Minggu, 25 Februari 2018

HUKUM POTHO,LUKISAN,PATUNG.

KESIMPULAN TEAM DHF

DEFINISI LUKISAN DAN FOTO
--------------------------

👉 penjelasan tentang hukum lukisan

Haram menggambar/melukis hewan meskipun bentuk/rupa yang tidak hidup

Atau membuat patung hewan dari tanah atau dari manisan seperti kue

Menurut imam romli,kue yang berbentuk hewan tersebut sah jual beli nya dan tidak haram mengabadikan nya

Tetapi,menurut imam az ziadi adalah haram,baik yang membuat nya atau yang di buatkan,meskipun tidak berbentuk hewan hidup

Begitu juga,haram membuat patung manusia sebagaimana di jelas kan oleh imam al halyamiy,baik terbuat dari kayu,batu,timah,kuningan dan semacam nya
Kecuali: tidak haram boneka mainan anak perempuan yang terbuat dari kain

Dalam kitab " fiqhul minhaji di jelaskan:

Bahwa menggambar/melukis hewan atau manusia dan segala sesuatu yang bernyawa adalah haram dan termasuk dosa besar

Karena adanya ancaman yang berat melalui hadist rasulullah:

Keharaman tersebut tidak ada beda nya: di baju,uang dinar/dirham/dedaunan/kertas wadah dinding dan semacam nya.

Sama saja haram,baik yang berbayang atau pun yang tidak ada bayangan.

Inti nya haram secara mutlak, bagaimana pun bentuk nya dan seperti apapun sifat nya, hidup atau mati

Keharaman tersebut berlaku terhadap yang melukis dan pada yang minta di lukis kan

Adapun lukisan yang tidak berbentuk yang bernyawa maka tidak haram dan tidak berdosa dan tidak berdosa membuat nya,seperti: lukisan kayu,batu dan semacam nya

Adapun hukum membuat sesuatu yang mana sesuatu tersebut terdapat gambar hewan atau manusia maka di tafsil

Apabila gambar gambar tersebut di gantung di dinding ( perhiasan ) atau di lukis di baju maka juga haram hukum nya,dan tidak boleh mengabadikan nya bahkan wajib membuang dan menghilang kan nya

Apabila gambar tersebut terdapat di bantal atau alas duduk dan semacam nya maka tidak haram

Keharaman melukis/membuat patung menyerupai sesuatu yang bernyawa/hidup,adalah sebagaimana di jelaskan dalam hadist rasulullah bahwa nanti di hari kiamat akan di minta pertanggung jawaban dan nanti allah perintah kan untuk menghidup kan gambar gambar/patung tersebut di hari kiamat sebagai ancaman karna telah menyerupai kekuasaan allah,sudah barang tentu orang tersebut tidak tidak akan mampu menghidup kan nya,karna kita tidak mempunyai kekuasaan sebagaimana yang allah miliki

Di samping itu malaikat,rahmah tidak akan masuk kedalam rumah yang ada patung,anjing dan gambar gambar sesuatu yang hidup

👉 CATATAN:

ada sebagian pendapat ulama bahwa lukisan yang tidak utuh misal nya burung tanpa kepala  tidak haram

Menggambar manusia hewan dan segala yang bernyawa adalah haram mutlak


👉 penjelasan tentang hukum foto

Syeh Muhammad Alwi Al Maliki dalam kitab Majmu' Fatawa wa al Rosail menjelaskan bahwa yang dimaksud dari gambar yang diharamkan itu adalah yang tiga dimensi yang memiliki bayang-bayang yang dimungkinkan bisa hidup dalam kodisi seperti itu bila ditiupkan ruh.

Dalam kitab:
Fatawi Al-Azhar,Juz:7 Hal:220

Dan di dalam kitab:

Fatawi Darul Ifta' Al-mishriyah, Fatwa no 2475

Di jelas kan bahwah:

Memajang foto orang , baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia itu diperbolehkan, karena pada dasarnya, foto merupakan bayangan suatu obyek yang ditangkap dengan kamera. Sehingga tidak ada unsur menyamai hak penciptaan yang hanya dimiliki oleh Allah semata yang pelakunya diancam dengan siksaan yang berat.

Hukum ini berlaku jika gambar dalam foto tersebut tidak terbuka auratnya dan tidak menimbulkan syahwat. Jika yang dipajang adalah foto wanita yang tidak tertutup auratnya secara penuh, seperti tidak memakai jilbab, maka harus berusaha agar fotonya itu hanya dilihat oleh mahramnya.
-------------------------------

Memang harus kita akui bahwa di level para ulama masih ada perbedaan pandangan tentang hukum gambar ini.

Ada sebagian ulama yang mengambil kesimpulan untuk mengharamkan semua jenis gambar, baik itu lukisan, kartun, foto atau film. Bagi mereka, apapun yang berbau gambar, lepas dari apa tujuan, madharat, manfaat dan fungsinya, hukumnya haram. Dan pelakunya masuk neraka.

Namun kelompok ulama yang seperti ini berhadapan dengan para ulama lain yang lebih moderat. Mereka tidak menelan mentah-mentah begitu saja hadits-hadit yang terkait dengan haramnya gambar, setidaknya tidak memahami hadits dengan apa yang tersurat, tetapi memahami lebih jauh dan mendalam.

Sebenarnya perbedaan pendapat di antara mereka dipicu dari cara memahami nash-nash yang mereka sepakati keshahihannya, namun tidak mereka sepakati pengertian dan maksudnya.

Nash Tentang Gambar

Kami akan sebutkan nash-nash yang mereka sepakati keshahihannya, antara lain:

👉Hadits Pertama

Dari Ibnu, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta untuk meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupkannya.’” (HR Bukhari).

👉Hadits Kedua

Seorang laki-laki datang kepada Ibnu ‘Abbas, lalu katanya, “Sesungguhnya aku menggambar gambar-gambar ini dan aku menyukainya.” Ibnu ‘Abbas segera berkata kepada orang itu, “Mendekatlah kepadaku”. Lalu, orang itu segera mendekat kepadanya. Selanjutnya, Ibnu ‘Abbas mengulang-ulang perkataannya itu, dan orang itu mendekat kepadanya. Setelah dekat, Ibnu ‘Abbas meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut dan berkata, “Aku beritahukan kepadamu apa yang pernah aku dengar. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Setiap orang yang menggambar akan dimasukkan ke neraka, dan dijadikan baginya untuk setiap gambarnya itu nyawa, lalu gambar itu akan menyiksanya di dalam neraka Jahanam.’” Ibnu ‘Abbas berkata lagi, “Bila engkau tetap hendak menggambar, maka gambarlah pohon dan apa yang tidak bernyawa.” (HR Muslim).

Kedua hadits di atas jelas sekali keshahihannya, karena diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya, dan juga oleh Al-Imam Muslim di dalam kitab shahihnya juga.

Namun di balik dari keshahihan sanadnya, para ulama berbeda pendapat tentang bagaimana memahami hukum yang terkandung di dalamnya.

👉Kelompok Pertama

Dengan hadits-hadits semisal dua hadits di atas, para ulama yang bergaya tekstual mengharamkan semua bentuk gambar, apa pun jenisnya, termasuk komik, ilustrasi, kartun, bahkan wayang kulit, wayang golek dan semua yang sekiranya termasuk gambar.

Bahkan di tengah mereka, berkembang kalangan yang lebih ekstrim lagi, karena mereka memasukkan gambar yang dibuat dengan kamera foto juga termasuk gambar yang diharamkan. Sehingga mereka tidak mau berfoto dan mengatakan bahwa kamera adalah benda najis yang haram, karena menghasilkan citra gambar. Dan otomatis, televisi, video player, kameravideo, tustel dan apapun yang terkait dengannya, juga haram hukumnya karena merupakan media untuk melihat gambar.

Jangan kaget kalau menemukan tulisan yang agak ‘keras’, baik di buku-buku atau di beberapa situs. Memang begitulah pendapat mereka dan cara mereka memahami nash-nash tentang haramnya gambar. Kita wajib menghormati pendapat mereka.

👉Kelompok Kedua

Sedangkan ulama lain yang lebih moderat memahami hadits ini sebagai larangan untuk membuat patung, buka sekedar gambar di atas media gambar. Gambar yang dalam bahasa arabnya disebut dengan istilah shurah, mereka pahami sebagai bentuk patung tiga dimensi. Sehingga dalam pandangan mereka, hadits ini diterjemahkan menjadi demikian, "Siapa yang membuat patung dari makhluk bernyawa di dunia ini, maka dia akan diminta untuk meniupkan ruhnya kepada patung itu di hari akhir."

Pendapat kelompok kedua ini didasari dengan konsideran hadits di atas dengan hadits berikut ini yang berisi perintah Rasulullah SAW untuk menghacurkan patung-patung.

Dari ‘Ali ra, ia berkata, “Rasulullah Saw sedang melawat jenazah, lalu beliau berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang mau pergi ke Madinah, maka janganlah ia membiarkan satu berhala pun kecuali dia menghancurkannya, tidak satupun kuburan kecuali dia ratakan dengan tanah, dan tidak satupun gambar kecuali dia melumurinya?’ Seorang laki-laki berkata, ‘Saya, wahai Rasulullah.’ ‘Ali berkata, “Penduduk Madinah merasa takut dan orang itu berangkat, kemudian kembali lagi. Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidak aku biarkan satu berhala pun kecuali aku hancurkan, tidak satupun kuburan kecuali aku ratakan, dan tidak satu pun gambar kecuali aku lumuri’. Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa kembali lagi membuat sesuatu dari yang demikian ini, maka berarti dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.’” (HR Ahmad dengan isnad hasan).

Sedangkan lukisan di atas kanvas, kertas, kain dan semua yang dua dimensi, tidak termasuk yang diharamkan oleh hadits ini, dalam pandangan kelompok ini.

Pendapat ini pun berkembang di tengah para ulama muslim dunia, dan pendapat ini tentu berbeda dengan pandangan kelompok ulama yang pertama. Jadi memang sekali lagi kita menemukan para beberapa titik ada perbedaan dalam memahami nash-nash yang mereka sepakati keshahihannya.

Yang Disepakati Keharamannya

Namun demikian, kedua kelompok yang berbeda pendapat di atas, ternyata mereka bisa sepakat juga dalam banyak hal terkait dengan hukum gambar. Tidak selamanya mereka harus berbeda pendapat, banyak titik di mana mereka bersepakat, antara lain:

Semua ualma sepakat mengharamkan patung makhluk bernyawa, seperti arca, berhala, patung dewa, patung manusia dan patung hewan.
Semua ualma sepakat mengharamkan gambar bohong yang tidak ada dasarnya, seperti gambar yang dituduhkan sebagai Nabi Isa, Maryam dan semua nabi dan rasul.
Semua ualma sepakat mengharamkan gambar atau patung tokoh agama lainnya seperti Ali bin Abi Thalib ra dan para shahabat nabiridhwanullahi ‘alaihim.
Semua ualma sepakat mengharamkan patung atau gambar 2 dimensi yang bertentangan dengan syariat, seperti yang membuka aurat, banci, homoseks, lesbianis dan sejenisnya.
Semua ualma sepakat menghalalkan boneka mainan walau berbentuk makhluk bernyawa.
Dalilnya adalah hadits berikut ini:

Dari ‘Aisyah berkata, “Aku bermain-main dengan mainan yang berupa anak-anakan (boneka). Kadang-kadang Rasulullah SAW mengunjungiku, sedangkan di sisiku terdapat anak-anak perempuan. Apabila Rasulullah Saw datang, mereka keluar dan bila beliau pergi mereka datang lagi.” (HR Bukhari dan Abu Dawud).

Nah, ada juga yang berpendapat bahwa gambar kartun yang lucu-lucu adalah lebih sederhana dari mainan boneka Aisyah ra. Kalau mainan boneka Aisyah yang berbentuk tiga dimensi saja halal, mengapa kartun lucu harus haram hukumnya?

[ Wallahu A'lam ]

📖 REFERENSI/IBAROH TENTANG HUKUM LUKISAN

٧ - تحريم التصوير
تصوير الإنسان والحيوان، وكلّ ما فيه روح حرام، وهو من كبائر الإثم، لأنه متوعَّد عليه بوعيد شديد في صريح السنّة الشريفة.
لا فرق في هذا التحريم بين ما إذا كان هذا التصوير على ما يمتهن ويُهان أو على ما يعظم ويكرم.
ولا فرق بين ما كان منه على بساط، أو ثوب، أو درهم، أو دينار، أو ورق، أو إناء، أو حائط، أو على غير ذلك.
ولا فرق بين ما له ظل وما لا ظل له. فتصوير كل ما فيه روح حرام، كيفما كان، وعلى أي شيء كان.
ويستوي في الحرمة المصوِّر، ومن تقدم إلى المصوِّر ليصوره، لأنه معاون له على المعصية، وإن كان عذاب المصور أكبر، وإثمه أعظم.
أما تصوير ما لا روح فيه، كالشجر، والنبات، والجماد، فليس بحرام، ولا إثم في فعله.
هذا حكم نفس التصوير.
وأما اتخاذ ما فيه صورة حيوان، أو إنسان واقتناؤه، فنقول: إن كانت هذه الصور معلَّقة على حائط، أو منقوشة في ثوب مما لا يعدّ ممتهناً، فاتخاذها حرام، ولا يجوز إبقاؤها، بل يجب نزعها، وإزالتها من مكانها.
وإن كانت في بساط يداس، أو وسادة ومخدّة يُتّكأ ويُجلس عليهما، ونحوهما مما يُمتهن، فليس بحرام.

الفقه المنهاجى فى الفقه الامام الشافعى ص 105 ج 3

Lanjutan hal 106

٧ - تحريم التصوير
تصوير الإنسان والحيوان، وكلّ ما فيه روح حرام، وهو من كبائر الإثم، لأنه متوعَّد عليه بوعيد شديد في صريح السنّة الشريفة.
لا فرق في هذا التحريم بين ما إذا كان هذا التصوير على ما يمتهن ويُهان أو على ما يعظم ويكرم.
ولا فرق بين ما كان منه على بساط، أو ثوب، أو درهم، أو دينار، أو ورق، أو إناء، أو حائط، أو على غير ذلك.
ولا فرق بين ما له ظل وما لا ظل له. فتصوير كل ما فيه روح حرام، كيفما كان، وعلى أي شيء كان.
ويستوي في الحرمة المصوِّر، ومن تقدم إلى المصوِّر ليصوره، لأنه معاون له على المعصية، وإن كان عذاب المصور أكبر، وإثمه أعظم.
أما تصوير ما لا روح فيه، كالشجر، والنبات، والجماد، فليس بحرام، ولا إثم في فعله.
هذا حكم نفس التصوير.
وأما اتخاذ ما فيه صورة حيوان، أو إنسان واقتناؤه، فنقول: إن كانت هذه الصور معلَّقة على حائط، أو منقوشة في ثوب مما لا يعدّ ممتهناً، فاتخاذها حرام، ولا يجوز إبقاؤها، بل يجب نزعها، وإزالتها من مكانها.
وإن كانت في بساط يداس، أو وسادة ومخدّة يُتّكأ ويُجلس عليهما، ونحوهما مما يُمتهن، فليس بحرام.

Lanjutan hal 107

كلب ولا صورة، رقم ٢١٠٩] عن عبدالله بن مسعود - رضي الله عنه - قال: قال - رضي الله عنه - رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: " إن أشدَّ الناس عذاباً يوم القيامة المصورون".
وقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: " إن الذين يصنعون هذه الصور يعذبون يوم القيامة يقال لهم: أحيوا ما خلقتم".
رواه البخاري في [اللباس - باب - عذاب المصورين يوم القيامة، رقم: ٥٦٠٧] ومسلم في [اللباس والزينة - باب - لا تدخل الملائكة بيتاً فيه كلب ولا صورة، رقم: ٢١٠٨] عن ابن عمر رضي الله عنهما.
وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قال: سمعت محمداً - صلى الله عليه وسلم - يقول: " من صَوّر صورة في الدنيا، كُلِّف يوم القيامة أن ينفخ فيها الروح، وليس بنافخ".
رواه البخاري في [اللباس - باب - من صوّر صورة كُلِّف يوم القيامة أن ينفخ فيها الروح، رقم: ٥٦١٨] ومسلم في [اللباس والزينة - باب لا تدخل الملائكة بيتاً فيه كلب ولا صورة، رقم: ٢١١٠].
وروى البخاري ومسلم في [نفس الموضع السابق] عن سعيد بن أبي الحسن، قال: جاء رجل إلى ابن عباس رضي الله عنهما، فقال: إني رجل أصور هذه الصور، فأفتني فيها، فقال: ادْنُ مني، فدنا منه، ثم قال له ادْنُ مني، فدنا منه حتى وضع يده على رأسه، قال: أنبئك بما سمعت من رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: " كل مصوِّر في النار يجعل له بكل صورة صوّرها نفساً، فتعذبه في جهنم". وقال إن كنت لابد فاعلاً، فاصنع الشجر، وما لا نفس له.
وعن أبي طلحة - رضي الله عنه -، صاحب رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، أنه قال: إن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، قال: " إن الملائكة لا تدخل بيتاً فيه كلب ولا صورة تماثيل".
أخرجه البخاري في [بدء الخلق - باب - إذا قال أحدكم آمين، رقم:

Hal 108

٣٠٥٣] ومسلم في [اللباس والزينة - باب - لا تدخل الملائكة بيتاً فيه كلب ولا صورة، رقم: ٢١٠٦].
حكمة تحريم الصور:
إن تحريم التصوير، والنهي عنه أمر تعبدي في جملته، تعبد الله عزّ وجلّ به عباده، فليس لهم - إن أرادوا الخير لأنفسهم - إلا أن يقولوا: سمعنا وأطعنا غفرانك ربنا وإليك المصير.
ومع ذلك فقد نجد بعض الحِكَم لهذا التحريم:
أذكر النبي - صلى الله عليه وسلم - أن الحكمة من النهي أن المصوّر يضاهي بعمله هذا خلق الله عزّ وجلّ من حيث الشكل والصورة، لذلك يقال له: أحْيِ ما خلقت، وليس بقادر على ذلك.
ب إن هذه الصور والأصنام والتماثيل كانت تعبد من دون الله عزّ وجلّ، فلما جاء الإسلام بعقيدة التوحيد، وحرّم الشرك وحاربه، أغلق كل الأبواب التي قد يتسرب منها شيء من الشرك، وتعظيم غير الله سبحانه وتعالى إلى نفوس المؤمنين، ومن ذلك التصوير، سداً للذرائع، وعملاً بالأحوط.
ج- إن ملائكة الله عزّ وجلّ لا يدخلون بيتاً فيه تلك الصور والتماثيل، فيحرم بهذا من يتخذ هذه الصور من بركة دخول الملائكة إلى بيته، ومن دعائهم واستغفارهم له، وصلاتهم عليه.
وكفى بهذا الخسران حكمة موجبة، لتحريم هذه الصور، واتخاذها.
حسرة وأسف:
بعد هذا الذي ذكرناه، ونقلناه عن النبي المصطفى - صلى الله عليه وسلم -، من تحريم التصوير، والنهي عن اتخاذ الصور، نجد المسلمين - بكل حسرة وأسف - منغمسين في هذا الحرام، ومسترسلين في هذا المنكر، غير مبالين

Hal 109 juz 3

بصرخات الدين، ولا مهتمين بذلك الوعيد الشديد.
فقلما تدخل بيتاً، أو حانوتاً إلا وتجد فيه صنماً مزخرفاً، أو صورة منمقة، معلقة، إما لأب أو لجد، أو لصاحب وصديق قد علقت في صدور المجالس، وأعالي الجدران.
تجد هذا عند الرجال، وعند النساء، وعند الأغنياء، وعند الفقراء، عند من يسمون: بالمحافظين، وعند من لا يسمون بذلك، إلا من رحم ربك وقليل ما هم.
يحتالون لذلك بفتاوى من هنا وهناك. وبأعذار، ما أنزل الله بها من سلطان، باسم الفن تارة، وباسم الذكرى تارة أخرى، وباسم الحب والتعظيم حيناً آخر، كأن الدين حينما حرم ذلك كان غافلاً عن هذه الأعذار والأوهام نسأل الله اللطف والسلامة ولا حول ولا قوة إلا بالله.

السراج الوهاج 1 ص 398 مكتبة الشاملة

وَيحرم تَصْوِير حَيَوَان
وَلَو على هَيْئَة لَا يعِيش مَعهَا اَوْ من طين اَوْ من حلاوة قَالَ الرملى وَيصِح بيعهَا وَلَا يحرم التفرج عَلَيْهَا وَلَا استدامتها وَخَالفهُ الزيادى فى الطين والحلاوة فحرمهما فَعلم من ذَلِك ان نفس التَّصْوِير حرَام والمصور ان كَانَ على هَيْئَة لَا يعِيش مَعهَا اَوْ ممتهنا اتِّخَاذه والا فَلَا

الاداب للبيهقى 1 ص 254 مكتبة الشاملة

٦٢٣ - وَرُوِّينَا عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عَائِشَةَ فِي رُؤْيَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَنَاتٍ لِعَائِشَةَ يَلْعَبْنَ، فَقَالَ: [ص: ٢٥٥] «مَا هَذَا؟» فَقَالَتْ: بَنَاتِي قَالَ: «فَمَا هَذَا الَّذِي أَرَى فِي وَسْطِهِنَّ؟» قَالَتْ: فَرَسٌ قَالَ: «مَا هَذَا الَّذِي عَلَيْهِ؟» قَالَتْ: جَنَاحَانِ قَالَ: «فَرَسٌ لَهُ جَنَاحَانِ» قَالَتْ: وَمَا سَمِعْتَ أَنَّ لِسُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ خَيْلًا لَهَا أَجْنِحَةٌ. قَالَتْ: فَضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ. أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا أَبُو الْحَسَنِ الطَّرَائِفِيُّ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَنْبَأَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ قَالَ: حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ التَّمِيمِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، فَذَكَرَهُ فِي حَدِيثِ قُدُومِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ. قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ: وَهَذَا كُلُّهُ مَحْمُولٌ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّهُ كَانَ وَقْتَ صِبَائِهَا. قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ: وَلَيْسَ وَجْهُ ذَلِكَ عِنْدَنَا إِلَّا مِنْ أَجْلِ أَنَّهَا لَهْوُ الصِّبْيَانِ، وَلَوْ كَانَ لِكِبَارٍ لَكَانَ مَكْرُوهًا. قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَمْلُ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ عَلَى ذَلِكَ مُمْكِنٌ، فَأَمَّا الثَّانِي فَفِيهِ أَنَّ ذَلِكَ كَانَ بَعْدَ قُدُومِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ، وَالظَّاهِرُ أَنَّهَا كَانَتْ بَالِغَةٌ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ، فَكَانَتِ ابْنَةَ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ حِينَ مَاتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِا وَسَلَّمَ،

وَكَانَ مِنْ وَقْتِ قُدُومِهِ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ إِلَى وَفَاتِهِ أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثِ سِنِينَ. يُحْتَمَلُ أَنَّهُ كَانَ قِيلَ بِتَحْرِيمِ التَّصْوِيرِ.

وَذَهَبَ الْحَلِيمِيُّ إِلَى أَنَّهُ إِنْ عُمِلَ مِنْ خَشَبٍ، أَوْ حَجَرٍ، أَوْ صُفْرٍ، أَوْ نُحَاسٍ شِبْهُ آدَمِيٍّ تَامِّ الْأَطْرَافِ كَالْوَثَنِ وَجَبَ كَسْرُهُ. فَأَمَّا إِذَا كَانَتِ الْوَاحِدَةُ مِنْهُنَّ تَأْخُذُ خِرْقَةً فَتَلُفُّهَا ثُمَّ تُشَكِّلُهَا بِأَشْكَالِ الصَّبَايَا وَتُسَمِّيهَا بِنْتًا أَوْ أُمًّا وَتَلْعَبُ بِهَا فَلَا تُمْنَعُ مِنْهُ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ

📖 REFERENSI/IBAROH TENTANG HUKUM FOTO

مجمعوع فتاوى ورسائل صــ213

وإن كانت هذه صورة الحونية الكاملة التى لاظل لها فها هنا تفصيل وهو أنها إن كانت فى محل ممتهن كبساط وحصير ووسادة ونحوها كاتنت مباحة ايضا فى مذهب الاربعة إلا أن المالكية قالوا فعل هذه خلاف الأولى وليس مكروها

[ Al-halal wal haram fi al-islaam. Hal:132 ]

وهذا ما لم يشتمل موضوع الصورة نفسها على محرم فى الإسلام كإبراز موضع الفتنة من الأنثى وتصوير رجل يقبل امراة
ونحوها. ومثل ذلك الصور التى تعظم وتقدس كصور الملائكة والأنبياء ونحوها .

Ibarot :
Fatawi Al-Azhar, Juz : 7  Hal : 220

الفوائد وتعليق الصور فى المنازل

السؤال : ........... ثانيا تطلب الإفادة عن الصور التى تعلق بحوائط المنازل بقصد الزينة. هل هى حلال أم حرام وهل تمنع دخول الملائكة المنازل وبيان الحكم الشرعى فى ذلك

الجواب : .......... عن السؤال الثانى ك اختلف الفقهاء فى حكم الرسم الضوئى بين التحريم والكراهة، والذى تدل عليه الأحاديث النبوية الشريفة التى رواها البخارى وغيره من أصحاب السنن وترددت فى كتب الفقه، أن التصوير الضوئى للإنسان والحيوان المعروف الآن والرسم كذلك لا بأس به، إذا خلت الصور والرسوم من مظاهر التعظيم ومظنة التكريم والعبادة وخلت كلذلك عن دوافع تحريك غريزة الجنس وإشاعة الفحشاء والتحريض على ارتكاب المحرمات.
ومن هذا يعلم أن تعليق الصور فى المنازل لا بأس به متى خلت عن مظنة التعظيم والعبادة، ولم تكن من الصور أو الرسوم التى تحرض على الفسق والفجور وارتكاب المحرمات

Fatawi Darul Ifta' Al-Mishriyah, Fatwa no.2475

حكم تعليق الصور على الجدران

اطلعنا على الطلب المقيد برقم 738 لسنة 2005م المتضمن
الصور الشخصية لفتاة غير محجبة توفاها الله هل تعتبر سيئة جاريةً لها؟ وما حكمها إذا عُلِّقت في مدخل المنزل؟ وهل رؤية غير المحارم للصورة يجعل هناك إثمًا على الفتاة؟

الـجـــواب : فضيلة الأستاذ الدكتور علي جمعة محمد
لا بأس بتداول الصور الفوتوغرافية للإنسان والحيوان؛ لأنها عبارة عن حبس للظل وليس فيها المضاهاة لخلق الله التي ورد فيها الوعيد للمصورين، وذلك ما لم تكن الصور عارية أو تدعو للفتنة
وإذا صورت المرأة نفسها من غير حجاب شرعي كامل فلتحرص على أن لا يرى هذه الصورةَ غيرُ محارمها؛ لأن أمر النساء مبنيٌّ على التصوُّن والتستُّر والعفاف، فإذا اطلع أجنبي بعد ذلك عليها –مع حرصها على صَوْنِها عن من لا يحل له الاطلاع على عورتها –فلا إثم عليها ولا ذنب لها، ولا يُعتبر ذلك سيئةً جاريةً لها في حياتها ولا بعد وفاتها –كما يُقال–، ولكن ينبغي أن لا توضع في مكان يراه كل أحد بل تُصان وتُحفظ كما سبق بيانه

- 9758 - (ﻻ ﺗﺪﺧﻞ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ) ﻣﻼﺋﻜﺔ اﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭاﻟﺒﺮﻛﺔ ﺃﻭ اﻟﻄﺎﺋﻔﻮﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻟﻠﺰﻳﺎﺭﺓ ﻭاﺳﺘﻤﺎﻉ اﻟﺬﻛﺮ ﻻ اﻟﻜﺘﺒﺔ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﻔﺎﺭﻗﻮﻥ اﻟﻤﻜﻠﻒ ﻓﻬﻮ ﻋﺎﻡ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻪ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻭاﺩﻋﺎء اﻟﺘﻌﻤﻴﻢ ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﻄﻠﻌﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ اﻟﻌﺒﺪ ﻭﻫﻢ ﺧﺎﺭﺝ اﻟﺪاﺭ ﺗﻜﻠﻒ ﻛﺰاﻋﻢ اﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ﺑﻤﻼﺋﻜﺔ اﻟﻮﺣﻲ ﻭﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺧﺎﺹ ﺑﺎﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ (ﺑﻴﺘﺎ) ﺃﻱ ﻣﻜﺎﻧﺎ (ﻓﻴﻪ ﻛﻠﺐ) ﻭﻟﻮ ﻟﻨﺤﻮ ﺯﺭﻉ ﺃﻭ ﺣﺮﺙ ﻛﻤﺎ ﺭﺟﺤﻪ اﻟﻨﻮﻭﻱ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻤﺎ ﺟﺰﻡ ﺑﻪ اﻟﻘﺎﺿﻲ ﺗﻤﺴﻜﺎ ﺑﺄﻥ ﻛﻠﺐ ﻭﺻﻮﺭﺓ ﻧﻜﺮﺗﺎﻥ ﻓﻲ ﺳﻴﺎﻕ اﻟﻨﻔﻲ ﻭاﻟﻘﻠﺐ ﺑﻴﺖ ﻭﻫﻮ ﻣﻨﺰﻝ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﻣﻬﺒﻂ ﺁﺛﺎﺭﻫﻢ ﻭﻣﺤﻞ اﺳﺘﻘﺮاﺭﻫﻢ ﻭاﻟﺼﻔﺎﺕ اﻟﺮﺩﻳﺌﺔ ﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﻏﻀﺐ ﻭﺣﻘﺪ ﻭﺣﺴﺪ ﻭﻛﺒﺮ ﻭﻋﺠﺐ ﻛﻼﺏ ﻧﺎﺑﺤﺔ ﻓﻼ ﺗﺪﺧﻠﻪ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﻫﻮ ﻣﺸﺤﻮﻥ ﺑﺎﻟﻜﻼﺏ ﻭﻫﺬا ﻣﻦ ﻗﺒﻴﻞ اﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﺒﻮاﻃﻦ ﺑﺬﻛﺮ اﻟﻈﻮاﻫﺮ ﻣﻊ ﺇﺭاﺩﺗﻬﺎ ﻓﻔﺎﺭﻕ اﻟﺒﺎﻃﻨﻴﺔ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ ﻋﻦ ﺣﺠﺔ اﻹﺳﻼﻡ ﻣﻮﺿﺤﺎ (ﻭﻻ ﺻﻮﺭﺓ) ﺃﻱ ﻟﺤﻴﻮاﻥ ﺑﺨﻼﻑ ﺻﻮﺭﺓ ﻏﻴﺮ ﺫﻱ ﺭﻭﺡ ﻛﺸﺠﺮ ﻭﺳﺒﻖ ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﻮﻋﺪ اﻟﻤﺼﻮﺭ ﺑﻤﺎ ﺃﻓﺎﺩ ﺃﻥ اﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻓﺎﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻻ ﺗﺪﺧﻠﻪ ﻫﺠﺮاﻧﺎ ﻟﻪ ﻭﻏﻀﺒﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻌﻈﻢ اﻹﺛﻢ ﺑﻤﻀﺎﻫﺎﺓ اﻟﺤﻖ ﻓﻲ ﺧﻠﻘﻪ ﻷﻧﻪ اﻟﺨﺎﻟﻖ اﻟﻤﺼﻮﺭ ﻭﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ اﻟﺼﻮﺭ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﺒﺎﺡ ﻭاﻷﻓﻌﺎﻝ ﺃﻋﺮاﺽ ﻻ ﺑﻘﺎء ﻟﻬﺎ ﻭاﻟﺼﻮﺭ ﺗﺒﻘﻰ ﻓﻬﻲ ﺃﺷﺪ ﻣﻦ اﻟﻤﻌﺎﺻﻲ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺒﻘﻰ ﺁﺛﺎﺭﻫﺎ ﻭﺃﻛﺜﺮ اﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﺷﻬﻮاﺕ ﻭاﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﺃﺷﺪ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺃﻣﺎ اﻟﻜﻠﺐ ﻓﻠﻨﺠﺎﺳﺘﻪ ﻭﻟﻘﺬاﺭﺗﻪ ﻭﺧﺒﺚ ﺭاﺋﺤﺘﻪ ﻫﻮ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺃﺷﺪ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﺴﺒﺎﻉ ﻓﺸﺪﺩ ﻓﻴﻪ ﻭﺃﻣﺮ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻘﺘﻠﻪ ﻗﺎﻝ اﻟﻜﻤﺎﻝ اﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﺮﻳﻒ: ﻗﻮﻟﻪ ﻓﻴﻪ ﺻﻮﺭﺓ ﺇﻟﺦ اﻟﺠﻤﻠﺔ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﻧﺼﺐ ﺻﻔﺔ ﻗﻮﻟﻪ ﺑﻴﺘﺎ
(ﺣﻢ ﻗ ﺗ ﻧ ﻫـ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﻠﺤﺔ) اﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﺳﻬﻠﺔ ﻭﺧﺮﺟﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ﻭﻻ ﺟﻨﺐ

diskusihukumfiqh212.blogspot.com

[ Wallahu A'lam ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar