Senin, 26 Februari 2018

DIFINISI TALAQ DAN PEMBAGIAN NYA

KESIMPULAN TEAM MUSYAWWIRIN DHF
__________________________________

*DEFINISI THALAQ, MACAM MACAM THALAQ,   THALAQ QINAYAH, DAN THOLAQ SHOREH*

🌺DEFINISI THALAQ

Dalam syariah cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan (Arab, اسم لحل قيد النكاح) atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya.

Lebih lanjut

👉Abu Ishaq Ibrahim dalam kitabnya Al-Muhadzzab Fi Fiqhi Imam As-Syafii memberikan definisi talak dengan :

حل عقد النكاح بلفظ الطلاق و نحوه

“Talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan semacamnya.

👉Imam Taqiyuddin Abu Bakar dalam kitab Kifayataul Akhyar Fi Halli Gayatil ikhtishor
Mendivinisikan THALAQ

اسم لحل قيد النكاح
“Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”

👉Al jaziri dalam kitab Al fiqh ala madzhabil arba'ah mendivinisikan THALAQ

الطلاق إزالة النكاح او نقصان حاه بلفظ مخصوص
Talak ialah menghilangkan ikatan pernikahan atau mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata kata khusus/tertentu.

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa talak adalah melepas ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu. Istri tidak lagi halal bagi suaminya. Sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu dan dari satu hilang hak suami dalam talak raj’i.

➡ *Macam-Macam Talak dalam Islam*

*Talak Menurut Jenisnya*

1. Talak mati yaitu talak yang disebabkan karena suaminya meninggal dunia

2. Talak hidup yaitu yang dikarenakan oleh suatu sebab

3. Talak Raj’i

Yaitu jenis talak dimana sang suami menjatuhkan atau melafazkan kata talak satu atau pun talak dua. Sang suami boleh untuk rujuk kembali dengan sang istri, asalkan sang istri masih di dalam masa iddah. Namun bila masa iddah sudah terlampaui, maka sudah tidak diperbolehkan rujuk kembali. Jika ingin bersatu lagi, maka harus diikat dengan akad nikah yang baru.

4. Talak ba’in

Talak ba’in merupakan Jenis talak yang tidak diperbolehkan untuk rujuk kembali, jika menginginkan untuk dikawini harus dengan jalan akad nikah baru.

➡Talak bain ada 2 macam :

👉Ba’in Shughraa (ba’in kecil) adalah talak yang suami tidak dapat untuk rujuk kembali pada mantan istrinya, melainkan dengan akad dan mahar baru.

👉Talak ba’in shughraa terjadi bagi istri yang belum didukhul, istri yang berkhuluk dengan menyerahkan ‘iwad (ganti rugi), talak yang dijatuhkan oleh Hakim, dan talak sebab ila’.

👉Ba’in Kubraa (ba’in besar) Yaitu jenis talak dimana sang suami telah menjatuhkan atau melafazkan ucapan talak yang ketiga kepada sang istri. Apabila sudah sampai pada pengucapan talak ketiga, maka sang istri tidak bisa untuk dirujuk lagi oleh sang suami. Sang suami bisa menikahi istrinya kembali dengan syarat sang istri sudah menikah lagi dengan orang lain, kemudian bercerai. Jika masa iddah dari perceraian dengan suami yang kedua telah usai, maka sang suami boleh menikahinya kembali dengan akad nikah yang baru.

*Talak Menurut Lafadznya*

Talak dengan lafal shorih (jelas) yaitu kata talak yang tidak harus disertai niat. Contoh: Seorang suami berkata kepada isterinya; “kamu saya talak” perkataan seperti ini adalah jelas. Maka tidaklah diperlukan niat. Ucapan seorang suami yang seperti ini baik bergurau, niat atau tidak ada niat tetap jatuh talak.
Talak dengan lafal kinayah (sindiran) yaitu kata talak yang bisa jatuh jika disertai niat. Contoh: Seoarang suami berkata kepada Isterinya: “pulanglah engkau kerumah orang tuamu.” Jika suami berkata dengan sindiran, dan disertai niat, maka jatuhlah talak, tetapi jika tidak disertai niat maka tidak jatuh talak.

*Talak Menurut Waktunya*

1. Talak Sunni

Yaitu jenis talak yang dilakukan dengan mengikuti atau berdasarkan pada petunjuk yang terdapat pada Al Qur’an dan sunnah Nabi. Sang suami melakukan talak pada saat sang istri dalam kondisi suci dan belum disetubuhi. Apabila sang istri sedang dalam masa haid, maka harus menunggu sampai istrinya suci dan dalam masa suci tersebut mereka tidak melakukan hubungan suami istri.

2. Talak Bid’iy

Yaitu talak yang dilakukan sang suami tidak mendasarkan pada petunjuk yang terdapat pada Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
👉Sang suami menjatuhkan
atau mengucapkan kata talak pada saat istri dalam keadaan haid,
👉atau dalam keadaan suci namun sebelumnya mereka pernah melakukan jima’,

👉atau melakukan talak pada istri langsung talak tiga.

Talak semacam ini tidak dibenarkan dalam Islam dan pelakunya berdosa.

Jadi, perbedaan di antara dua jenis talak di atas bisa dilihat dengan sangat jelas. Talak sunni proses talak yang dilakukan berdasarkan
petunjuk yang diberikan Allah melalui Al Qur’an dan Rasul-Nya, sedangkan talak bid’iy justru menyelisihi petunjuk tersebut. Talak yang diucapkan atau dilafalkan sang suami dilakukan tanpa mengikuti petunjuk dari Allah SWT.

Catatan:
✍Mayoritas ulama berpendapat, talak bid’ah/bid’iy ini statusnya sah, dan dihitung sebagai talak satu. Namun suami diperintahkan untuk merujuk kembali istrinya dan menahannya sampai suci dari haid, kemudian haid lagi yang ke-2, sampai suci. Selanjutnya terserah suami, apakah dia mau menahannya ataupun mentalaknya. Inilah pendapat mayoritas ulama.

______________/

*Lafaz talak :Kalimat yang dipakai untuk penceraian ada dua macam :*

👉1. Sharih (terang), yaitu kalimat yang tidak ragu ragu lagi bahwa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan perkawinan, seperti kta si suami, "Engkau tertalk," atau "Saya ceraikan engkau." kalimat yang sharih (terang) ini tidak perlu dngan niat. Berarti apabila dikatakan oleh suami, berniat atau tidak berniat, keduanya terus bercerai, asal perkataannya itu bukam berupa hikayat.

👉2. Kinayah (sindiran), yaitu kalimat yang mash ragu ragu, boleh diartikan untuk perceraian nikah atau yang lain, seperti kata suami, "pulanglah engkau kerumah keluargamu", atau "pergilah dari sini," dsb. Kalimat sindiran ini bergantung pada niat, artinya "kalau tidak diniatkan untuk perceraian nikah, tidaklah jatuh talak. Kalau diniatkam untuk menjatuhkan talak barulah menjadi talak."


#THALAQ SHOREH

👉Definisi thalaq sharih secara sederhana dalam kitab I'anah Tholibin dan beberapa kitab lain nya adalah:
‘ma la yahtamilu ghairu thalaq’. Contoh pastinya adalah lafadz thalaq itu sendiri.

🌼Definisi lebih lengkap disebutkan di Mughni Mujhtaj, yakni lafadz yang tidak mengandungselain thalaq baik dari segi lughat maupun urf. Sebab bila lughat saja maka akan ambigu sekali, sebab hampir tidak ada kata yang berdefinisi tunggal.

➡ Contohnya saja thalaq, secara bahasa bisa berarti lepasnya tali pernikahan, menembak, memanggil, dll. Akhirnya tidak terjadi kodifikasi sharih-kinayah.

Dari segi urf artinya setiap lafadz yang masyhur oleh masyarakat digunakan sebagai kalimat thalaq maka disebut sharih. Definisi ini lebih memahamkan. Namun problem muncul ketika lafadz ‘thalaq’ yang tadinya sharih ketika diterjemahkan ke bahasa lain terjadi perselisihan pendapat, ada yang menyatakan hal itu termasuk kinayah hanya dengan alasan terjemah lafadz thalaq tidak dijumpai di dalam al-Qur’an maupun hadits.

Dengan demikian definisi paripurna adalah seperti yang tercantum di Kifayah Akhyar, yakni ucapan yang untuk jatuhnya thalaq tidak butuh niat sebab sudah diresmikan sebagai kalimat thalaq oleh syariat. Paripurna sebab barometer syariat bisa berarti ‘wurud’ dalam dalil maupun masyhur secara ‘urf. Wurud dalam dalam dalil menjadi pegangan qaul yang berkata terjemah thalaq tidak sharih, dan masyhur secara urf menjadi pegangan qaul yang berkata terjemah thalaq itu sharih.

👉Lafadz talak shoreh ada 3
1- الطلاق
2-ا لفراق
3-السراح

Adapun terjemahan dari 3.lafadz tersebut menurt qaul mu'tamad juga di anggap SHOREH.

Contoh:sy talak kamu.
Sy ceraikan kamu.
Kita pisah.
Pernikahan kita putus.
Nikah kita akhiri.
Saya lepas kamu dari istri saya.
Saya pecat kamu jadi istri saya


*THOLAK KINAYAH*

Tholaq qiyasan yg di ucapkan oleh suami..

➡Contoh, pulanglah kamu ke orang tuamu...

Bila ucapan ini diniati THOLAQ maka syah tholaqnya suami

Perkataan suami seperti di atas termasuk thalaq kinayah / sindiran, bisa jatuh thalaq bila si suami niat menjatuh thalaq dengan kata-kata tersebut di atas, bila tidak niat menjatuhkan thalaq maka tidak jatuh thalaq, dalam hal ini presepsi dan keyakinan si istri tidak dipertimbangkan, istri yakin itu talak tapi si suami tidak niat, maka talak tetap tidak jatuh.

KESIMPULAN
👉Secara garis besar ada empat kodifikasi sharih-kinayah dalam pembahasan thalaq:
– Sharih mutlak, yaitu lafadz thalaq.
– Khilaf, sharih menurut qaul masyhur, yakni lafadz sarah dan firaq.
– Khilaf, sharih menurut qaul madzhab, yakni terjemah lafadz thalaq.
– Khilaf, sharih menurut qaul mu’tamad (dha’if), yakni terjemah sarah dan firaq.

☝Bila dikaitkan dengan pertanyaan hukum suami menthalaq dengan perkataan ‘pisah’ (bahasa Indonesia) yang identik dengan ‘firaq’ berarti hukumnya khilaf. Kinayah menurut sebagian ulama, dan sharih menurut qaul dha’if dari sebagian ulama lainnya.




TAMBAHAN:

LAFADZ TALAK SHOREH TETAP TERJADI TALAK MESKI DI UCAPKANNYA BERCANDA

DI DALAM KITAB:
Asnaa al-Mathaalib III/281
terpdapt penjelsan sebagai beeikut:

Dan jatuh thalaknya orang yang bersenda gurau begitu juga nikah dan setiap akad pengelolaan hartanya secara lahir dan bathin maka tidak menjadi miliknya kembali, seperti saat istrinya yang bertujuan bercanda berkata “Talaklah aku..!” maka suami menimpali candaannya dengan berkata “Kutalak dirimu” maka jatuhlah talaknya.Yang demikian dikarenakan suami memakai bentuk kata TALAK yang tidak diperlukan lagi adanya niat dan keadaan ikhtiyarnya (kemauannya sendiri).

Dan
Tidak adanya kerelaan menjatuhkan talak nya sesuai dengan yang dia duga maka hal itu tidak berpengaruh (tetap terjadi talak) karena dugaanya dianggap salah
Sebagai mana tdk berpengaruh dalam konteks talak dgn syarat khiyar.

karena berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW “Tiga hal yang apabila dikatakan dengan sungguh-sungguh maka dia menjadi serius dan bila dikatakan dengan main-main, akan jadi serius pula, yaitu nikah, talak, dan rujuk.” (HR. Abu daud).
———-———-———-———-–

REFERENSI:
👍Syarh an Nawawiy ala Muslim juz 10 hal. 60
أجمعت الأمة على تحريم طلاق الحائض الحائل بغير رضاها فلو طلقها أثم ووقع طلاقه ويؤمر بالرجعة لحديث بن عمر المذكور في الباب وشذ بعض أهل الظاهر فقال لا يقع طلاقه لأنه غير مأذون له فيه فأشبه طلاق الأجنبية والصواب الأول وبه قال العلماء كافة ودليلهم أمره بمراجعتها ولو لم يقع لم تكن رجعة فإن قيل المراد بالرجعة الرجعة اللغوية وهي الرد إلى حالها الأول لا أنه تحسب عليه طلقة قلنا هذا غلط لوجهين أحدهما أن حمل اللفظ على الحقيقة الشرعية يقدم على حمله على الحقيقة اللغوية كما تقرر في أصول الفقه الثاني ان بن عمر صرح في روايات مسلم وغيره بأنه حسبها عليه طلقة والله أعلم وأجمعوا على أنه إذا طلقها يؤمر برجعتها كما ذكرنا وهذه الرجعة مستحبة لا واجبة وآخرون هذا مذهبنا وبه قال الأوزاعي وأبو حنيفة وسائر الكوفيين وأحمد وفقهاء المحدثين وآخرون وقال مالك وأصحابه هي واجبة فإن قيل ففي حديث بن عمر هذا أنه أمر بالرجعة ثم بتأخير الطلاق إلى طهر بعد الطهر الذي يلي هذا الحيض فما فائدة التأخير

🌼Kifayatul Akhyar juz 1 hal. 392
وأما طلاق البدعة فهو أن يطلقها في الحيض مختارا وهي ممن تعتد بالأقراء من غير عوض من جهتها أو يطلقها في طهر جامعها فيه بلا عوض منها وهي ممن يجوز أن تحبل ولم يتحقق حملها ودليله حديث ابن عمر وادعى الإمام الإجماع عليه والحكمة في ذلك أن الطلاق في الحيض يطول عليها العدة لأن بقية الحيض لا يحسب من العدة وفيه إضرار بها وأما الطلاق في الطهر الذي جامعها فيه فلأنه ربما يعقبه ندم عند ظهور الحمل فإن الإنسان قد يطلق الحائل دون الحامل وإذا ندم فقد لا يتيسر التدارك فيتضرر الولد والله أعلم

🌺Hasyiyah al Jamal juz 4 hal. 360
والبدعي حرام) للنهي عنه والعبرة في الطلاق المنجز بوقته وفي المعلق بوقت وجود الصفة إلا إذا جهل وقوعه في زمن البدعة فالطلاق وإن كان بدعيا لا إثم فيه (وسن لفاعله) إذا لم يستوف عدد الطلاق (رجعة) لخبر ابن عمر السابق وفي رواية فيه «مره فليراجعها ثم ليطلقها طاهرا قبل أن يمسها إن أراد» ، ويقاس بما فيه بقية صور البدعي وسن الرجعة ينتهي بزوال زمن البدعة

🌼كفاية الخيار. ٦٨/٢
فالصريح ثلاثة الفاظ ، الطلاق ، والفراق ، والسراح ولايغتقر صريح الطلاق الى النية.اما كون الطلاق صريحا فلانه تكرر في القران واشيهر في معناه وهو حل قيد النكاح في الجاهلية والاسلام ، واطبق عليه معظم الخلق ولم يختلف فيه احد. ارمل الزواج والكناية كل لفظ احتمل الطلاق وغيره ويفتقر الى النية ....الى ان قال واعلم ان نية الكناية لا بد ان تقترن باللفظ فلو تقدمت اوتاءخرت لم توءثر

الكتاب: كفاية الأخيار ج1 ص388-391
ثمَّ اللَّفْظ إِمَّا صَرِيح وَإِمَّا كِنَايَة فالصريح مَالا يتَوَقَّف وُقُوع الطَّلَاق بِهِ على نِيَّة لِأَنَّهُ لذَلِك وضع أَي وَضعه الشَّارِع لذَلِك وَأما الْكِنَايَة فَهُوَ مَا يتَوَقَّف على النِّيَّة وَهَذَا بِالْإِجْمَاع وَلَا يَقع الطَّلَاق فِي الْكِنَايَة بِلَا نِيَّة قَالَ
(فالصريح ثَلَاثَة أَلْفَاظ الطَّلَاق والفراق والسراح وَلَا يفْتَقر صَرِيح الطَّلَاق إِلَى النِّيَّة)
أما كَون الطَّلَاق صَرِيحًا فَلِأَنَّهُ قد تكَرر فِي الْقُرْآن واشتهر مَعْنَاهُ وَهُوَ حل قيد النِّكَاح فِي الْجَاهِلِيَّة وَالْإِسْلَام وأطبق عَلَيْهِ مُعظم الْخلق وَلم يخْتَلف فِيهِ أحد

الكتاب: مغنى المحتاج ج4 ص456-460
فَصَرِيحُهُ) جَزْمًا (الطَّلَاقُ) أَيْ مَا اُشْتُقَّ مِنْهُ كَمَا سَيَأْتِي لِاشْتِهَارِهِ فِيهِ لُغَةً وَعُرْفًا (وَكَذَا الْفِرَاقُ وَالسَّرَاحُ) بِفَتْحِ السِّينِ أَيْ مَا اُشْتُقَّ مِنْهُمَا (عَلَى الْمَشْهُورِ) فِيهِمَا لِوُرُودِهِمَا فِي الْقُرْآنِ بِمَعْنَاهُ وَالثَّانِي، أَنَّهُمَا كِنَايَتَانِ؛ لِأَنَّهُمَا لَمْ يَشْتَهِرَا اشْتِهَارَ الطَّلَاقِ وَيُسْتَعْمَلَانِ فِيهِ وَفِي غَيْرِهِ. -إلى أن قال-
(وَتَرْجَمَةُ) لَفْظِ (الطَّلَاقِ بِالْعَجَمِيَّةِ صَرِيحٌ عَلَى الْمَذْهَبِ) لِشُهْرَةِاسْتِعْمَالِهَا فِي مَعْنَاهَا عِنْدَ أَهْلِهَا شُهْرَةَ اسْتِعْمَالِ الْعَرَبِيَّةِ عِنْدَ أَهْلِهَا

🌼إعانة الطالبين ٤/١٢
.ويقع بكناية وهي ما يحتمل الطلاق وغيره إن كانت مع نية لإيقاع الطلاق مقترنة بأولها أى الكناية وتعبيري بمقترنة بأولها هو ما رجحه كثيرون واعتمده الأسنوى والشيخ زكريا تبعا لجمع محققين ورجح في أصل الروضة الإكتفاء بالمقارنة لبعض اللفظ ولو لآخره، أى يقع الطلاق بالكناية إن كانت مع نية لإيقاع الطلاق زاد في التحفة ومع قصد حروفه أيضا ثم قال فإن لم ينو ذلك لم يقع إجماعا.

🌹الكتاب: حاشية إعانة الطالبين ج4 ص11-13
(قوله: بصريح) متعلق بيقع: أي إنما يقع الطلاق بصريح الخ، وهو شروع في بيان الصيغة التي هي أحد أركانه وهي لفظ يدل على فراق إما صريحا وهو ما لا يحتمل ظاهره غير الطلاق وألفاظه خمسة: طلاق، وفراق، وسراح، وخلع، ومفاداة، كما قال ابن رسلان في زبده: صريحه سرحت أو طلقت خالعت أو فاديت أو فارقت وإنما كانت صريحا لاشتهارها في معنى الطلاق وورودها في القرآن مع تكرر بعضها فيه وإلحاق ما لم يتكرر منها بما تكرر. -إلى أن قال-
وإما كناية وهي كل لفظ احتمل ظاهره غير الطلاق، ولا تنحصر ألفاظها. -إلى أن قال-
(قوله: فترجمة الطلاق صريح) أي لشهرة استعمالها عندهم في معناها شهرة العربية عند أهلها، ولا ينافي تأثير الشهرة هنا عدمه في أنت علي حرام لأن ما هنا موضوع للطلاق بخصوصه بخلاف ذاك، وإن اشتهر فيه.
وفي البجيرمي: وترجمة الطلاق بالعجمية: سن بوش فسن أنت، وبوش طالق.
اه.
وقوله على المذهب: قال في المغنى: والطريق الثاني وجهان: أحدهما أنه كناية اقتصارا في الصريح على العربي لوروده في القرآن وتكره على لسان حملة الشرع. اه
(قوله: وترجمة صاحبيه) أي الفراق والسراح.
وقوله صريح أيضا على المعتمد: قال في التحفة بعده على ما اقتضاه ظاهر أصله، واعتمده الأذرعي، ونقل عن جمع الجزم به، لكن الذي في أصل الروضة عن الإمام والروياني وأقراه أنها كناية لبعدها عن الاستعمال.
اه.
وظاهرها اعتماد أنها كناية وجزم بها في شرح الإرشاد فقال أما ترجمة السراح والفراق فكناية، خلافا للحاوي كما صححه في أصل الروضة وإن أطال جمع في رده.
اه.
وجزم بها في النهاية أيضا، فعلم أن قوله على المعتمد هو جار فيه – على ما اقتضاه ظاهر أصل المنهاج – وهو المحرر، وعلى ما اعتمده الأذرعي.
وقد علمت أن المعتمد خلافه (قوله: الجزم به) أي بهذا المعتمد، وهو ضعيف كما علمت

🌹مختصر مزنى ٨ ص ٢٩٦
بَابُ مَا يَقَعُ بِهِ الطَّلَاقُ مِنْ الْكَلَامِ وَمَا لَا يَقَعُ إلَّا بِالنِّيَّةِ]
ِ وَالطَّلَاقُ مِنْ الْجَامِعِ مِنْ كِتَابِ الرَّجْعَةِ وَمِنْ كِتَابِ  النِّكَاحِ وَمِنْ إمْلَاءِ مَسَائِلِ مَالِكٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ (قَالَ الشَّافِعِيُّ) : - رَحِمَهُ اللَّهُ - ذَكَرَ اللَّهُ تَعَالَى الطَّلَاقَ فِي كِتَابِهِ بِثَلَاثَةِ أَسْمَاءٍ الطَّلَاقُ وَالْفِرَاقُ وَالسَّرَاحُ فَإِنْ  قَالَ: أَنْتِ طَالِقٌ أَوْ قَدْ طَلَّقْتُكِ أَوْ فَارَقْتُكِ أَوْ سَرَّحْتُكِ لَزِمَهُ وَلَمْ يَنْوِ فِي الْحُكْمِ وَيَنْوِي فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى؛ لِأَنَّهُ قَدْ يُرِيدُ طَلَاقًا مِنْ وِثَاقٍ....الخ

Hal 297
الطَّلَاقُ بِالْوَقْتِ وَطَلَاقُ الْمُكْرَهِ وَغَيْرِهِ]
ِ مِنْ كِتَابِ إبَاحَةِ الطَّلَاقِ وَالْإِمْلَاءِ وَغَيْرِهِمَا (قَالَ  الشَّافِعِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى -) : عَلَيْهِ وَأَيُّ أَجَلٍ طَلَّقَ إلَيْهِ لَمْ يَلْزَمْهُ قَبْلَ وَقْتِهِ، وَلَوْ قَالَ فِي شَهْرِ كَذَا أَوْ فِي غُرَّةِ هِلَالِ كَذَا طَلُقَتْ فِي الْمَغِيبِ مِنْ اللَّيْلَةِ الَّتِي يَرَى فِيهَا هِلَالَ ذَلِكَ الشَّهْرِ، وَلَوْ قَالَ: إذَا رَأَيْت هِلَالَ شَهْرِ كَذَا حَنِثَ إذَا رَآهُ غَيْرُهُ إلَّا أَنْ يَكُونَ أَرَادَ رُؤْيَةَ نَفْسِهِ، وَلَوْ قَالَ: إذَا مَضَتْ سَنَةٌ وَقَدْ مَضَى مِنْ الْهِلَالِ خَمْسٌ لَمْ تَطْلُقْ حَتَّى تَمْضِيَ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةٍ مِنْ يَوْمِ تَكَلَّمَ وَأَحَدَ عَشَرَ شَهْرًا بِالْأَهِلَّةِ وَخَمْسٌ بَعْدَهَا..الخ

🌼اصول الشاسي ١/٦٤ مكتبة الشاملة
الْفَصْل السَّادِس فصل فِي الصَّرِيح وَالْكِنَايَة

الصَّرِيح لفظ يكون المُرَاد بِهِ ظَاهرا كَقَوْلِه بِعْت واشتريت وَأَمْثَاله
وَحكمه أَنه يُوجب ثُبُوت مَعْنَاهُ بِأَيّ طَرِيق كَانَ من إِخْبَار أَو نعت أَو نِدَاء
وَمن حكمه أَنه يَسْتَغْنِي عَن النِّيَّة وعَلى هَذَا قُلْنَا
إِذا قَالَ لامْرَأَته أَنْت طَالِق أَو طَلقتك أَو يَا طَالِق يَقع الطَّلَاق نوى بِهِ الطَّلَاق أَو لم ينْو
وَكَذَا لَو قَالَ لعَبْدِهِ أَنْت حر أَو حررتك أَو يَا حر
وعَلى هَذَا قُلْنَا إِن التَّيَمُّم يُفِيد الطَّهَارَة لِأَن قَوْله تَعَالَى {وَلَكِن يُرِيد ليطهركم} صَرِيح فِي حُصُول الطَّهَارَة بِهِ

الى ان قال...
وَالْكِنَايَة هِيَ مَا استتر مَعْنَاهُ
وَالْمجَاز قبل أَن يصير متعارفا بِمَنْزِلَة الْكِنَايَة وَحكم الْكِنَايَة ثُبُوت الحكم بهَا

🌺 Asnaa al-Mathaalib III/281 ].
فَصْلٌ يَقَعُ طَلَاقُ الْهَازِلِ وَعِتْقُهُ وَكَذَا نِكَاحُهُ وَسَائِرُ تَصَرُّفَاتِهِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا فَلَا يُدَيَّنُ كَأَنْ قالت له في مُعْرِضِ الدَّلَالِ أو الِاسْتِهْزَاءِ طَلِّقْنِي فقال طَلَّقْتُك وَذَلِكَ لِأَنَّهُ أتى بِاللَّفْظِ عن قَصْدٍ وَاخْتِيَارٍ وَعَدَمُ رِضَاهُ بِوُقُوعِهِ لِظَنِّهِ أَنَّهُ لَا يَقَعُ لَا أَثَرَ له لِخَطَأِ ظَنِّهِ كما لَا أَثَرَ له فِيمَا لو طَلَّقَ بِشَرْطِ الْخِيَارِ له وَلِخَبَرِ ثَلَاثٌ جَدُّهُنَّ جَدٌّ وَهَزْلُهُنَّ جَدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلَاقُ وَالرَّجْعَةُ رَوَاهُ أبو دَاوُد




diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Wallohua'lam bishowwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar