Minggu, 01 April 2018

HUKUM MENANGISI MAYYIT

KESIMPULAN TEAM MUSYAWWIRIN DHF
HUKUM MENANGISI DAN MENJATUHKAN AIR MATA KE TUBUH MAYYIT
====================
PERTANYAAN:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Mau nanya, tadz..
Apa benar, air mata kita tidak boleh menetes (ke tubuh) mayit? Apa itu hanya omongan orang jaman dulu, atau ada hadits nya? Kalau ada, mengapa? Dan apa akibatnya jika air mata kita menetes ke tubuh mayit?
Soalnya baru 09 Maret lalu saya gak sengaja netesin air mata saya di dahi ponakan saya yg meninggal.
Mohon penjelasannya. Terimakasih tadz.

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Tiada larangan mnangis dan air mata  jatuh ke tubuh mayyit,,tapi dngan cara sewajarnya (tidak boleh sampai berlebihan hingga menjerit2)

✍Sebagaimana SABDA RASULALLAH:
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُونٍ وَهُوَ مَيِّتٌ وَهُوَ يَبْكِي أَوْ قَالَ عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium Utsman bin Mazh’un, ketika Utsman wafat, dan Rasulullah menangis atau mengalir air matanya

⚫Lebih lanjut__________
KAMI KUTIPKAN BEBERAPA SEUMBER HADIST RASULALLAH DAN PENJELASAN ULAMA' TERKAIT HUKUM MENANGIS MAYYIT:

👉Hukum mnangisi mayyit

👉Diperbolehkan menangisi janazah dengan hal sewajarnya Demikian halnya menangisi jenazah,

DENGAN CATATAN: tidak melewati batas,
Apabila sampai melewati batas keluar dari batasan tabiat umum nya,  di sebut ratapan atau raungan, maka itu sudah menjadi tangisan yang diharamkan dalam Islam karena menunjukkan ketidaksabaran pelakunya dalam menghadapi takdir Allah Ta’ala.

✍Bahkan menurut Imam malik dan Imam hafiyyah jika menangis dengan suara yang sangat keras maka diharamkan

👉Banyak kita temui para wanita yang menangisi kematian orang yang dicintainya dgn berlebihan, sambil menjerit-jerit, merobek-robek pakaiannya, menampar-nampar pipinya, menjambak rambutnya, & sebagainya. Ketahuilah saudariku, perbuatan semacam ini adalah perilaku wanita-wanita jahiliyah, yang kita dilarang utk mengikuti & menyerupai perilaku mereka.

✍Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ, وَدَعَى بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang memukuli pipi, merobek-robek pakaian, & berteriak dgn teriakan Jahiliyah (ketika ditimpa musibah)

👉Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil Ibrahim dan menciumnya. Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlinang air mata. Lalu berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu kepada beliau, Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (kasih sayang),” lalu beliau kembali menangis. Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh kedua mata telah mencucurkan air mata, hati telah bersedih, hanya saja kami tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kami. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim betul-betul bersedih.

(HR. Al-Bukhari no. 1303)

👉Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata:
لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلْتُ أَكْشِفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ أَبْكِي وَيَنْهَوْنِي عَنْهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْهَانِي

👉Ketika ayahku terbunuh, aku buka kain penutup wajahnya lalu aku menangis dan mereka mencegahku, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarangku

(HR. Bukhari, 4/465/1167)

👉Bahkan dibolehkan mencium wajahnya, sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dari Ibnu Abbas Radhilallahu ‘Anhuma, dia berkata:

أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ

👉Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya

(HR. Bukhari, 13/363/4098)

👉Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata:

أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ

👉Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya

(HR. Bukhari, 13/363/4098)

👉Ada pun, bagian yang dicium adalah dahi/kening/jidat. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu:

فَوَضَعَ فَاهُ عَلَى جَبِين رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يُقَبِّلهُ وَيَبْكِي

👉Lalu, Abu Bakar meletakkan mulutnya pada kening Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau menciumnya dan menangis

(HR. Ibnu Abi Syaibah, 8/565)

👉Kebolehan ini semakin kuat, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri pernah melakukannya terhadap mayit sahabatnya yang juga saudara sesusuannya, Utsman bin Mazh’un Radhiallahu ‘Anhu

📚REFERENSI PENDUKUNG:

👉Hadits shahih. Riwayat Bukhari dlm Fat-hul Baari (III/127-128 no.1294)

📔دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

📔كما في البخاري (1284) عن أسامة رضي الله قال : (كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَسُولُ إِحْدَى بَنَاتِهِ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ .. فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ، فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا هَذَا؟ قَالَ : هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

📔وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ : (اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي ، وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي) رواه مسلم (976

📔فإن كان البكاء مصحوباً بلطم للخدود وشق للثياب والتسخط على قدر الله، فهذا لا يجوز؛ لما رواه ابن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ ) رواه البخاري (1294

📗المجموع - محيى الدين النووي - ج ٥ - الصفحة ٣٠٧

ويجوز البكاء على الميت من غير ندب ولا نياحة لما روى جابر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا إبراهيم انا لا نغني عنك من الله شيئا ثم ذرفت عيناه فقال عبد الرحمن ابن عوف يا رسول الله أتبكي أولم تنه عن البكاء قال لا ولكن نهيت عن النوح " ولا يجوز لطم الخدود ولا شق الجيوب لما روى عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعي بدعوى الجاهلية

📘الفقه على المذاهب الأربعة -ج ١ ص ٨٣٥

📔يحرم البكاء على الميت برفع الصوت والصياح عند المالكية والحنفية وقال الشافعية والحنابلة : إنه مباح أما هطل الدموع بدون صياح فإنه مباح باتفاق وكذلك لا يجوز الندب وهو عد محاسن الميت بنحو قوله : واجملاه واسنداه ونحو ذلك ومنه ما تفعله النائحة " المعددة " كما لا يجوز صبغ الوجوه ولطم الخدود وشق الجيوب لقوله صلى الله عليه و سلم: " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعا بدعوى الجاهلية " رواه البخاري ومسلم

📔هذا ولا يعذب الميت ببكاء أهله المحرم عليه إلا إذا أوصى به وإذا علم أنه أهله سيكون عليه بعد الموت وظن أنهم لو أوصاهم بتركه امتثلوا ونفذوا وصيته وجب عليه أن يوصيهم بتركه وإذا لم يوص عذب ببكائهم عليه بعد الموت.

__________________________________

Hadist hadits yang berkaitan dengan
Menangisi mayyit

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: اُصِيْبَ اَبِى يَوْمَ اُحُدٍ، فَجَعَلْتُ اَبْكِى فَجَعَلُوْا يَنْهَوْنِى وَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يَنْهَانِى. فَجَعَلَتْ عَمَّتِى فَاطِمَةُ تَبْكِى. فَقَالَ النَّبِيُّ ص تَبْكِيْنَ اَوْ لاَ تَبْكِيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ. احمد و البخارى و مسلم

Dari Jabir (bin ‘Abdullah), ia berkata : Ketika ayahku gugur pada perang Uhud, lalu aku menangis, kemudian orang-orang melarangku, sedang Rasulullah SAW (sendiri) tidak melarang ku. Lalu bibiku Fathimah (juga) menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, “Kamu menangis ataupun tidak, para malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka, sehingga kamu sekalian mengangkatnya". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 111]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَاتَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص فَبَكَتِ النّسَاءُ، فَجَعَلَ عُمَرُ يَضْرِبُهُنَّ بِسَوْطِهِ، فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ وَ قَالَ: مَهْلاً يَا عُمَرُ. ثُمَّ قَالَ: اِيَّاكُنَّ وَ نَعِيْقَ الشَّيْطَانِ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ مَهْمَا كَانَ مِنَ اْلعَيْنِ وَ اْلقَلْبِ فَمِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ مِنَ الرَّحْمَةِ. وَ مَا كَانَ مِنَ اْليَدِ وَ اللّسَانِ فَمِنَ الشَّيْطَانِ. احمد، فى نيل الاوطار 4: 111

Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Ketika Zainab binti Rasulullah SAW meninggal dunia, lalu para wanita menangis. Kemudian 'Umar memukul mereka dengan cambuknya. Lalu Rasulullah SAW memegang tangan 'Umar sambil bersabda, “Sabar ya 'Umar!" Kemudian beliau bersabda, “Jauhkankah diri kalian dari raungan syaithan". Kemudian beliau bersabda (pula), “Karena sesungguhnya bila tangisan itu hanya sekedar mengeluarkan air mata dan kesedihan hati, maka ia itu berasal dari Allah 'Azza wa Jalla dan dari perasaan iba. Dan bila tangisan itu diikuti perbuatan tangan dan lisan, maka ia itu berasal dari syaithan". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 111]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اِشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوًى لَهُ، فَاَتَاهُ النَّبِيُِّ ص يَعُوْدُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ، وَ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ. فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيّهِ، فَقَالَ: قَدْ قُضِيَ؟ فَقَالُوْا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَبَكَى رَسُوْلُ اللهِ ص. فَلَمَّا رَأَى اْلقَوْمُ بُكَاءَهُ بَكَوْا، قَالَ: اَلاَ تَسْمَعُوْنَ؟ اِنَّ اللهَ لاَ يُعَذّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَ لاَ بِحُزْنِ اْلقَلْبِ، وَ لكِنْ يُعَذّبُ بِهذَا. وَ اَشَارَ اِلَى لِسَانِهِ اَوْ يَرْحَمُ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 4: 112

Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Sa'ad bin 'Ubadah mengadukan sakitnya, lalu Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Kemudian ketika Nabi SAW masuk kepadanya, beliau mendapatinya dalam keadaan kritis. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada para shahabat), “Apakah ia sudah mati?" Mereka menjawab, “Belum, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW menangis. Setelah orang-orang melihat Nabi SAW menangis, merekapun ikut menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, “Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa sebab melelehnya air mata dan tidak pula susahnya hati, tetapi Allah akan menyiksa atau memberi rahmat sebab ini", beliau sambil berisyarat ke lisannya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 112]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ سَعْدَ بْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ حَضَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ. قَالَتْ: فَوَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ اِنّى َلاَعْرِفُ بُكَاءَ اَبِى بَكْرٍ مِنْ بُكَاءِ عُمَرَ. وَاَنَا فِى حُجْرَتِى. احمد، فى نيل الاوطار 4:

Dari 'Aisyah, bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz meninggal dunia, maka Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan 'Umar mendatanginya. 'Aisyah berkata, “Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, sungguh aku lebih mengenal tangisan Abu Bakar daripada tangisan 'Umar, sedang aku berada di dalam kamarku". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيْكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَ يَعُوْدُ عَبْدَ اللهِ بْنَ ثَابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ. فَصَاحَ بِهِ فَلَمْ يُجِبْهُ. فَاسْتَرْجَعَ، وَ قَالَ: غُلِبْنَا عَلَيْكَ يَا اَبَا الرَّبِيْعِ! فَصَاحَ النّسْوَةُ وَ بَكَيْنَ. فَجَعَلَ ابْنُ عَتِيْكٍ يُسَكّنُهُنَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْهُنَّ فَاِذَا وَجَبَ فَلاَ تَبْكِيَنَّ بَاكِيَةٌ. قَالُوْا: وَ مَا اْلوُجُوْبُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلْمَوْتُ. ابو داود و النسائى، فى نيل الاوطار 4: 114

Dari Jabir bin 'Atiek, bahwasanya Rasulullah SAW datang menjenguk 'Abdullah bin Tsabit, dan beliau mendapatinya sudah kritis, lalu beliau memanggil dengan suara keras, namun ia tidak menjawab, lalu beliau mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" dan bersabda, “Kamu mendahului kami wahai Abu Rabi' ", lalu para wanita menjerit dan menangis. Kemudian Ibnu 'Atiek berusaha menenangkan mereka. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Biarkanlah mereka, dan apabila sudah pasti, jangan ada seorangpun yang menangis". Mereka bertanya, “Apa yang dimaksud "pasti" itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, “Mati". [HR. Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]

Keterangan :

Dari Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa menangisi mayyit yang tidak berlebih-lebihan itu boleh.

Larangan meratapi mayit, memukul pipi, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek pakaian.

عَنْ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْمَيّتُ يُعَذَّبُ فِى قَبْرِهِ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. مسلم 2: 639

Dari Umar (bin Khaththab) dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Mayyit itu disiksa dikuburnya dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 639].

عَنِ اْلمُغِيْرَةِِ رض قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: مَنْ نِيْحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبْ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. البخارى 2: 81

Dari Mughirah (bin Syu'bah) RA, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang diratapi atasnya, maka ia disiksa dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Bukhari juz 2, hal. 81]

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رض قَالَ: اُغْمِيَ عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ فَجَعَلَتْ اُخْتُهُ عَمْرَةُ تَبْكِى، وَاجَبَلاَهْ، وَا كَذَا، وَا كَذَا، تُعَدّدُ عَلَيْهِ، فَقَالَ حِيْنَ اَفَاقَ: مَا قُلْتِ شَيْئًا اِلاَّ قِيْلَ لِى: آنْتَ كَذلِكَ. فَلَمَّا مَاتَ لَمْ تَبْكِ عَلَيْهِ. البخارى 5: 88

Dari Nu'man bin Basyir RA, ia berkata : Ketika Abdullah bin Rawahah pingsan, 'Amrah (yaitu) saudara perempuannya menangis (sambil berteriak-teriak) dengan menyebut-nyebutnya, “Oh, pelindungku, oh ini, oh itu", ia menyebut-nyebut berbagai kebaikannya. Ketika (Abdullah bin Rawahah) siuman, ia berkata, “Tidaklah engkau mengatakan sesuatu, kecuali dikatakan kepadaku. Apakah kamu seperti yang dikatakan itu ?!" Maka setelah (Abdullah bin Rawahah) meninggal, 'Amrah tidak menangisinya. [HR. Bukhari juz 5, hal. 88]

عَنْ اَبِى مُوْسَى رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ اْلمَيّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ اْلحَيّ. اِذَا قَالَتْ وَ اعَضُدَاهْ، وَا مَانِعَاهْ، وَا نَاصِرَاهْ، وَا كَاسِبَاهْ جُبِذَ اْلمَيّتُ فَقِيْلَ: اَنَاصِرُهَا اَنْتَ؟ اَكَاسِبُهَا اَنْتَ؟. احمد 7: 168 رقم

Dari Abu Musa RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya mayyit itu disiksa dengan sebab tangisnya orang yang hidup, apabila ia menyebut-nyebutnya, “Oh penanggungku, oh penjagaku, oh penolongku, oh tumpuan harapanku”, maka mayyit itu ditarik dan ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan“Apakah kamu penolongnya ? Apakah kamu tumpuan harapannya ?” [HR. Ahmad juz 7, hal. 168, no. 19737]

عَنْ اَبِى مُوْسَى اْلاَشْعَرِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا مِنْ مَيّتٍ يَمُوْتُ فَيَقُوْمُ بَاكِيْهِمْ فَيَقُوْلُ: وَا جَبَلاَهْ، وَا سَيّدَاهْ اَوْ نَحْوَ ذلِكَ اِلاَّ وُكّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ اَهكَذَا كُنْتَ. الترمذى 2: 236 هذا حديث حسن غريب

Dari Abu Musa Al-Asy‘ariy, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mayyit yang meninggal, lalu ada orang yang menangisi diantara mereka dengan menyebut-nyebutnya, “Oh pelindungku, oh penanggungku" atau seperti itu, kecuali dengannya ada dua malaikat yang diserahi untuk memukul dada (mayyit itu) dengan bertanya, “Apakah seperti itu keadaanmu ?". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 236, ia berkata, “Ini hadits Hasan Gharib"]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِثْنَتَانِ فِى النَّاسِ هُمَابِهِمْ كُفْرٌ: اَلطَّعْنُ فِى النَّسَبِ،وَ النّيَاحَةُ عَلَى اْلمَيّتِ. مسلم 1: 82

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua perkara yangmana dua perkara itu merupakan kekufuran padanya, yaitu : 1. Mencaci nasab (keturunan) dan, 2. Niyahah (meratapi) atas mayyit". [HR. Muslim juz 1, hal. 82]

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ لَمَّا طُعِنَ عَوَّلَتْ عَلَيْهِ حَفْصَةُ فَقَالَ: يَا حَفْصَةُ اَمَا سَمِعْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اْلمُعَوَّلُ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟ وَ عَوَّلَ عَلَيْهِ صُهَيْبٌ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا صُهَيْبُ، اَمَا عَلِمْتَ اَنّ اْلمُعَوَّلَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟. مسلم 2: 640

Dari Anas (bin Malik), bahwasanya ‘Umar bin Khaththab ketika dia ditikam orang, Hafshah menangisinya. Maka ‘Umar berkata kepadanya, “Hai Hafshah, apakah kamu tidak mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya (mayyit) yang ditangisi itu disiksa ?” Dan Shuhaib juga menangisinya. Maka ‘Umar berkata,“Hai Shuhaib, apakah kamu tidak tahu bahwa mayyit yang ditangisi itu disiksa ?”. [HR. Muslim juz 2, hal. 640]

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ رض قَالَ: لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلنَّائِحَةَ وَ اْلمُسْتَمِعَةَ. ابو داود 3: 194

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy RA, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang perempuan yang meratapi mayyit dan orang perempuan yang sengaja duduk untuk mendengarkan orang yang meratap tersebut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]

Keterangan :

Tentang Orang yang mati (mayyit) disiksa karena tangisan/ratapan yang hidup, ini maksudnya : Si mayyit sedih dan susah mengetahui orang-orang yang menangisi atau meratapinya karena mereka melanggar larangan agama.

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ ص جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: وَاكَرْبَ اَبَاهْ، فَقَالَ لَهَا: لَيْسَ عَلَى اَبِيْكِ كَرْبٌ بَعْدَ اْليَوْمِ. فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ: يَا اَبَتَاهْ اَجَابَ رَبًّا دَعَاهْ، يَا اَبَتَاهْ مَنْ جَنَّةُ اْلفِرْدَوْسِ مَأْوَاهْ يَا اَبَتَاهْ اِلَى جِبْرِيْلَ نَنْعَاهْ. فَلَمَّا دُفِنَ قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: يَا اَنَسُ اَطَابَتْ اَنْفُسُكُمْ اَنْ تَحْثُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص التُّرَابَ. البخارى 5: 144

Dari Anas RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW bertambah berat sakitnya sehingga diliputi kesedihan, lalu Fathimah AS berkata, “Oh sedihnya ayahku". Lalu (Nabi SAW) bersabda kepadanya, “Tidak ada kesedihan bagi ayahmu sesudah hari ini !". Lalu ketika beliau wafat, Fathimah berkata, “Oh ayahku, ia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Oh ayahku orang yang surga Firdaus tempat kembalinya. Oh ayahku, kepada Jibril kami beritakan". Lalu ketika beliau dimakamkan, Fathimah berkata, “Hai Anas, sampai hatikah kalian menaburkan tanah atas jenazah Rasulullah SAW ?". [HR. Bukhari juz 5, hal. 144]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَى النَّبِيّ ص بَعْدَ وَفَاتِهِ فَوَضَعَ فَمَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى صُدْغَيْهِ وَ قَالَ: وَا نَبِيَّاهْ وَا خَلِيْلاَهْ وَا صَفِيَّاهْ. احمد 9: 271، رقم 24084

Dari ‘Aisyah, sesungguhnya Abu Bakar masuk ke (kamar) Nabi SAW setelah beliau wafat, lalu ia meletakkan mulutnya diantara kedua mata beliau, dan meletakkan kedua tangannya pada dua pelipisnya sambil berkata, “Oh Nabi, oh kekasih, oh orang pilihan". [HR. Ahmad juz 9, hal. 271, no. 24084]

Keterangan :

Yang dilakukan Fathimah dan Abu Bakar tersebut tidak termasuk meratap, atau menyebut-nyebut yang dilarang agama, karena tidak dilakukan dengan cara Jahiliyah.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ثَلاَثَةٌ مِنَ اْلكُفْرِ بِاللهِ: شَقُّ اْلجَيْبِ، وَ النّيَاحَةُ، وَ الطَّعْنُ فِى النَّسَبِ. الحاكم، فى المستدرك 1: 540، و قال: صحيح الاسناد

Dari Abu Hurarirah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara termasuk kufur kepada Allah : 1. Merobek-robek pakaian, 2. Niyahah (meratap) dan, 3. Mencaci nasab". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 540, dan ia berkata, “Shahih sanadnya"].

عَنْ اَبِى اُمَامَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَعَنَ اْلخَامِشَةَ وَجْهَهَا، وَ الشَّاقَّةَ جَيْبَهَا، وَ الدَّاعِيَةَ بِاْلوَيْلِ. ابن حبان فى صحيحه 4: 45

Dari Abu Umamah, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat wanita yang mencakar-cakar wajahnya, wanita yang merobek-robek bajunya dan wanita yang berdoa (meminta) supaya ditimpa kecelakaan". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 4, hal. 45]

عَنْ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ اْلخُدُوْدَ، وَ شَقَّ اْلجُيُوْبَ، وَ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ. البخارى 2: 83

Dari Abdullah (bin Mas'ud) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah dari golongan kita orang yang memukul pipi, yang merobek-robek baju dan yang memanggil-manggil secara jahiliyah". [HR. Bukhari juz 2, hal. 83]

عَنْ اَسِيْدِ بْنِ اَبِى اَسِيْدٍ التَّابِعِيّ عَنِ امْرَأَةٍ مِنَ اْلمُبَايِعَاتِ قَالَتْ: كَانَ فِيْمَا اَخَذَ عَلَيْنَارَسُوْلُ اللهِ ص فِى اْلمَعْرُوْفِ الَّذِى اَخَذَ عَلَيْنَا اَنْ لاَ نَعْصِيَهُ فِيْهِ اَنْ لاَ نَخْمِشَ وَجْهًا، وَ لاَ نَدْعُوَ وَيْلاً، وَ لاَ نَشُقَّ جَيْبًا، وَ لاَ نَنْشُرَ شَعْرًا. ابو داود 3: 194

Dari Asid bin Abi Asid seorang tabi'in dari seorang wanita yang ikut bai'at kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Adalah diantara apa-apa yang Rasulullah SAW ambil dari bai'at kami di dalam kebaikan yang beliau menyuruh kami supaya dipegang teguh agar kami tidak ma’shiyat padanya, ialah agar kami tidak mencakar-cakar muka, tidak berdoa dengan kebinasaan, tidak merobek-robek baju dan tidak mengurai rambut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]

[ والله اعلم بالصواب ]

Diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

1 komentar: