Jumat, 20 April 2018

HUKUM MEMINDAH/RENOFASI MASJID DAN PUING SISA RENOFASINYA

KESIMPULAN TEAM DHF

*HUKUM MEMBANGUN/RENOVASI MASJID DAN SISA RENOVASINYA*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Assalamualaikum,WR WB

izin bertanya
(Pertanyaan via inbox)
Deskripsi masalah:
Perkembangan model bangunan dan gedung yang terus berkembang dan bersaing berdampak pula pada bangunan masjid, sehingga tidak sedikit masjid-masjid yang masih layak dan kokoh lalu direnofasi dan bahkan ada yang dibongkar total demi mengikuti perkembangan mode gedung dan bangunan tadi.

Pertanyaan Sub A:
Bagaimana hukum puing puing masjid yang di gunakan untuk bangunan sarana umum lain, semisal musholla, madrasah, pondok pesantren, dan lain sebagainya ?

📝Jawaban:
Waalaikum salam wr wb.
Sisa renovasi masjid tidak boleh di gunakan/di fungsikan utk pembangunan lain sekalipun utk fungsi yg bersifat umum, sperti musholla,pondok, jalan umum,
Kecuali memang sudah tidak dapat di fungsikan lagi utk pembangunan masjid baru ataupun, di fungsikan utk masjid lain.
(Lihat i'nah tholibiin juz 3 hal 181)

◾SISA RENOVASI MASJID YG SUDAH TIDAK DAPAT DI FUNGSIKAN LAGI

Sementara jika sisa sia renovasi masjid tersebut tidak dapat di fungsikan lagi,
Menurut qaul yang mu'tamad sebagaimana di fatwakan imam syihab ar_romly bahwa:
Perkakas-perkakas dan alat-alat yang sebelumnya milik masjid bila telah rusak/tidak dipakai solusi yang ditawarkan adalah :
• Dirawat, mungkin satu saat dibutuhkan kembali pada masjid tersebut, bila tidak maka
• Diberikan pada masjid terdekat karena mungkin disana lebih dibutuhkan, bila tidak maka
• Diberikan pada yang mewakafkan kembali, bila tidak maka
• Diberikan pada fakir miskin atau digunakan untuk kepentingan-kepentingan umat islam bersama:
(Lihat i'anah tholibin 3/214)

◾HUKUM MENJUAL PUING_PUING SISA RENOFASI MASJID

Terjadi khilafiyah:

1_.Menurut Imam Ahmad boleh dijual dan uang hasil penjualan digunakan untuk membeli barang yang sama.
Utk pembangunan yg baru.

2.menurut jumhur ulama' Syafi’iyah dan Imam Malik secara mutlak menghukumi tidak boleh dijual (baik masih dapat di fungsikan maupun sudah rusak ataupun tidak dapat di fuggsikan lagi,sehingga barang-barang yang masih dapat digunakan, diberikan kepada masjid lain yang membutuhkan.
Jika tidak maka di biarkan sampai ia rusak dengan sendirinya.
Dan ia tetap bersetatus barang wakof masjid.

✍Sementara ulama' lain
Menurut qaul yg lebih ashoh dalam madzhab syafiiyah sebagaimana di kemukakan oleh imam rofi,ie dan imam nawawi , imam al baghowi, imam arruyani, imam abdul wahab al sya'roni, beliau mengutip fatwa syaikh Abu Bakar bin Ahmad , begitupula pendapat imam Abu zakariya muhyiddin yahya bin syarf al nawawi,
HUKUM NYA DI TAFSHIL:

✍ jika memang sudah tidak dapat di fungsikan lagi baik utk masjid yg di bangun ataupun utk masjid lain
boleh di jual dgn tiga syarat.

1_tidak layak lagi dimanfaatkan nya, kecuali hanya di bakar.

2_mawatir tersia siakan.
3_kawatir di ambil orang (di curi) atau di ghosab orang.

✍Sedangkan apabila masih dapat di fungsikan maka tidak boleh di jual.
Wajib di jaga atau di fungsikan utk masjid lain.

Nott.....!!!
GARIS BESARNYA adalah: BAHAN BANGUNAN SISA RENOVASI MASJID YANG MASIH DAPAT SI FUNGSIKAN,
tidak boleh dijual, ataupun utk di fungsikan pembangunan lain sekalipun utk kemaslahatan umum.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

HUKUM MEMINDAH MASJID/MEMBANGUN MASJID BARU

Pertanyaan sub B:

Bagaimana hukumnya jika ada masjid yang sudah tidak muat menampung jama’ah, lalu membuat masjid baru. ..???

JAWABAN:
Jika alasan nya memng tidak muat dan tidak mampu menampung jama,ah lagi maka boleh merenovasi utk di perluas ataupun jika tidak memungkinkan utk di perluas boleh di pindah ke tempat lain misal sbb sempitnya lahan/tanah wakaf.
Dan masjid lama menurut sebagian pendapat boleh di jual kemudiandi  dan uang nya di buat membeli bahan bangunan utk membangun masjid yg baru.

Sebagaimana keterangan dalam kitab:
Kitab Raddul Mukhtar juz III halaman 512:
"Penduduk suatu daerah ingin membongkar masjid dan membangunnya kembali dengan bangunan yang lebih kokoh dari yang pertama. Jika yang membangun kembali masjid tersebut adalah penduduk daerah tersebut, maka hukumnya boleh, dan jika tidak maka hukumnya tidak boleh".

Dan keterangan
Kitab Syarhul Kabir juz III halaman 420:
"Jika manfaat dari wakaf tersebut secara keseluruhan sudah tidak ada, seperti rumah yang telah roboh atau tanah yang telah rusak dan kembali menjadi tanah yang mati yang tidak mungkin memakmurkannya lagi, atau masjid yang penduduk desa dari masjid tersebut telah pindah; dan masjid tersebut menjadi masjid di tempat yang tidak dipergunakan untuk melakukan shalat, atau masjid tersebut sempit dan tidak dapat menapung para jama'ah dan tidak mungkin memperluasnya di tempat tersebut, ... jika mungkin menjual sebahagiannya untuk memakmurkan sisanya, maka boleh menjual sebahagian. Dan jika tidak mungkin memanfaatkannya sedikitpun, maka boleh menjual seluruhnya"

TAMBAHAN:
dalam konteks permaslahan membuat masjid baru ada bebrapa versi
1_meroboh masjid yg pertama dan memindahkannya ke lokasi lain.
Jika memang tempat awal tdk memungkinkan utk perluasan krn sempitnya lahan.

Menurut imam as_subqiy ada tiga syarat.
1_tidak.merubah setatus nama/fungsi wakaf (tetap di babgun menjadi masjid)
2_utk kemaslahatan wakaf.
3_tidak.menghilangkan bangunan fisik nya.
(Lihat: hasyiah al qolyubiy 3/108)

2_boleh,merobohkan masjid lama kemudian di bangun lagi di tempat semula guna di perluas, (renovasi total)
Dgn syarat
1_ada izin dari nadzir,2_jika tdk ada nadzir maka izin ke hakim setempat.
3_jika tdk di temukan kedua nya maka atas izin org yg adil dgn mlihat maslhah serta adanya dugaan seandainya nadzir masih hidup akan ridlo

(Lihat kisyaaf al_qina' 14/489)
(Dapat dilihat juga dlm kitab radlul mukhtar 3/512)

3_atau boleh juga merobohkan sebagian dengan membiarkan sebagian yg lain utk memperluas bagian bangunan (renovasi sebagian bagunan)
(Refrensi ikut point 2)

4_membangun masjid baru dengan tetap mebiarkan masjid yang lama.

Jika memang alsan nya krn tidak mungkin membangun lebh luas di tempat awal maka boleh membangun di tempat lain, kemudian majid lama di jual uangnya utk pembangunan masjid baru.
Dapat di lihat dalam point ibarah kitab syarhul kabir 3/420
....او ضاق باهله ولم يمكن توسيعه جاز بيع البعض وان لم يمكن الانتفاع بشيء منه  بيع جميعه.

➖Atau tetap di biarkan, dan tetap di fungsikan utk i'tikaf dan sholat berjamaah dll.
(Lihat i'anh tholibin 3/181)
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Pertanyaan sub C:
Dan bagaimana jika masjid yang lama di alih fungsikan menjadi TPQ (tempat pendidikan qur’an)...????

Jawaban:
Dalam madzhab syafiiyah
Tidak boleh di ubah fungsikan.

Kitab As Syarqawi juz II halaman 178:
"Tidak boleh menukarkan barang wakaf menurut madzhab kami (Syafi'i), walaupun sudah rusak. Berbeda dengan madzhab Hanafi yang membolehkannya. Contoh kebolehan menurut pendapat mereka adalah apabila tempat yang diwakafkan itu benar-benar hampir longsor, kemudian ditukarkan dengan tempat lain yang lebih baik dari padanya, sesudah ditetapkan oleh Hakim yang melihat kebenarannya".

➖➖➖➖➖➖➖➖
Pertanyaan sub D:
Dan bagaimana hukum i’tikaf
Jawaban:
Boleh dan sah i'tikaf nya karena selamanya tanah wakaf masjid tetap di hukumi masjid dan tetap berfungsi sebagaimana hukumnya masjid.

Sebagaimana keterangan dalam kitab:
Kitab I'aanatut Thaalibiin juz III halaman 181:
"Dan tidak boleh masjid dirusak. Artinya, masjid yang roboh yang telah disebutkan sebelumnya dalam ucapan mushannif "Maka andaikata ada sebuah masjid yang roboh". Masjid yang menganggur adalah seperti masjid yang roboh. Walhasil, sesungguhnya masjid yang telah roboh ini, artinya, atau telah menganggur sebab dianggurkan oleh penduduk desa tempat masjid tersebut berada sebagaimana keterangan yang telah lalu, maka masjid tersebut tidak boleh dirusak, artinya bangunannya tidak boleh dibatalkan dengan jalan disempurnakan penghancurannya dalam bentuk masjid yang roboh, atau dihancurkan mulai dari asalnya dalam bentuk masjid yang dianggurkan. Akan tetapi hukum masjid tersebut tetap dalam keadaannya sejak roboh atau menganggur. Yang demikian itu ialah karena masih mungkin melakukan shalat di masjid tersebut dalam keadaannya yang roboh ini dan masih mungkin mengembalikan bangunannya seperti sediakala".

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Pertanyaan sub E:
dan bagai mana hukum orang haid yang masuk masjid lama tersebut ?

Jawban:
Terjadi khilafiyah lintas madzhab.

◾Dalam madzhab syafiiyah Hukum nya tetap haram bagi wanita haidl masuk kedlam bangunan tersebut, sebab masjid lama tersebut masih bersetatus masjid.

◼Munurut madzhab Hanafi, setelah tanah tersebut diputuskan menjadi halaman masjid, atau di jadikan TPQ sebagaimana kasus di atas maka hukumnya seperti halaman masjid yang lain yang tidak sama dengan hukum masjid.

Artinya jika masjid awal sudah di beli atau di ganti dgn yg lebih layak kemudian di wakafkan utk TPQ, maka setts hukumnya tidak lagi menjadi masjid melainkan berubah sesuai pemanfaatan yg kedua.

◼Menurut madzhab Hambali, setelah tanah/bangunan tersebut berubah fungsinya menjadi bukan masjid, maka hukumnya juga berubah.

◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻
SUMBER RUJUKAN

📚REfrensi:
(SUB A)
حاشية اعانة الطالبين للسيد جزء 3 ص 181

ولايعمر به غير جنسه كرباط وبـئر كالعكس الا اذا تعذر جنسه ( قوله ولا يعمر به غير جنسه ) اى ولا يعمر بالنقض ما هو من غير جنس المسجد وقوله كالرباط وبئر تمثيل لغير جنس المسجد وقوله كالعكس هوان لا يعمر بنقض الرباط والبئر غير الجنس كالمسجد ( قوله الا اذا تعذر ) أي فانه يعمر به غير الجنس اهـ

غاية التلخيص المراد من فتاوي ابن زياد ص 259

(مسئلة) اوقاف المساجد والابار والرباط المسبلة اذا تعذر صرف متوجهاتها اليها على ما شرطه الواقف لخراب المساجد والعمران عندها يتولى الحاكم امر ذالك وفي صرفه خمسة اوجه احدها قاله الرويانى والموردي والبلقينى يصرف الى الفقراء والمساكن الثاني حكاه الحفاظى وقاله الماوردى ايضا انه كمنقطع الاخر الثالث حكاه الحفاظى ايضا يصرف الى المصالح الرابع قاله الامام وابن عجيل يحفظ لتوقع عوده الخامس وهو المعتمد وجرى عليه فى الانوار والجواهر وزكريا انه يصرف الى مثلها المسجد الى المسجد الخ.. والقريب اولى وعليه يحمل قول المتولى لأقرب المساجد

_________
Ianah at-Thoolibiin III/214
في سم ما نصه، الذي اعتمده شيخنا الشهاب الرملي أنه إن توقع عوده حفظ، وإلا صرفه لاقرب المساجد، وإلا فللاقرب إلى الواقف، وإلا فللفقراء والمساكين أو مصالح المسلمين.

حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 3 صحـ : 110 مكتبة دار إحياء الكتب العربيةقَوْلُهُ ( وَلَوِ انْهَدَمَ مَسْجِدٌ ) أَيْ وَتَعَذَّرَتِ الصَّلاَةُ فِيهِ لِخَرَابِ مَا حَوْلَهُ مَثَلاً قَوْلُهُ ( وَتَعَذَّرَتْ إِعَادَتُهُ ) أَيْ بِنَقْضِهِ ثُمَّ إِنْ رُجِيَ عَوْدُهُ حُفِظَ نَقْضُهُ وُجُوبًا وَلَوْ بِنَقْلِهِ إِلَى مَحِلٍّ آخَرَ إِنْ خِيْفَ عَلَيْهِ لَوْ بَقِيَ وَلِلْحَاكِمِ هَدْمُهُ وَنَقْلُ نَقْضِهِ إِلَى مَحِلٍّ أَمِيْنٍ إِنْ خِيفَ عَلَى أَخْذِهِ وَلَوْ لَمْ يُهْدَمْ فَإِنْ لَمْ يُرْجَ عَوْدُهُ بُنِيَ بِهِ مَسْجِدٌ آخَرُ لاَ نَحْوُ مَدْرَسَةٍ وَكَوْنُهُ بِقُرْبِهِ أَوْلَى فَإِنْ تَعَذَّرَ الْمَسْجِدُ بُنِيَ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا غَلَّتُهُ الَّتِيْ لَيْسَتْ ِلأَرْبَابِ الْوَظَائِفِ وَحُصُرُهُ وَقَنَادِيْلُهُ فَكَنَقْضِهِ وَإِلاَّ فَهِيَ ِلأَرْبَابِهَا وَإِنْ تَعَذَّرَتْ لِعَدَمِ تَقْصِيرِهِمْ اهـ

_____________

مواهب الفضال بفتوى بافضال الجزء 1 صحـ : 228
وَسُئِلَ الْعَلاَّمَةُ الشَّيْخُ أَبُوْ بَكَرِ ابْنُ أَحْمَدَ الْخَطِيْبُ مُفْتِيْ تَرِيْم عَمَّا بَقِيَ فَتَاتُ النَّوْرَةِ وَالطِّيْنِ وَاْلأَخْشَابِ بَعْدَ الْهَدْمِ فَأَجَابَ بِجَوَابٍ طَوِيْلٍ مَالَ بِهِ إِلَى جَوَازِ بَيْعِهَا إِذَا لَمْ تَظْهَرْ حَاجَةٌ لَهَا لِلْمَسْجِدِ الْمَذْكُوْرِ وَلَوْ فِي الْمُسْتَقْبَلِ وَخِيْفَ ضِيَاعَهُ أَوْ أَخَذَ ظَالِمٌ أَوْ غَاصِبٌ لَهَا عَمَّا إِذَا لَمْ يُخْشَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ فَتُحْفَظُ إِلَى آخِرِمَا أَطَالَ بِهِ رَحِمَ اللهُ اهـ نَصُّ الْوَارِدِ فِيْ حُكْمِ تَجْدِيْدِ الْمَسْجِدِ لِلْعَلاَّمَةِ عَلَوِي ابْنِ عَبْدِ اللهِ ابْنِ حُسَيْنٍ –

إلى أن قال-
ثُمَّ اخْتَلَفُوْا فِيْ جَوَازِ بَيْعِهِ وَصَرْفِ ثَمَنِهِ فِيْ مِثْلِهِ وَإِنْ كَانَ مَسْجِدًا فَقَالَ الْمَالِكُ وَالشَّافِعِيُّ يَبْقَى عَلَى حَالِهِ وَلاَ يُبَاعُ وَقَالَ أَحْمَدُ يَجُوْزُ بَيْعُهُ وَصَرْفُ ثَمَنِهِ فِيْ مِثْلِهِ وَكَذَلِكَ فِي الْمَسْجِدِ إِذَا كَانَ لاَيُرْجَى عَوْدُهُ وَلَيْسَ عِنْدَ أَبِيْ حَنِيْفَةَ نَصٌّ فِيْهَا اهـ
___________

 

📗Al Qulyubi Juz : 3 Hal : 108
( “قليوبي” جزأ الثالث ص 108:)
(والأصح جواز بيع حصر المسجد) الموقوفة (إذا بليت وجفوا عنه إذا انكسرت، ولم تصلح إلا للإحراق) قوله: (ولم تصلح) أي الحصر والجذوع إلا للإحراق دخل في المستثنى منه، ما لو صلحت لخلط طين، ولو بنشرها أو لجعلها في بناء بدل الآجر، أو السقف أو نحو ذلك فلا تباع كما مر ومثل حصر المسجد وجذوعه غيرها من الموقوفات على المعتمد كما علم.

📗(Fathul Wahab Juz : 1 Hal ;259)
“فتح الوهاب” جزأ الأول ص 259:                                                                  
(ولا يباع موقوف وإن خرب) كشجرة جفت ومسجد انهدم وتعذرت إعادته وحصره الموقوفة البالية وجذوعه المنكسرة إدامة للوقف في عينه ولأنه يمكن الانتفاع به كصلاة واعتكاف في أرض المسجد وطبخ جص أو آجر له بحصره وجذوعه وما ذكرته فيهما بصفتهما المذكورة هو ما اقتضاه كلام الجمهور وصرح به الجرجاني والبغوي والروياني وغيرهم وبه أفتيت وصحح الشيخان تبعا للإمام أنه يجوز بيعهما لئلا يضيعا ويشتري بثمنهما مثلهما والقول به يؤدي إلى موافقة القائلين بالاستبدال.

📗الميزان الكبرى الجزأ الاول ص : 228
وسئل العلامة الشيخ أبو بكر ابن احمد الخطيب مفتي تريم , عما بقي فتات النورة والطين والاخشاب بعد الهدم , فأجاب بجواب طويل مال به الى جواز بيعها اذا لم تظهر حاجة لها للمسجد المذكور ولو في المستقبل وخيف ضياعه او اخذ ظالم او غاصب لها , أما اذا لم يخش شيئ من ذلك فتحفظ .

📗روضة الطالبين . الجزء 5. صفحة  357. مكتبة الشاملة
فرع حصر المسجد إذا بليت ونحاتة أخشابق إذا نخزت وأستار الكعبة إذا لم يبق فيها منفعة ولا جمال في جواز بيعها وجهان  أصحهما تباع لئلا تضيع وتضيق المكان بلا فائدة  والثاني لا تباع بل تترك بحالها أبدا  وعلى الأول قالوا يصرف ثمنها في مصالح المسجد  والقياس أن يشترى بثمن الحصير حصير ولا يصرف في مصلحة أخرى ويشبه أن يكون هو المراد باطلاقهم .

📗.تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي (6/ 282)
وَالْأَصَحُّ جَوَازُ بَيْعِ حُصْرِ الْمَسْجِدِ إذَا بَلِيَتْ وَجُذُوعِهِ إذَا انْكَسَرَتْ) ، أَوْ أَشْرَفَتْ عَلَى الِانْكِسَارِ (وَلَمْ تَصْلُحْ إلَّا لِلْإِحْرَاقِ) لِئَلَّا تَضِيعَ فَتَحْصِيلُ يَسِيرٍ مِنْ ثَمَنِهَا يَعُودُ عَلَى الْوَقْفِ أَوْلَى مِنْ ضَيَاعِهَا وَاسْتُثْنِيَتْ مِنْ بَيْعِ الْوَقْفِ؛ لِأَنَّهَا صَارَتْ كَالْمَعْدُومَةِ وَيُصْرَفُ ثَمَنُهَا لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ إنْ لَمْ يَكُنْ شِرَاءَ حَصِيرٍ أَوْ جُذُوعٍ بِهِ وَأَطَالَ جَمْعٌ فِي الِانْتِصَارِ لِلْمُقَابِلِ أَنَّهَا تَبْقَى أَبَدًا نَقْلًا وَمَعْنًى، وَالْخِلَافُ فِي الْمَوْقُوفَةِ وَلَوْ بِأَنْ اشْتَرَاهَا النَّاظِرُ وَوَقَفَهَا بِخِلَافِ الْمَمْلُوكَةِ لِلْمَسْجِدِ بِنَحْوِ شِرَاءِ فَإِنَّهَا تُبَاعُ جَزْمًا

📗حاشية الجمل على شرح المنهج = فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب (3/ 590)
(وَلَا يُبَاعُ مَوْقُوفٌ وَإِنْ خَرِبَ) كَشَجَرَةٍ جَفَّتْ وَمَسْجِدٍ انْهَدَمَ وَتَعَذَّرَتْ إعَادَتُهُ وَحُصُرِهِ الْمَوْقُوفَةِ الْبَالِيَةِ وَجُذُوعِهِ الْمُنْكَسِرَةِ إدَامَةً لِلْوَقْفِ فِي عَيْنِهِ وَلِأَنَّهُ يُمْكِنُ الِانْتِفَاعُ بِهِ كَصَلَاةٍ وَاعْتِكَافٍ فِي أَرْضِ الْمَسْجِدِ وَطَبْخِ جِصٍّ أَوْ آجُرٍّ لَهُ بِحُصُرِهِ وَجُذُوعِهِ وَمَا ذَكَرْته فِيهِمَا بِصِفَتِهِمَا الْمَذْكُورَةِ هُوَ مَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الْجُمْهُورِ وَصَرَّحَ بِهِ الْجُرْجَانِيُّ وَالْبَغَوِيُّ وَالرُّويَانِيُّ وَغَيْرُهُمْ وَبِهِ أَفْتَيْت وَصَحَّحَ الشَّيْخَانِ تَبَعًا لِلْإِمَامِ أَنَّهُ يَجُوزُ بَيْعُهُمَا لِئَلَّا يَضِيعَا وَيَشْتَرِيَ بِثَمَنِهِمَا مِثْلُهُمَا وَالْقَوْلُ بِهِ يُؤَدِّي إلَى مُوَافَقَةِ الْقَائِلِينَ بِالِاسْتِبْدَالِ أَمَّا الْحُصُرُ الْمَوْهُوبَةُ أَوْ الْمُشْتَرَاةُ لِلْمَسْجِدِ مِنْ غَيْرِ وَقْفٍ لَهَا فَتُبَاعُ لِلْحَاجَةِ، وَغَلَّةُ وَقْفِهِ عِنْدَ تَعَذُّرِ إعَادَتِهِ. قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ تُصْرَفُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْمُتَوَلِّي لِأَقْرَبِ الْمَسَاجِدِ إلَيْهِ وَالرُّويَانِيُّ هِيَ كَمُنْقَطِعِ الْآخِرِ وَالْإِمَامُ تُحْفَظُ لِتَوَقُّعِ عَوْدِهِ وَتَعْبِيرِي بِمَا ذُكِرَ أَوْلَى مِمَّا عَبَّرَ بِهِ.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(IBAROH SUB B dan C:)
Kitab Raddul Mukhtar juz III halaman 512:
اَرَادَ اَهْلُ الْمَحَلَّةِ نَقْضَ الْمَسْجِدِ وَبِنَاءَهُ اَحْكَمَ مِنَ الاَوَّلِ ، إِنِ الْبَانِى مِنْ اَهْلَ الْمَحَلَّةِ لَهُمْ ذلِكَ ، وإِلاَّ فَلاَ .

Kitab Syarhul Kabir juz III halaman 420:
فَاِنْ تَعَطَّلَتْ مَنَافِعُهُ بِالْكُلِّيَّةِ كَدَارٍ اِنْهَدَمَتْ اَوْ اَرْضٍ خَرَبَتْ وَعَادَتْ مَوَاتًا لَمْ يُمْكِنْ عِمَارَتُهَا اَوْ مَسْجِدٍ اِنْتَقَلَ اَهْلُ الْقَرْيَةِ عَنْهُ وَصَارَ فِى مَوْضِعٍ لاَ يُصَلَّى فِيْهِ اَوْ ضَاقَ بِاَهْلِهِ وَلَمْ يُمْكِنْ تَوْسِيْعُهُ فِى مَوْضِعِهِ ، فَاِنْ اَمْكَنَ بَيْعُ بَعْضِهِ لِيُعَمَّرَ بَقِيَّتُهُ جَازَ بَيْعُ الْبَعْضِ وَاِنْ لَمْ يُمْكِنِ الإِنْتِفَاعُ بِشَيْءٍ مِنْهُ بِيْعَ جَمِيْعُهُ .

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(Ibaroh sub D & E )

Kitab I'aanatut Thaalibiin juz III halaman 181:
وَلاَ يَنْقُضُ الْمَسْجِدُ اَيِ الْمُنْهَدِمُ الْمُتَقَدِّمُ ذِكْرُهُ فِى قَوْلِهِ " فَلَوِ انْهَدَمَ مَسْجِدٌ " ، وَمِثْلُ الْمُنْهَدِمِ اَلْمُتَطِّلُ . ( وَالْحَاصِلُ ) اَنَّ هذَا الْمَسْجِدَ الَّذِى انْهَدَمَ اَىْ اَوْ تَعَطَّلَ بِتَعْطِيْلِ اَهْلِ الْبَلَدِ لَهُ كَمَا مَرَّ لاَ يُنْقَضُ اَىْ لاَ يُبْطَلُ بِنَاؤُهُ بِحَيْثُ يُتَمَّمُ هَدْمُهُ فِىْ صُوْرَةِ الْمَسْجِدِ الْمُنْهَدِمِ اَوْ يُهْدَمُ مِنْ اَصْلِهِ فِى صُوْرَةِ الْمُتَعَطَّلِ ؛ بَلْ يَبْقَى عَلَى حَالِهِ مِنَ الاِنْهِدَامِ اَوْ التَّعْطِيْلِ . وَذلِكَ لإِمْكَانِ الصَّلاَةِ فِيْهِ وَهُوَ بِهذِهِ الْحَالَةِ وَلإِمْكَانِ عَوْدِهِ كَمَا كَانَ .

Kitab As Syarqawi juz II halaman 178:
وَلاَ يَجُوْزُ اسْتِبْدَالُ الْمَوْقُوْفِ عِنْدَنَا وَاِنْ خَرَبَ ، خِلاَفًا لِلْحَنَفِيَّةِ . وَصُوْرَتُهُ عِنْدَهُ اَنْ يَكُوْنَ الْمَحَلُّ قَدْ آلَ اِلَى السُّقُوْطِ فَيُبْدَلُ بِمَحَلٍّ آخَرَ اَحْسَنَ مِنْهُ بَعْدَ حُكْمِ حَاكِمٍ يَرَى صِحَّتَهُ .

Wallahu a'lam bish_showab
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar