Minggu, 08 April 2018

HUKUM WANITA HAIDL DAN NIFAS BERWUDLU

KESIMPULAN TEAM MUSYAWWYRIN DHF

HUKUM WUDHU NYA WANITA HAIDT/NIFAS
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

✅PERTANYAAN

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apakabar akhii,,,?
Smoga sehat smw ya,,,
Amiiin,,!!!
Sya mw bertanyaa
Misalnya ad  seseOrang yg haid, atau orang itu nifas,  atau  ad orang itu yg junub, nah kmudian orang trsbut mngambil wuduk,  
Pertanyaannya》Sah apa tidak wuduk nya,,???

✅JAWABAN

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

✍bagi orang yg junub sah wudlunya bahkan di anjurkan utk berwudlu terlebih dahulu misal saat hendak tidur ,makan dll
Sebab wudhu bagi org yg junub dapat berpengaruh terhadap hadastnya.
(Dapat meringnkan hadastnya)

⚫bagi wanita haidl dan nifas (yg darah nya masih mengalir/belum tuntas) tidak sah wudhu' nya bahkan di haramkan bagi wanita haidl dan nifas utk bersuci dengan niat ibadah, sebab dia telah bermain_main dalam masalah ibadah, karena waNita haidl dan nifas hadast nya bersifat tetap sehingga tidak bisa hilang dengan berwudhu' /bersuci selama darah haidl dan nifas nya masih keluar.

✍wanita haidl dan nifas yg darahnya masih keluar hanya di bolehkan mandi dengan tujuan bersih bersih diri (bukan niat bersuci)

⚫Apabila darah nya sudah tuntas (berhenti) maka di samakan dengan orang yg junub, boleh berwudhu dan sah wudhu nya bahkan di anjurkan berwudhu terlebih dahul sebelum makan dan minum.
Karena dengan berhentinya darah haidl dan nifash apabila berwudlu niat menghilangkan hadast dapat mempengaruhi terhadap hadastnya.
(Dapat meringankan hadast nya)

RINGKASNYA:
✍bagi wanita haidl dan nifas yg darah nya masih keluar haram dan tidak sah bersuci dgn niat menghilangkan hadast sbb dianggap bermain2 dalam ibadah krn hadastnya tdk bisa hilang selama darahnya masih keluar.

✍Boleh mandi /berwudlu/menyiram bagian badan jika tujuan dan niat nya bersih2 (bukan niat menghilangkan hadast.

✍kalau darahnya sudah berhenti maka boleh berwudlu niat menghilangkan hadast krn disamakan dgn org yg junub , serta dapat meringankan hadastnya.
_______________________

📝Keterangan di atas sebagaimana di tegaskan oleh:
Imam Nawawi dalam syarah Muslim:
Bahwa hal tersebut merupakan kesepakatan ulama' ashab syafiiyah.

bahwasanya tidak disunnahkan berwudhu bagi wanita haid dan wanita nifas. Karena berwudhu tidak berpengaruh pada hadats mereka berdua.
Jika wanita haid sudah berhenti darah haidnya, maka dia seperti orang junub.

👉Diantara perkara yang haram atas wanita haid adalah bersuci dari hadats dengan tujuan beribadah serta mengertinya dia akan keharamannya, hal itu karena dia tala'ub (mempermainkan ibadah).

👉. Adapun mandi  untuk kebersihan (bukan niat menggilangkan hadast) seperti mandi untuk Ihram, wuquf dan melempar jumrah maka hukumnya sunnah untuk wanita haid tanpa ada khilaf.

📚REFERENSI:

📔وَيُنْدَبُ لِلْجُنُبِ رَجُلًا كَانَ أَوْ امْرَأَةً وَلِلْحَائِضِ بَعْدَ انْقِطَاعِ حَيْضِهَا الْوُضُوْءُ لِنَوْمٍ أَوْ أَكْلٍ أَوْ شَرْبٍ أَوْ جِمَاعٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ تَقْلِيْلًا لِلْحَدَثِ

👉syarah Muslim:

📔وَأَمَّا أَصْحَابنَا فَإِنَّهُمْ مُتَّفِقُوْنَ عَلَى أَنَّهُ لَا يُسْتَحَبُّ الْوُضُوءُ لِلْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ ؛ لِأَنَّ الْوُضُوْء لَا يُؤَثِّرُ فِي حَدَثِهِمَا ، فَإِنْ كَانَتْ الْحَائِضُ قَدْ اِنْقَطَعَتْ حَيْضَتُهَا صَارَتْ كَالْجُنُبِ . وَاللهُ أَعْلَمُ

👉Syarh an-Nawawi ala al-Muslim, 3/218

📔وَيُنْدَبُ ) لَهُ أَيْضًا ( اَلْوُضُوْءُ لِلطَّعَامِ وَالشَّرْبِ وَالْجِمَاعِ وَالْمَنَامِ (قَوْلُهُ اَلْوُضُوءُ لِلطَّعَامِ إلَخْ ) قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الْمَجْمُوعِ ؛ لِأَنَّهُ يُؤَثِّرُ فِي حَدَثِ الْجُنُبِ بِخِلَافِ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ ؛ لِأَنَّ حَدَثَهُمَا مُسْتَمِرٌّ وَلَا تَصِحُّ الطَّهَارَةُ مَعَ اسْتِمْرَارِهِ وَهَذَا مَا دَامَتْ حَائِضًا أَوْ نُفَسَاءَ فَإِذَا انْقَطَعَ الدَّمُ صَارَا كَالْجُنُبِ يُسْتَحَبُّ لَهُمَا الْوُضُوءُ فِي هَذِهِ الْمَوَاضِعِ

👉Syarh al-Bahjah, 2/155

📔وَيُنْدَبُ لِلْجُنُبِ رَجُلًا كَانَ أَوْ امْرَأَةً وَلِلْحَائِضِ بَعْدَ انْقِطَاعِ حَيْضِهَا الْوُضُوْءُ لِنَوْمٍ أَوْ أَكْلٍ أَوْ شَرْبٍ أَوْ جِمَاعٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ تَقْلِيْلًا لِلْحَدَثِ

👉Nihayatul Muhtaj, 1/330

📔وَمِمَّا يَحْرُمُ عَلَيْهَا الطَّهَارَةُ عَنْ الْحَدَثِ بِقَصْدِ التَّعَبُّدِ مَعَ عِلْمِهَا بِالْحُرْمَةِ لِتَلَاعُبِهَا ، فَإِنْ كَانَ الْمَقْصُوْدُ مِنْهَا النَّظَافَةَ كَأَغْسَالِ الْحَجِّ لَمْ يُمْتَنَعْ

👉Fiqhul Islami, 3/503

📔يَغْتَسِلُ تَنَظُّفًا، أَوْ يَتَوَضَّأُ، وَالْغُسْلُ أَفْضَلُ؛ لِأَنَّهُ أَتَّمُّ نَظَافَةً، وَلِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اِغْتَسَلَ لِإِحْرَامِهِ ، وَهُوَ لِلنَّظَافَةِ لَا لِلطَّهَارَةِ، وَلِذَا تَفْعَلُهُ الْمَرْأَةُ الْحَائِضُ وَالنُّفَسَاءُ

[ والله اعلم بالصواب ]

Diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar