Minggu, 25 Februari 2018

HUKUM BELAJAR ILMU TANPA GURU

KESIMPULAN TEAM DHF

MENGAMAL KAN ILMU DARI GURU YANG TIDAK PERNAH BERTEMU
-----------------------------

📄 Pertanyaan:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Belajar ilmu syariah itu kan mesti ada guru nya, kalau tanpa guru maka syaitan lah yang akan menjadi guru nya

Nah, bagaimana jika kita mengamal kan ilmu dari salah seorang ulama atau ustad yang kita tidak temui lansung

Artinya kita hanya menyaksikan ceramah nya hanya dari youtube atau medsos lain nya apakah boleh..??

Syukron:

📋 Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Intinya maksud Dr Kalam khikmah
من لم يكن شيخا فشيخنه السطان

✍ Dawuh di atas adalah di peruntukan:

Untuk murid yang akan suluk dan mujahadah ( masuk thoriqoh) sedangkan untuk mencari ilmu lain,selama memiliki dasar yang kuat misal nya: ilmu alat, maka tidak mengapa meskipun lebih baik tetap berguru atau punya pembimbing.

⚛Termasuk PADA KALAM HIKMAH TERSEBUT
Adalah belajar tanpa bimbingan guru , sprti belajar Dr buku buku yang tidak di ketahui sumbernya (bukan merupakan kitab kitab muktabar)
Terlebih dalam ilmu ilmu rohaniyah,sufistik ,dan ilmu filsafat.
Krn ilmi ilmu tersebut sulitnya di fahami tanpa bimbingan guru, sehingga rentan pada pemahaman yang keliru sehingga akan berakibat fatal bahkan bisa berdampak kesehatan.
Sbb tanpa bimbingan guru, dlm mempelajari nya ada kecenderungan syaitan mempermainkan , sehingga ia menuntunnya ke jalan yg sesat.

Adapun hukum hukum syariat adalah ilmu yang bersifaat dzohiriyah, sprti HUKUM FIQIH Maka dapat di pelajari dari mana saja asalkan bersumber Dr KITAB MUKTABAR, tentunya jika terdapat kemusykilan maka harus di tanyakan dan di musyawarah kan kepada orang yg lebih ahli, bisa dgn cara bertanya langsung kepada Ulama, atau di ajukan di forum Bahtsul Masail

🖋Pada hakekat nya belajar syari'at dari mana saja dan dimana saja boleh

Yang terpenting niat yang lurus dan ikhlas tidak melihat siapa orang nya dan bagaimana orang nya

Namun yang menjadi catatan adalah:

Setiap belajar dan menggali ilmu senantiasa lah berpegang pada kitab-kitab muktabar dan dengan hujjah ulama yang terpercaya

Belajar ilmu di media sosial cuma sarana saja,hakekat nya kita mengaji melalui kitab-kitab ulama karna hal itu insya allah bisa di pertanggung jawab kan

Belajar di media sosial seperti google perlu berhati-hati

Karna yang terdapat di dalam google tidak semua nya benar dan tidak semua nya salah

Namun perlu penyaringan yang sangat ketat,sebab terkadang ada sumber-sumber hujjah yang tidak valid dan terkadang sama sekali tidak sesuai dengan hujjah para ulama salaf

Di dalam kitab: " Taqlim Muta'allim" di jelaskan bahwa:

Dalam mempelajari ilmu hendak nya memilih ilmu-ilmu yang kuna,bukan yang baru lahir

Banyak ulama berkata:

" Tekunilah ilmu kuna,bukan yang baru saja ada "

" Awas jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur

Setelah habis nya ulama-ulama besar,sebab menjurus untuk menjauh kan pelajar dari mengenali fiqih,hanya menghabis kan usia dengan tanpa guna

Menumbuh kan sikap anti pati atau buas dan gemar bermusuhan dan itu lah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyap lah fiqih dan pengetahuan-pengetahuan lain demikan lah menurut hadist

✍Didalam kitab:

(Hasyiyah Al Thalib ibnu Hamdun ala lamiyatal ‘af’al hal 44).
Imam Abu Hayyan Al Andalusy berkata:

ﻭﻗَﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣَﻴﺎﻥ ﺍﻷﻧﺪﻟﺴِﻲ:

ﻳﻈﻦّ ﺍﻟﻐُﻤْﺮُ ﺃﻥ ﺍﻟﻜُﺘْﺐَ ﺗَﻬﺪﻱ ## ﺃﺧَﺎ ﺟَﻬﻞٍ ﻹﺩْﺭﺍﻙِﺍﻟﻌُﻠﻮﻡِﻭﻣَﺎ ﻳَﺪﺭﻱ

ﺍﻟﺠﻬﻮﻝُ ﺑﺄﻥّ ﻓِﻴﻬﺎ ## ﻏَﻮﺍﻣِﺾ ﺣَﻴّﺮﺕ ﻋَﻘﻞَﺍﻟﻔﻬﻴﻢِ

ﺇﺫﺍ ﺭُﻣﺖ ﺍﻟﻌُﻠﻮﻡَ ﺑﻐﻴﺮِ ﺷﻴﺦٍ ## ﺿﻠﻠﺖَ ﻋَﻦ ﺍﻟﺼِﺮﺍﻁﺍﻟﻤُﺴﺘﻘِﻴﻢ

ﻭﺗﻠﺘَﺒِﺲُ ﺍﻷﻣُﻮﺭُ ﻋﻠﻴﻚَ ﺣَﺘﻰ ## ﺗﺼﻴﺮَ ﺃﺿﻞَّ ﻣِﻦ ﺗُﻮﻣﺎﺍﻟﺤَﻜﻴﻢ

Khalayak ramai menyangka bahwa kitab-kitab itu dapat menuntun orang bodoh untuk menggapai ilmu padahal orang yang amat bodoh tidak tahu bahwa di dalam kitab kitab itu banyak masalah rumit yang membingungkan akal orang cerdas.Apabila engkau mencari ilmu tanpa guru maka engkau dapat tersesat dari jalan yang lurus.Maka segala hal yang berkaitan akan menjadi samar buatmu hingga engkau menjadi lebih sesat dibanding si Thomas (Ahli filsafat).

*Adapun tentang mempelajari ilmu FILOSOFI*
Di dalam kitab “ I'anatuth tholibin juz 2 halaman 47 disebutkan :

ﻛﺎﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭﻫﻢ ﻣﻨﻜﺮﻭ ﺣﺪﻭﺙ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻭﻋﻠﻤﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﺠﺰﺋﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻌﺚ ﻟﻼﺟﺴﺎﻡ ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﻫﻲ ﺃﺻﻞ ﻛﻔﺮﻫﻢ

“Filosof adalah orang-orang yang mengingkari khudus (sifat baru dari) alam, mengingkari ilmunya allah dengan juz'iyyah, dan mengingkari kebangkitan dengan tubuh, dan 3 masalah inilah yang menjadi asal kekafiran mereka”

Dan imam sanusi sangat mewanti-wanti,dan memberi peringatan kepada orang- orang yang baru belajar agar jangan mengambil ushuluddin dari kitab-kitab yang bercampur dengan kalam falsafah,berikut ini perkatan beliau;

ﻭﻟﻴﺤﺬﺭ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻱ ﺟﻬﺪﻩ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﺃﺻﻮﻝ ﺩﻳﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﺘﻲ ﺣﺸﻴﺖ ﺑﻜﻼﻡ ﺍﻟﻔﻼﺳﻔﺔ

“Hendaklah orang yang baru belajar menghindari kesungguhannya mengambil ilmu ushulluddin dari kitab- kitab yang bercampur dengan perkataan filsafah”


Bahkan bukan hanya ilmu ushulludin yang bercampur dengan filsafah saja yang di wanti-wanti untuk dihindari, juga ilmu mantiq. Bahkan iman nawawi dan ibnu shalah mengharamkan mempelajari ilmu mantiq yang bercampur dengan filsafah,seperti yang disinggung oleh Abdurrahman al-ahdhari dalam kitab Sulamul Munawwaroq :

ﻭﺍﻟﺨﻠﻒ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻹﺷﺘﻐﺎﻝ     ﻓﺎﺑﻦ ﺍﻟﺼﻼﺡ ﻭﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺣﺮﻣﺎ      ﻭﺍﻟﻘﻮﻟﺔ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭﺓ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ      ﻣﻤﺎﺭﺱ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻜﺘﺎﺏ

“ Terjadinya perbedaan wacana( antara para ahli) tentang status hukum kebolehan memperdalam ilmu retorika qurani (ilmu mantiq/logika),dapat diklasifikasikan menjadi tiga,yaitu Pertama,ibnu shalah dan imam nawawi berpendapat haram,dan (kelompok yang kedua) sebagian kelompok ulama mengatakan ilmu ini sebaiknya diketahui,dan pendapat(ketiga) yang terkenal menyatakan bahwa memperdalam ilmu retorica qurani(mantiq) adalah shahih(benar) bagi mereka yang memiliki kesempatan bernalar,berakal,yang mengerti seluk beluk hadis dan qur’an,yang menguasai betul hadis dan al-qur’an.hal ini supaya mereka yang bernalar logis bisa memperoleh petunjuk dari ilmu retorica( mantiq) sampai pada kebenaran yang hakiki.

📃 HUKUM MEMPELAJARI ILMU MANTIQ TERDAPAT TIGA PENDAPAT YAITU:

>> menurut Imam Nawawi dan Ibnu Sholah mempelajari ilmu manteq hukum nya " Haram "

>> Jawaz atau boleh menurut Jam'un

>> Menurut Imam Al-Ghozali mempelajari ilmu manteq hukum nya " Sunnah "

Namun hukum sunnah,mempelajari nya bagi orang yang punya nalar dan cerdas serta betul-betul menjalan kan hukum syar'i



📃 SYARAT-SYARAT GURU YANG HARUS DI PILIH DALAM MEMPELAJARI ILMU:

أما اختيار الأستاذ: فينبغى أن يختارالأعلم والأورع والأسن، كما اختار أبو حنيفة، رحم الله عليه، حماد بن سليمان، بعد التأمل والتفكير،

Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro’ dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan Hammad Bin Abu Sulaiman.

، قال: وجدته شيخا وقورا حليما صبورا فى الأمور. وقال: ثبت عند حماد بن سليمان فنبت

Dalam hal ini dia berkata : “beliau saya kenal sebagai orang tua yang budi luhur, berdada lebar serta penyabar. Katanya lagi: saya mengabdi di pangkuan tuan Hammad Bin Abu Sulaiman, dan ternyata sayapun makin berkembang.”



قيل: [الناس] رجل [تام] ونصف رجل، ولا شيئ فالرجل: من له رأي صائب ويشاور العقلاء، ونصف رجل: من له رأي صائب لكن لا يشاور، أو يشاور ولكن لا رأي له، ولا شيئ: من لا رأي له ولا يشاور. وقال جعفر الصادق لسفيان الثورى: شاور فى أمرك الذين يخشون الله تعالى

Ada dikatakan : “Satu orang utuh, setengah orang dan orang tak berarti. Orang utuh yaitu yang mempunyai pendapat benar juga mau bermusyawarah; sedang setengah orang yaitu yang mempunyai pendapat benar tetapi tidak mau bermusyawarah, atau turut bermusyawarah tetapi tidak mempunyai pendapat; dan orang yang tidak berarti adalah yang tidak mempunyai pendapat lagi pula tidak mau ikut musyawarah.” Kepada Sufyan Ats-Tsuriy, Ja’far Ash-Shodik ra berkata: “Musyawarahkan urusanmu dengan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah.”



✍ Syeikh Imam As-Suyuthi berkata di dalam kitab Al-Itqan fiUlum :

ﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻏﻴﺮ ﺷﺮﻁ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻟﺘﺼﺪﻱﻟﻺﻗﺮﺍﺀ ﻭﺍﻹﻓﺎﺩﺓ، ﻓﻤﻦ ﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪﺍﻷﻫﻠﻴﺔ ﺟﺎﺯ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺰﻩ ﺃﺣﺪ، ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻷﻭﻟﻮﻥ ﻭﺍﻟﺼﺪﺭﺍﻟﺼﺎﻟﺢ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻋﻠﻢ ﻭﻓﻲ ﺍﻹﻗﺮﺍﺀ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ ..ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﺻﻄﻠﺢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻷﻥ ﺃﻫﻠﻴﺔ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻬﺎ ﻏﺎﻟﺒﺎ ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪﺍﻷﺧﺬ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦﻭﻧﺤﻮﻫﻢ ﻟﻘﺼﻮﺭ ﻣﻘﺎﻣﻬﻢ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ، ﻭﺍﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦﺍﻷﻫﻠﻴﺔ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﺧﺬ ﺷﺮﻁ، ﻓﺠﻌﻠﺖﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻛﺎﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻟﻠﻤﺠﺎﺯ ﺑﺎﻷﻫﻠﻴﺔ

Ijazah dari seorang guru bukanlah sebuah syarat bolehnya mengajar dan membacakan kitab. Selama seseorang punya keyakinan bahwa dia sudah ahli maka boleh baginya untuk membacakandan berfatwa walaupun dia tidak mendapat ijazah dari siapapun. Pendapat ini dianut kalangan salaf klasik(al-awwalun). Begitu juga dalam setiap ilmu. Bahwasanya ada orang yang menganggap perlu adanya ijazah itu karena keahlian sesorang umumnya tidak dapat dicapai tanpa guru. Sedangkan keahlian itu menjadi syarat untuk mengajar. Maka ijazah itu ibarat sertifikat dari guru pada murid(yang diijazahi/al-mujaz) atas tercapainya suatu ke ahlian.

📚 REFERENSI:

📖 من ناحية العموم أيضا مقولة " من كان شيخه كتابه فخطؤه أكثر من صوابه"
وهذه روابط ذات صلة أيضا - من باب إثراء الموضوع - :
توجيه العلماء لمقولة( من كان شيخه كتابه فخطؤه أكثر من صوابه)
من كان شيخه كتابه كان خطأه أكثر من صوابه هل هذه القاعدة صحيحة في زماننا هذا
( مَنْ كان شَيْخُهُ كتابَه ) وقفة .
ليس كل من كان كتابه شيخه ضل !



📖 تعليم المتعلم

ويختار العتيق دون المحدثات، قالوا: عليكم بالعتيق وإياكم بالمحدثات، وإياك أن تشتغل بهذا الجدال الذى ظهر بعد انقراض الأكابر من العلماء، فإنه يبعد عن الفقه ويضيع العمر ويورث الوحشة والعداوة، وهو من أشراط الساعة وارتفاع العلم والفقه،كذا ورد فى الحديث

📖 kitab Ihya juz 2 halaman 274 (maktabah syamilah) :

بيان شروط الإرادة ومقدمات المجاهدةوتدريج المريد في سلوك سبيل الرياضة

إلى أن قالأما الشروط التي لا بد من تقديمها في الإرادة فهي رفع السد والحجاب الذي بينه وبين الحق. فإن حرمان الخلق عن الحق سببه تراكم الحجب ووقوع السد على الطريق قال الله تعالى " وجعلنا من بين أيديهم سداً ومن خلفهم سداً فأغشيناهم فهم لا يبصرون " .والسد بين المريد وبين الحق أربعة: المال، والجاه، والتقليد، والمعصية

إلى أن قالفإذا قدم هذه الشروط الأربعة وتجرد عن المال والجاه كان كمن تطهر وتوضأ ورفع الحدث وصار صالحاً للصلاة فيحتاج إلى إمام يقتدى به، فكذلك المريد يحتاج إلى شيخ وأستاذ يقتدى به لا محالة ليهديه إلى سواء السبيل فإن سبيل الدين غامض وسبل الشيطان كثيرة ظاهرة، فمن لم يكن له شيخ يهديه قاده الشيطان إلى طرقه لا محالة


📖 Dalam kitab Arrisalah al Qusyairiyyah halaman 181 :

وإذا أحكم المريد بينه وبين الله عقده، فيجب أن يحصل من علم الشريعة، إما بالتحقيق، وإما بالسؤال عن الأئمة ما يؤدي به فَرْضَه، وإن اختلف عليه فتاوى الفقهاء يأخذُ بالأحوط، ويقصد الخروج من الخلاف، فإن الرخص في الشريعة للمستضعفين وأصحاب الحوائج والأشغال.وهؤلاء الطائفة ليس لهم شغل سوى القيام بحقِّه سبحانه، ولهذا قيل: إذا انحظ الفقير عن درجة الحقيقة إلى رُخصة الشريعة فقد فسخ عقده مع الله، ونقض عهده فيما بينه وبين الله تعالى.

ثم يجب على المريد أن يتأدَّب بشيخ؛ فإن لم يكن له أستاذ لا يفلح أبداً.هذا أبو يزيد يقول: من لم يكن له أستاذ فإمامه الشيطان.وسمعت الأستاذ أبا عليِّ الدقاق يقول: الشجرة إذا نبتت بنفسها من غير غراس فإنها تورق، ولكن لا تُثمر؛ كذلك المريد إذا لم يكن له أستاذ يأخذ منه طريقته نفساً نفساً فهو عابد هواه، لا يجد نفاذاً.


📖 kitab Al Asybah Wannazhaa`ir halaman 310 :

Adapun dalam ilmu fiqih dan sebagai nya maka boleh berpengangan dengan kitab-kitab yang muktabar

وقال ابن عبد السلام: أما الاعتماد على كتب الفقه الصحيحة الموثوق بها, فقد اتفق العلماء في هذا العصر على جواز الاعتماد عليها والاستناد إليها ; لأن الثقة قد حصلت بها كما تحصل بالرواية, ولذلك اعتمد الناس على الكتب المشهورة في النحو, واللغة, والطب وسائر العلوم لحصول الثقة بها وبعد التدليس.ومن اعتقد أن الناس قد اتفقوا على الخطإ في ذلك, فهو أولى بالخطأ منهم:ولولا جواز الاعتماد على ذلك لتعطل كثير من المصالح المتعلقة بها.

والله اعلم
Diskusihukumfiqh212.blogspo.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar