺎﺀ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺣﺪﻳﻦ ﺧﻄﺮ، ﻭﺍﻟﺨﻄﺄ ﻓﻲ ﺗﺮﻙ ﺃﻟﻒ ﻛﺎﻓﺮ ﺃﻫﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﻓﻲ ﺳﻔﻚ ﻣﺤﺠﻤﺔ ﻣﻦ ﺩﻡ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺍﺣﺪ

📖Ali Al-Qari dalam Syarah Al-Syifa, hlm. 2/499
قال علماؤنا، إذا وجد تسعة وتسعون وجها تشير إلى تكفير مسلم ووجه واحد إلى إبقائه على إسلامه فينبغي للمفتى والقاضي أن يعملا بذلك الوجه، وهو مستفاد من قوله عليه السلام: ادرءوا الحدود عن المسلمين ما استطعتم، فإن وجدتم للمسلم مخرجا فخلوا سبيله، فإن الأمام لأن يخطئ في العفو خير له من أن يخطئ في العقوبة. رواه الترمذي والحاكم
والله أعلم بالصواب
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar