Senin, 26 Februari 2018

HUKUM MENJUAL ULAR

KESIMPULAN TEAM MUSYAWWIRIN DHF

HUKUM JUAL BELI ULAR.
_______________________________
Pertanyaan:

Assalamualaikum wr wb.

Ust bagaimana hukum menjual ular..???

Jawban:
Waalaikum salam wr wb

Hukum jual beli ular seperti dalam pertanyaan di atas terdapat perbedaan pendapat ulama.

✓ Menurut ulama Syafi’iyah tidak boleh karena tidak ada manfaat yang dilegitimasi oleh syara’.

Sebagaimana terdapat keterangan di dalam kitab:al-Jamal III/25

Maka tidak sah menjualbelikan binatang melata yang tidak bermanfaat yakni binatang-binatang kecil yang melata dibumi seperti ular, kalajengking, tikus dan kumbang karena tidak ada manfaat darinya yang setara dengan harta (harga) meskipun terdapat manfaat secara khusus padanya, berbeda dengan binatang yang bisa memberi manfaat seperti biawak yang dapat bermanfaat saat memakannya karena dapat memperlancar darah.
Keterangan Pengarang “karena tidak ada manfaat darinya yang setara dengan uang” artinya tidak memberi manfaat yang dianggap dan menjadi tujuan dalam syara’ sekira sepadan dengan harta, ini yang di kehendaki. Maka tinjauannya adalah manfaat yang menjadi tujuan dan dianggap oleh syara’ sekira sepadan dengan harta”

✓ Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh..

Sebagaimana di jelaskan di dlm kitab:
✓Alfiqh alaa Madzaahib al-arba’ah II/232

Sah jual beli serangga dan binatang melata seperti ular dan kalajengking jika memang memberi manfaat, parameternya menurut mereka (madzhab hanafi) adalah semua yang bermanfaat itu halal menurut syara’ karena semua (makhluk) yang ada memang di ciptakan untuk kemanfaatan manusia”

✓Demikian juga terdapat keterangan di dalam kitab:al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh IV/181-182
Kalangan Ulama Hanafi tidak mensyaratkan sarat ini (barang yang dijual harus suci dan bukan najis) karenanya menurut mereka boleh menjual belikan barang-barang najis seperti bulu babi dan kulit bangkai karena bias di manfaatkan kecuali yang memang terdapat larangan untuk menjual belikannya seperti minuman keras, (daging) babi, bangkai dan darah sebagaimana mereka yang juga membolehkan binatang buas dan najis yang bias di manfaatkan untuk di makan, tolak ukurnya menurut mereka (madhab hanafi) adalah semua yang beranfaat itu halal menurut syara’ karena semua makhluk yang ada memang di ciptakan untuk kemanfaatan manusia”

Masih dalam kitab yang sama
al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh IV/446-447
✓“Boleh menjual belikan binatang melata dan berbisa seperti ular, kalajengking bila memang memberi manfaat tolak ukurnya menurut mereka (madhab maliki) adalah semua yang beranfaat itu halal menurut syara’ karena semua makhluk yang ada memang di ciptakan untuk kemanfaatan manusia dengan dalil firman Allah ta’aalaa (Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu – QS 2:29.)”


REFRENSI:

Menurut Syafi’iyah :
al-Jamal III/25
فلا يصح بيع حشرات لا تنفع وهي صغار دواب الارض كحية وعقرب وفأرة وخنفساء إذ لا نفع فيها يقابل بالمال وإن ذكر لها منافع فى الخواص بخلاف ما ينفع منها كضب لمنفعة أكلها وعلق لمنفعة امتصاص الدم قوله إذ لا نفع فيها يقابل بالمال اي لا نفع يعتبر ويقصد شرعا بحيث يقابل بمال لأنه المراد فالمدار على ان يكون فيه منفعة مقصودة معتد بها شرعا بحيث تقابل بالمال اهـ

Menurut Hanafiyyah :
Alfiqh alaa Madzaahib al-arba’ah II/232
وعبارته: (وهذا القول عند الحنفية) وكذلك يصح بيع الحشرات والهوام كالحيات والعقارب اذا كان ينـتفع بها. والضابط فى ذلك ان كل مافيه منفعة تحل شـرعا فإن بيعه يجوز

al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh IV/181-182
Menurut Malikiyyah :
ولم يشترط الحنفية هذا الشرط (ان يكون البيع طاهرا لا نجسا) فأجازوا بيع النجاسات كشعر الخنزير وجلد الميتة لانتفاع بها الا ما ورد النهي عن بيعه منها كالخمر والخنزير والميتة والدم كما اجازوا بيع الحيوانات المتوحشة والمذحس الذي يمكن الانتفاع به فى الأكل والضابط عندهم ان كل ما فيه منفعة تحل شرعا فإن بيعه يجوز لأن الأعيان خلقت لمنفعة الإنسان


Menurut Malikiyyah :

al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh IV/446-447
ويصح بيع الحشرات والهوام كالحيات والعقارب اذا كان ينتفع به والضابط عندهم (المالكية) ان كل ما فيه منفعة تحل شرعا لان الاعيان خلقت لمنفعة الانسان بدليل قوله تعالى هو الذي خلق لكم ما فى الارض جميعا





Wallohua'lam bishowwab.
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar