Kamis, 19 April 2018

HUKUM MENDO,AKAN NON MUSLIM

KESIMPULAN TEAM DHF

*HUKUM MENDO,AKAN NON MUSLIM DAN IKUT SERTA MEMANDIKAN,MENGKAFANI,MENYOLATI,DAN MENGUBURKAN MAYYIT NON MUSLIM*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

بسم الله الرحمن الرحيم
BAGIAN SATU:

HUKUM MENDO,KAN ORANF KAFIR YG SUDAH MATI
__________

◼ imam.NAWAWI MENGEGASKAN di dalam kitab nya al majmu' syarhul muhadzdzab juz 5 hal 120,
Bahwa mensholati dan mendoakan utk memintakan ampunan dan rahmat  (sesudah kematianya) adalah haram secara nash alqur,an yg shoreh dan ijama'/kesepakatan ulama'

Bahkan
Sekalipun non muslim tersebut ada hubungan famili dan karabat sperti orang tua, anak, saudara dll.

◼SEBAGAIMANA TELAH DI JELASKAN DALAM FIRMAN ALLAH SWT
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam”. (QS. 9:113).

◼sebagaimana penafsiaran ulama'
Dalam ayat ini
memberi pengertian akan keharaman mendoakan orang yang telah meninggal dalam keadaan kufurnya dengan doa memintakan ampunan dan rahmat Allah atau mensifati mereka seperti dengan ucapan AL-MAGHFUR LAH (yang telah terampuni), ALMARHUM (yang telah dirahmati) seperti yang dilakukan oleh sebagian orang-orang bodoh dari kaum muslimin dari kalangan orang-orang tertentu maupun orang awam.

BAGIAN DUA:

HUKUM MENDO,AKAN AMPUNAN UNTUK NON MUSLIM (KAFIR) SEMASA HIDUP NYA
__________________

Ulama' khilafiyah tentang
Memintakan ampunan untuk non muslim yg masih hidup.

◾Pendapat pertama merupakan pendapat jumhur ulama'  hukum nya haram secara mutlak baik masih hidup maupun sudah mati.

◾ pendapat kedua:

memintakan ampunan non muslim semasa hidupnya bukan atas ke kafiran nya, melainkan dgn harapan agar ia mendapatkan hidayah dari Allah
Sebagian kelompok ulama' mengatakan
Boleh.
Sebab menurut sebagian ulama' sperti al.imam ath_thobari dalam tafsirnya bahwa yg haram mendoakan ampunan ialah ketika ia sudah mati krn jika sudah mati ia sudah pasti di neraka dan kekal selamanya,
Sedangkan jika masih hidup maka tidak ada yg mengetahui hal itu, sehingga bisa saja Allah mengampuninya dan masuk islam.

Dgn catatan :
➖bukan memintakan ampunan terhadap kekafiran nya sesudah mati.
➖ tidak ada unsur pengagungan terhadap kekafiran nya.
➖Serta tidak menimbulkan spectif buruk
➖dan adanya tujuan agar menjadi pelantara /sebab mendapatkan nya hidyah.

Sebagaimana:
Ar-Ramli as-Shaghiir memilih diperbolehkannya “Tidak haram mendoakan non muslim dengan mendapatkan ampunan kecuali mendoakan orang kafir dalam memintakan ampunan atas kekafirannya, sedangkan orang yang didoakan sudah mati dalam keadaan kafir, maka tidak diperbolehkan”Bila yang dikehendaki “Ya Allah ampunilah ia bila masuk islam atau bila dikehendaki agar ia islam saat didoakan ampunan maka boleh”

◻Hanya saja menurt alQasiim bila yang demikian tidak menimbulakan pengagungan terhadap mereka, bila menimbulkan maka dilarang terlebih bila disertai tanda kuat akan pengagungan terhadap mereka dan melecehkan terhadap lainnya seperti selepas mereka menjalani suatu pekerjaan dan tidak terdapati selainnya yang mampu mengerjakannya maka doanya pertanda mengagungkan mereka dan melecehkan selainnya. (Lihat :Hasyiyah as-Syibra malisy VI/1) dan [ Hasyiyah al-Qalyubi IV/270 ].




BAGIAN KE TIGA:

MENDOAKAN NON MUSLIM (KAFIR )DALAM URUSAN DUNIA
____________________
----------------------------------
Mendoakan non Muslim dalam urusan dunia , sperti kesehatan badan, rizki, dll hukum nya boleh.

BAGIAN KE EMPAT:

HUKUM MENDO,AKAN HIDAYAH UNTUK NON MUSLIM
____________________
Hukum mendoakan hidayah agara masuk islam  utk non muslim (kafir) hukum nya boleh bahkan di anjurkan.


BAGIAN KE LIMA:

HUKUM MENG_AMINI DO'A NON MUSLIM
___________________________
Hukum mengamini do,a non muslim (kafir) ulama khilafiyah dikalangan ulama'
Menurut
Jumhur ulama' menghukumi boleh.

BAGIAN KE ENAM:

HUKUM MUSLIM MEMANDIKAN,MENGKAFANI,MENYOLATI,MENGUBURKAN  MAYAT NON MUSLIM ATAU SEBALIKNYA
_____________________________________


Al Mausu'ah al fiqhiyah Al Kuwaitiyah :

Ijma ulama : Tidak wajib kepada muslim memandikan mayit kafir.
Sebab memandikan mayyit merupakan penghormatan/pemuliaan terhadap mayyit, semenatara bagi mayyit yg kafir bukan bagian dari mayyit yg wajib di muliakan dan di hormati.

Tetapi ulama' masih khilafiyah meskipun tidak wajib bagi muslim utk memandikan nya , bila mana dalam situasi darurat.

* Madzhab hanafifiyah yang juga menjadi QOUL imam ahmad : HUKUM MEAMNDIKAN MAYIT KAFIR HARAM kecuali Jika dibutuhkan,Boleh bagi kerabat yang muslim memandikan mayit kafir.
Dgn syarat tdk ada yg memandikan nya dari kalangan non muslim itu sendiri.

* Madzhab Syafi'i : Boleh bagi muslim memandikan mayit kafir,namun kerabat mayit yang kafir lebih berhaq memandikan daripada kerabat yang muslim.

* Madzhab Maliki dan sebagian pendapat ulama madzhab hanabilah : seorang muslim tidak boleh (haram) memandikan mayit kafir secara mutlak,baik kerabatnya ataupun bukan kerabat.

Bahkan menurutnya suami pum haram ikut serta memandikan istrinya yg kafir.
Kecuali kematian istri tersebut di lingkup kalangan muslimin yg tidak ada org kafir lain yg dapat memandikannya, kecuali qaum muslimin yg ada, mk dlam hal ini suami lebh berhak memandikannya.

Semntara pendapat imam ahmad bin hanbal haram secara mutlak bagi suami.
Krn niat memandikan mayit wajib, semntara mayit kafir bukan ahli ibadah.

Menurut hanafiyah istri tdk di larang memandikan jenazah suami nya yg kafir, dgn syarat masih tetap ada hububgan pernikahan apabila ia kafir kitabiy.

Apabila sebalik nya yaitu suami memandikan mayat  istri yg kafir  maka menurut qaul yg lebih shohih (madzhab abu hanifah) tidak boleh

◾Dalam. Hal kafir memandikan mayit muslim.
Ulama hanafiyah, malikiyah,syafiiyah,  dr qaul maqobilus shohihnya dan ulama hanibalh:
Bahwa tidak sah mayit muslim di mandikan non msulim. Sbb org kafir bukan ahlinya. Disamping itu niat memandikan mayyit adalah wajib semntara kafir bukan ahlinya.

◾Dlam qaul shohih yg telah di nash dalam madzhab syafiiyah, bahwa jika kafir memandikan mayit non muslim adalah cukup (sah)

Dalam kitab Al-Kaafi Imam Ahmad mengatakan : tidak boleh bagi muslim memandikan mayit kafir,walaupun mayit tsb adalah kerabatnya. Dalam hal menguburkannya imam ahmad juga tidak memperbolehkan muslim ikut mengubur mayit kafir.kecuali di khawatirkan takut tersia-sia (tidak ada yang mau menguburnya)

Kesimpulannya:
Sebagaimana di jelaskan di dalam kitab
- Mukhtashor Al-Fiqh Al-Islami :

Haram bagi muslim memandikan mayit kafir,(kecuali memang darurat)mengkafaninya,menyolatkannya dan mengiring jenazahnya.

BAGIAN KE TUJUH:

HUKUM MENDATANGI KUBURAN ORANG KAFIR
______________________________________

- Ziarah kubur disunnahkan sebagai nasihat atau mengingat akhirat, hal itu bisa dengan melihat kuburan tanpa mengetahui penghuninya, atau untuk mendoakan maka disunnahkan pada setiap kuburan orang Islam, atau bertabarruk maka disunnahkan pada setiap orang yang baik, karena mereka di dalam alam barzah bertingkah laku dan mempunyai barokah yang karunianya tidak terhingga, atau untuk menunaikan hak, seperti teman dan orang tua. Jadi sepanjang diyakini ahli kuburnya muslim maka sunnah mendoakannya tak peduli ia shalih atau fasiq.

- tapi kalau mayit kafir tidak boleh didoakan dan hukumnya Haram.

Wal hasil:
Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab Fathul Wahhab karya Syekhul Islam Zakariya al-Anshari, berziarah ke kuburan orang non-Muslim itu diperbolehkan.

“Bahwa berziarah ke kuburan orang-orang kafir itu mubah (diperbolehkan).” (Zakariya al-Anshari, Fathul Wahhab, Beirut-Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H, juz, 1, h. 176).

Namun, sepanjang berziarah kubur ke kuburan orang non-Muslim dilakukan untuk mengingatkan kita akan kematian dan alam akhirat atau i’tibar (pelajaran) dan peringatan kepada kita akan kematian.

Jika menziarahi kuburan orang yang non-Muslim saja diperbolehkan, maka logikanya adalah menziarahinya ketika masih hidup itu lebih utama (awla). Inilah yang kemudian ditegaskan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab Syarh Muslim-nya.

“Jika boleh menziarahi mereka (non-Muslim) setelah meninggal dunia, maka menziarahi mereka ketika masih hidup itu lebih utama.” (Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ala Shahihi Muslim, Beirut-Daru Ihya’it Turats al-Arabi, cet ke-II, 1392 H, juz, VIII, h. 45)

◾Tambahan :
Bahkan ziarah kubur disunnahkan sebagai nasihat atau mengingat akhirat, hal itu bisa dengan melihat kuburan tanpa mengetahui penghuninya, atau untuk mendoakan maka disunnahkan pada setiap kuburan orang Islam, atau bertabarruk maka disunnahkan pada setiap orang yang baik, karena mereka di dalam alam barzah bertingkah laku dan mempunyai barokah yang karunianya tidak terhingga, atau untuk menunaikan hak, seperti teman dan orang tua.

Dari sini untuk mendoakan kepada setiap orang Islam baik diketahui kebaikannya atau tidak, maka disunnahkan.

📚REFRENSI:

Tafsir ath_thobariy
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
القول في تأويل قوله : مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره: ما كان ينبغي للنبي محمدٍ صلى الله عليه وسلم والذين آمنوا به= " أن يستغفروا ", يقول: أن يدعوا بالمغفرة للمشركين, ولو كان المشركون الذين يستغفرون لهم= " أولي قربى ", ذوي قرابة لهم= " من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم "، يقول: من بعد ما ماتوا على شركهم بالله وعبادة الأوثان، وتبين لهم أنهم من أهل النار، لأن الله قد قضى أن لا يغفر لمشرك، فلا ينبغي لهم أن يسألوا ربهم أن يفعل ما قد علموا أنه لا يفعله. فإن قالوا: فإن إبراهيم قد استغفر لأبيه وهو مشرك؟ فلم يكن استغفارُ إبراهيم لأبيه إلا لموعدة وعدها إياه. فلما تبين له وعلم أنه لله عدوٌّ، خلاه وتركه ، وترك الاستغفار له, وآثر الله وأمرَه عليه, فتبرأ منه حين تبين له أمره. (17)
* * *

Tafsir ibnu katsir
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113)
قال الإمام أحمد : حدثنا عبد الرزاق ، حدثنا معمر ، عن الزهري ، عن ابن المسيب ، عن أبيه قال : لما حضرت أبا طالب الوفاة دخل عليه النبي صلى الله عليه وسلم وعنده أبو جهل ، وعبد الله بن أبي أمية ، فقال : " أي عم ، قل : لا إله إلا الله . كلمة أحاج لك بها عند الله ، عز وجل " . فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية : يا أبا طالب ، أترغب عن ملة عبد المطلب ؟ [ قال : فلم يزالا يكلمانه ، حتى قال آخر شيء كلمهم به : على ملة عبد المطلب ] . فقال النبي صلى الله عليه وسلم : " لأستغفرن لك ما لم أنه عنك " . فنزلت : ( ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم ) قال : ونزلت فيه : ( إنك لا تهدي من أحببت ) [ القصص : 56 ] أخرجاه .
وقال الإمام أحمد : حدثنا يحيى بن آدم ، أخبرنا سفيان ، عن أبي إسحاق ، عن أبي الخليل ، عن علي ، رضي الله عنه ، قال : سمعت رجلا يستغفر لأبويه ، وهما مشركان ، فقلت : أيستغفر الرجل لأبويه وهما مشركان ؟ فقال : أولم يستغفر إبراهيم لأبيه ؟ فذكرت ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم ، فنزلت : ( ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ) إلى قوله : ( فلما تبين له أنه عدو لله ) قال : " لما مات " ، فلا أدري قاله سفيان أو قاله إسرائيل ، أو هو في الحديث " لما مات " .
قلت هذا ثابت عن مجاهد أنه قال : لما مات .


Tafsiir al-Maraaghy I/2263
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ والذين آمنوا أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كانوا أُوْلِي قربى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الجحيم} [ التوبة : 113 ]

وفى الآية إيماء إلى تحريم الدعاء لمن مات على كفره بالمغفرة والرحمة ، أو بوصفه بذلك كقولهم المغفور له والمرحوم فلان ، كما يفعله بعض جهلة المسلمين من الخاصة والعامة.

📖ﻭﻓﻰ ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺼﺎﻭﻯ، ﺝ 2 ﺹ 171 ، ﻣﺎﻧﺼﻪ : ‏

( ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﻨﺒﻰ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺃﻣﻨﻮﺍ ﺍﻥ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮﻭﺍ ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻭﻟﻰ ﻗﺮﺑﻰ ‏) ﺫﻭﻯ ﻗﺮﺍﺑﺔ ‏( ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻬﻢ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺠﺤﻴﻢ ‏) ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺑﺄﻥ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ‏( ﻗﻮﻟﻪ ﺑﺄﻥ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ‏) ﺃﻯ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﻢ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻭﺍﻣﺎ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮ ﺍﻟﺤﻰ ﻓﻔﻴﻪ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻹﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻫﺪﺍﻳﺘﻪ ﻟﻺﺳﻼﻡ ﺟﺎﺯ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﺃﻥ ﺗﻐﻔﺮ ﺫﻧﻮﺑﻪ ﻣﻊ ﺑﻘﺎﺋﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ . ﺍﻫـ


📖(al-Majmu’ 5/120).

Imam An-Nawawi berkata,

قال النووي رحمه الله : وأما الصلاة على الكافر والدعاء له بالمغفرة فحرام بنص القرآن والإجماع

📒Hasyiyah al-Qalyubi IV/270

( فَرْعٌ ) فِي اسْتِحْبَابِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ خِلَافٌ ا هـ .وَاعْتَمَدَ م ر الْجَوَازَ وَأَظُنُّ أَنَّهُ قَالَ لَا يَحْرُمُ الدُّعَاءُ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ إلَّا إذَا أَرَادَ الْمَغْفِرَةَ لَهُ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ وَسَيَأْتِي فِي الْجَنَائِزِ التَّصْرِيحُ بِتَحْرِيمِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ بِالْمَغْفِرَةِ نَعَمْ إنْ أَرَادَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ إنْ أَسْلَمَ أَوْ أَرَادَ بِالدُّعَاءِ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ أَنْ يَحْصُلَ لَهُ سَبَبُهُ وَهُوَ الْإِسْلَامُ ثُمَّ هِيَ فَلَا يُتَّجَهُ إلَّا الْجَوَازُ ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَيَنْبَغِي أَنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ إذَا لَمْ يَكُنْ عَلَى وَجْهٍ يُشْعِرُ بِالتَّعْظِيمِ وَإِلَّا امْتَنَعَ خُصُوصًا إذَا قَوِيَتْ الْقَرِينَةُ عَلَى تَعْظِيمِهِ وَتَحْقِيرِ غَيْرِهِ كَأَنْ فَعَلَ فِعْلًا دَعَا لَهُ بِسَبَبِهِ وَلَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَأَشْعَرَ بِتَحْقِيرِ ذَلِكَ الْغَيْرِ ا هـ .

📖Hasyiyah al-Qalyubi IV/270
( فَرْعٌ ) يَجُوزُ إجَابَةُ دُعَاءِ الْكَافِرِينَ ، وَيَجُوزُ الدُّعَاءُ لَهُ وَلَوْ بِالْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ ، خِلَافًا لِمَا فِي الْأَذْكَارِ إلَّا مَغْفِرَةَ ذَنْبِ الْكُفْرِ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ فَلَا يَجُوزُ .

📖‏( ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﺹ 134 ‏)
ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻭﺃﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ ﺑﺎﻟﺸﻔﺎﺀ ﺃﻱ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻓﺮﺍ ﺃﻭ ﻓﺎﺳﻘﺎ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﺿﻪ ﺭﻣﺪﺍ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻣﺤﻠﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺿﺮﺭ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻳﻄﻠﺐ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻪ ﺑﻞ ﻟﻮ ﻗﻴﻞ ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻟﻢ ﻳﺒﻌﺪ



📒[ Hasyiyah al-jamal III/436 ].

وَيَجُوزُ الدُّعَاءُ لِلْكَافِرِ بِنَحْوِ صِحَّةِ الْبَدَنِ وَالْهِدَايَةِ وَاخْتَلَفُوا فِي جَوَازِ التَّأْمِينِ عَلَى دُعَائِهِ .

📖تحفۃ المحتاج 3,75
ولایمنع أھل الذمۃ أو العہد الحضور أی لاینبغی ذلک
ویظہر أن محلہ مالم یرالامام المصلحۃ فی ذلک علی أنہ یسن للامام المنع من المکروہ کماصرحوا بہ وسیأتی أنہ یکرہ لہم الحضور الاأن یجاب بأن المقام مقام ذلۃ واستکانۃ فلایکسر خاطرھم حیث لامصلحۃ تقتضی ذلک, لأنہم مسترزقون وفضل اللہ واسع وقد تعجل لہم الاجابۃ استدراجا وبہ یردقول البحر یحرم التأمین علی دعاء الکافر,لأنہ غیر مقبول اھ

علی انہ قد یختم لہ بالحسنی فلاعلم بعدم قبولہ الابعدتحقق موتہ علی کفرہ ثم رأیت الأذرعی قال اطلاقہ بعید,

والوجہ جواز التأمین بل ندبہ اذا دعالنفسہ بالہدایۃ ولنا بالنصر مثلا ومنعہ اذاجہل مایدعو بہ,لأنہ قد یدعو باثم أی بل ھو الظاھر من حالہ ویکرہ لہم الحضور,ولنا احضارھم, قولہ وبہ یرد الخ أی بکونہم قد تعجل لہم الاجابۃ استدراجا ولو قیل وجہ الحرمۃ أن فی التأمین علی دعائہ تعظیمالہ وتغریرا للعامۃ بحسن طریقتہ لکان حسنا ع ش قول البحر یحرم التأمین الخ اعتمدہ المغنی,قولہ ثم رأیت الأذرعی قال اطلاقہ بعید الخ أقرہ ع ش ثم قال فرع فی استحباب الدعاء للکافر خلاف واعتمد م ر الجواز وأظن أنہ قال لایحرم الدعاء لہ بالمغفرۃ الااذا اراد المغفرۃ مع موتہ علی الکفر وسیأتی فی الجنائز التصریح بتحریم الدعاء للکافر بالمغفرۃ, نعم ان أراد اللہم اغفرلہ ان اسلم أو اراد بالدعاء لہ بالمغفرۃ أن یحصل لہ سببہ وھو الاسلام فلایتجہ الاالجواز سم علی المنہج وینبغی أن ذلک کلہ اذا لم یکن علی وجہ یشعر بالتعظیم والاامتنع خصوصاًاذا قویت القرینۃ علی تعظیمہ وتحقیر غیرہ کأن فعل فعلا دعا لہ بسببہ ولم یقم بہ غیرہ من المسلمین فأشعر بتحقیر ذلک الغیر

📖KITAB AL KAFII IMAM AHMAD

فصل: [غسل الكافر للمسلم]
ولا يصح غسل الكافر لمسلم لأن الغسل عبادة محضة فلا تصح من كافر كالصلاة ولا يجوز للمسلم أن يغسل كافرا وإن كان قريبه ولا يتولى دفنه إلا أن يخاف ضياعه فيواريه قال أبو حفص العكبري: يجوز ذلك وحكاه قولا لأحمد رضي الله عنه لما روي عن علي رضي الله عنه أنه قال: قال للنبي صلى الله عليه وسلم: إن عمك الشيخ الضال قد مات قال: [اذهب فواره] رواه أبو داود والنسائي ولنا أنه لا يصلي عليه فلم يكن له غسله كالأجنبي والخبر يدل على مواراته وله ذلك: لأنه يتغير بتركه ويتضرر ببقائه قال أحمد رضي الله عنه- في مسلم مات والده النصراني-: فليركب دابته وليسر أمام الجنازة وإذا أراد أن يدفن رجع مثل قول عمر رضي الله عنه.

📖mukhtashor al fiqh islami
.حكم غسل الكافر:  يحرم أن يُغَسِّل مسلم كافراً، أو يكفنه، أو يصلي عليه، أو يَتْبَع جنازته، أو يدفنه، بل يواريه بالتراب إذا عُدِمَ من يواريه من أقاربه، ولا يشرع لأقارب المشرك من المسلمين أن يَتْبَعوا جنازته.

📖- Al Mausu'ah al fiqhiyah Al Kuwaitiyah :

١٤ - اتفق الفقهاء على أنه لا يجب على المسلم تغسيل الكافر ، لأن الغسل وجب كرامة وتعظيما للميت ، والكافر ليس من أهل الكرامة والتعظيم .
وذهب الحنفية ، وهو قول لأحمد إلى جواز ذلك إذا كان الكافر الميت ذا رحم محرم من المسلم ، فيجوز عندهم تغسيله عند الاحتياج ، بأن لم يكن هناك من يقوم به من أهل دينه وملته ، فإن كان ، خلى المسلم بينه وبينهم .
والأصل في ذلك ما روي « عن علي رضي الله عنه لما مات أبوه أبو طالب ، جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله عمك الضال قد توفي ، فقال : اذهب واغسله وكفنه وواره » .
ومذهب الشافعية جواز تغسيل المسلمين وغيرهم للكافرين ، وأقاربه الكفار أحق به من أقاربه المسلمين .

وصرح المالكية ، وهو المذهب عند الحنابلة بأن المسلم لا يغسل الكافر مطلقا ، سواء أكان قريبا منه أم لم يكن .
وذهب المالكية والحنابلة إلى أنه ليس للمسلم غسل زوجته الكافرة لأن المسلم لا يغسل الكافر ولا يتولى دفنه ، ولأنه لا ميراث بينهما ولا موالاة ، وقد انقطعت الزوجية بالموت . وكذلك لا تغسله هي عند المالكية إلا إذا كانت بحضرة المسلمين . وعند الحنابلة مطلقا .
لأن النية واجبة في الغسل ، والكافر ليس من أهلها .
وعرف من مذهب الشافعية أن للزوج غسل زوجته المسلمة والذمية ، ولها غسله .
وأما عند الحنفية : فالمرأة لا تمنع من تغسيل زوجها بشرط بقاء الزوجية ولو كتابية .
وأما عكس ذلك فلا يتأتى عندهم في الأصح ، وعند أحمد في رواية ، لأنه ليس للزوج غسلها مطلقا كما سبق ( ف ١٣ ) .
تغسيل الكافر للمسلم :
١٥ - ذهب الحنفية والمالكية والشافعية في المخرج - مقابل الصحيح المنصوص - والحنابلة إلى أنه لا يصح تغسيل الكافر للمسلم ، لأن التغسيل عبادة ، والكافر ليس من أهلها ، فلا يصح تغسيله للمسلم كالمجنون . وأيضا فإن النية واجبة في الغسل والكافر ليس من أهلها . وفي الصحيح المنصوص عند الشافعية أن الكافر لو غسل مسلما فإنه يكفي .
هـ – تغسيل الرجال والنساء للأطفال الصغار وعكسه :

📖Imam Malik rahimahullah mengatakan:
Di dalam kitab
“” (al-Mudawanah, 1:261).
لا يغسل المسلم والده إذا مات الوالد كافرا , ولا يتبعه ، ولا يدخله قبره ، إلا أن يخشى أن يضيع : فيواريه



(Syarh Muntaha al-Iradat, 1:347).

ولا يغسّل مسلم كافرا  للنهي عن موالاة الكفار ، ولأن فيه تعظيما وتطهيرا له ، فلم يجز ؛ كالصلاة عليه


📖 (Kasyaful Qana’, 2:123).
ويحرم أن يغسل مسلم كافرا ، ولو قريبا ، أو يكفنه ، أو يصلي عليه ، أو يتبع جنازته ، أو يدفنه ) ؛ لقوله تعالى : ( يا أيها الذين آمنوا لا تتولوا قوما غضب الله عليهم ) وغَسلُهم ونحوه : تولٍّ لهم ، ولأنه تعظيم لهم ، وتطهير ؛ فأشبه الصلاة عليه … ( إلا أن لا يجد من يواريه غيره ، فيوارَى عند العدم )

📒Ihya ulumuddin juz 4 halaman 521
زيارة القبور مستحبة على الجملة للتذكر والاعتبار وزيارة قبور الصالحين مستحبة للترك مع الاعتبار وقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن زيارة القبور ثم أذن فى ذلك بعد روى عن على رضى الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها فإنها تذكر الأخرة غير أن لا تقولوا هجرا وزار رسول الله صلى الله عليه وسلم قبرأمه فى الف مقنع فلم ير باكيا اكثر منه يومئذ وفى هذا اليوم قال اذن لى فى الزيارة دون الإستغفار

📖مغنى المحتاج ٢ صـ ٤٢

(وَ) يُعَزَّى الْمُسْلِمُ أَيْ يُقَالُ فِي تَعْزِيَتِهِ (بِالْكَافِرِ) الذِّمِّيِّ (أَعْظَمَ اللَّهُ أَجْرَكَ وَصَبَّرَكَ) وَأَخْلَفَ عَلَيْكَ أَوْ جَبَرَ مُصِيبَتَكَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ كَأَصْلِهَا؛ لِأَنَّهُ اللَّائِقُ بِالْحَالِ.
قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ: إذَا اُحْتُمِلَ حُدُوثُ مِثْلِ الْمَيِّتِ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ الْأَمْوَالِ، يُقَالُ أَخْلَفَ اللَّهُ عَلَيْكَ بِالْهَمْزِ؛ لِأَنَّ مَعْنَاهُ: رُدَّ عَلَيْكَ مِثْلُ مَا ذَهَبَ مِنْكَ وَإِلَّا خَلَّفَ عَلَيْكَ: أَيْ كَانَ اللَّهُ خَلِيفَةً عَلَيْكَ مِنْ فَقْدِهِ، وَلَا يَقُولُ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ؛ لِأَنَّ الِاسْتِغْفَارَ لِلْكَافِرِ حَرَامٌ (وَ) يُعَزَّى (الْكَافِرُ) الْمُحْتَرَمُ جَوَازًا إلَّا إنْ رُجِيَ إسْلَامُهُ فَنَدْبًا: أَيْ يُقَالُ فِي تَعْزِيَتِهِ (بِالْمُسْلِمِ: غَفَرَ اللَّهُ لِمَيِّتِكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ) وَقُدِّمَ الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ فِي هَذَا؛ لِأَنَّهُ لِمُسْلِمٍ وَالْحَيُّ كَافِرٌ، وَلَا يُقَالُ أَعْظَمَ اللَّهُ أَجْرَكَ؛ لِأَنَّهُ لَا أَجْرَ لَهُ.
أَمَّا الْكَافِرُ غَيْرُ الْمُحْتَرَمِ مِنْ حَرْبِيٍّ أَوْ مُرْتَدٍّ كَمَا بَحَثَهُ الْأَذْرَعِيُّ فَلَا يُعَزَّى، وَهَلْ هُوَ حَرَامٌ أَوْ مَكْرُوهٌ؟ الظَّاهِرُ فِي الْمُهِمَّاتِ الْأُوَلُ، وَمُقْتَضَى كَلَامِ الشَّيْخِ أَبِي حَامِدٍ الثَّانِي وَهُوَ الظَّاهِرُ. هَذَا إنْ لَمْ يُرْجَ إسْلَامُهُ فَإِنْ رُجِيَ اُسْتُحِبَّتْ كَمَا يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِ السُّبْكِيّ وَلَا يُعَزَّى بِهِ أَيْضًا، وَلَمْ يَذْكُرْ الْمُصَنِّفُ تَعْزِيَةَ الْكَافِرِ بِالْكَافِرِ؛ لِأَنَّهَا غَيْرُ مُسْتَحَبَّةٍ، اقْتَضَاهُ كَلَامُ الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ، بَلْ هِيَ جَائِزَةٌ إنْ لَمْ يُرْجَ إسْلَامُهُ كَمَا مَرَّتْ الْإِشَارَةُ إلَى ذَلِكَ وَإِنْ كَانَ قَضِيَّةُ كَلَامِ التَّنْبِيهِ اسْتِحْبَابَهَا مُطْلَقًا كَمَا نَبَّهْتُ عَلَى ذَلِكَ فِي شَرْحِهِ، وَصِيغَتُهَا: أَخْلَفَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَلَا نَقَصَ عَدَدُكَ بِالنَّصْبِ وَالرَّفْعِ وَنَحْوَ ذَلِكَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَنْفَعُنَا فِي الدُّنْيَا بِكَثْرَةِ الْجِزْيَةِ وَفِي الْآخِرَةِ بِالْفِدَاءِ مِنْ النَّارِ. قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ: وَهُوَ مُشْكِلٌ؛ لِأَنَّهُ دُعَاءٌ بِدَوَامِ الْكُفْرِ فَالْمُخْتَارُ تَرْكُهُ، وَمَنَعَهُ ابْنُ النَّقِيبِ بِأَنَّهُ لَيْسَ فِيهِ مَا يَقْتَضِي الْبَقَاءَ عَلَى الْكُفْرِ وَلَا يُحْتَاجُ إلَى تَأْوِيلِهِ بِتَكْثِيرِ الْجِزْيَةِ.






Wallahu a'lam

diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar