Minggu, 25 Februari 2018

HUKUM MEMBATALKAN SHOLAT DENGAN SENGAJA

KESIMPULAN TEAM DHF

HUKUM MEMBATAL KAN SHOLAT

📄 Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Ustad apa hukum nya membatal kan sholat

Jelaskan secara rinci:

📋 Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Pada dasarnya hukum MEMUTUS SHOLAT , saat ia sudah melakukan TAKBIRATUL IHRAM hukum nya HARAM (DOSA) kecuali ada udzur yg syar'i (daapt di benarkan menurut tinjauan syari'at)

✍ HAL-HAL YANG DI BOLEH KAN MEMUTUS KAN SHOLAT KARNA SITUASI DARURAT DIANTARA NYA:

Di JELASKAN dalam kitab: " Muraaqi Al-Falaah halaman 60, kitab Hanafiyyah [ Al-Fiqh Al-Islaam juz 11 halaman 220] di jelaskan bahwa:




1. Pencurian harta benda meski pun milik orang lain bila harta yang di curi bernilai satu dirham ke atas

2. Ke khawatiran seorang ibu akan anak nya,hangus nya makanan, membludak nya panci masakan.

Seorang dukun bayi bila mengkhawatir kan mati nya atau cacat nya anak yang hendak di lahir kan atau cacat nya ibu yang melahir kan maka ia wajib mengakhir kan sholat nya atau memutus kan nya saat sedang menjalani nya

3. Ke khawatiran musafir dari seorang pencuri atau begal

4. Membunuh binatang buas bila membutuh kan perbuatan banyak saat membunuh nya

5. Mengembalikan hewan tunggangan yang lepas

6. Menahan dua hal yang menjijikan ( yang keluar dari qubul dan dubur) meskipun akan hilang dari nya berjama'ah

7. Panggilan salah seorang dari kedua orang tua dalam sholat sunnah,yang mereka tidak mengetahui bahwa ia tengah sholat, sedang dalam sholat wajib maka tidak boleh menjawab nya kecuali dalam keadaan darurat hal ini telah menjadi kesepakatan ulama


Termasuk udzur yg di perbolehkan MEMUTUSKAN SHOLAT adalh:

🖋Sholat boleh di putus meskipun sholat wajib karena minta tolong nya seseorang yang mengadu meskipun tidak minta pertolongan pada orang yang tengah sholat seperti:

🖋Saat ia melihat seseorang jatuh di dalam air,di terkam binatang buas, dianiaya orang zhalim dan dia mampu memberi pertolongan

🖋Menurut Imam Hanafiyyah memutus sholat karena akibat panggilan salah satu dari kedua orang tua bila bukan karena meminta pertolongan (seperti contoh di atas) hukum nya tidak boleh,karena memutus sholat tanpa darurat tidak di perboleh kan:

>> Sholat juga boleh di putus bila seorang yang tengah sholat memiliki praduga akan terjatuh nya orang yang buta,anak kecil atau selain mereka berdua dalam semacam sumur atau lain nya,seperti boleh nya memutus sholat saat melihat akan terlalap dan terbakar nya harta benda oleh kobaran apa, di serang nya kambing oleh anjing hutan, karena di dalam nya terdapat unsur menyelamat kan jiwa dan harta benda dan masih memungkin kan nya menjalan kan sholat setelah memutus nya sebab " Hak-hak allah di bangun berdasar kan kemurahan:

⚛Wal_hasil:
Dari semua keterangan di atas bisa di simpul kan bahwa:

Memutus kan sholat wajib setelah masuk di dalam nya ( sudah takbirotul ikhram) tanpa ada nya "MUSAWWIGH" ( hal yang memperboleh kan nya secara syar'i) maka hukum nya Tidak Boleh  atau tidak di perkenan kan (HARAM)

🖋Menurut kesepakatan ulama fiqih,karena memutus kan nya tanpa alasan berarti mempermain kan kemuliaan suatu ibadah

Sebagaimana firman allah:

" Dan jangan lah kalian membatal kan amal-amal kalian" [ QS. Muhammad, 33]

Sedang kan memutuskan sholat yang di sertai " MUSAWWIGH " ( hal yang memperboleh kan nya secara syar'i)  maka di perboleh kan menurut syariat,maka boleh memutus sholat sebab hendak membunuh ular karena ada perintah membunuh nya,menyelamat kan harta benda yang bernilai baik milik nya sendiri atau orang lain, menolong orang yang mengaduh meminta bantuan,memperingat kan orang yang tidak tahu atau tidur yang hendak di celakai semacam ular dan tidak memungkin kan bagi nya hanya peringatan dengan bacaan tasbih.

🖋Ibadah puasa boleh di putus kan demi menyelamat kan orang yang tenggelam,mengkhawatir kan keselamatan diri, atau karena sedang menyusui,

🖋Sedang kan memutus ibadah sunnah setelah masuk di dalam nya maka terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama fiqih,

✍ Menurut kalangan Imam Hanafiyyah dan Malikiyyah:

Menilai juga tidak di perboleh kan tanpa ada nya udzur seperti hal nya ibadah wajib di atas dengan alasan karena meskipun berbentuk sunnah ia juga merupakan ibadah yang wajib di sempurnakan saat seseorang tengah menunaikan nya dan tidak boleh di batal kan di tengah jalan

✍ Menurut kalangan Imam Syafi'iyyah dan Hanabilah:

Berpendapat selain dalam ibadah haji dan umrah boleh memutus kan nya berdasar kan hadist:

" Ibadah sunnah pengendali diri nya ( bila berkehendak silahkan di teruskan atau di putuskan)  HR. At-Tirmidzi

Namun yang lebih utama adalah menyempurna kan nya

Sedang kan dalam ibadah haji dan umrah maka wajib di sempurna kan meski ibadah nya telah di anggap rusak karena nilai sunnah dalam haji dan umrah seperti nilai fardhu nya.

📃 HAL-HAL YANG MEMBATAL KAN SHOLAT ANTARA LAIN:

1. Hadas, baik besar mau pun kecil

2. Mengucap kan kata-kata sampai dua huruf walaupun tidak bisa di pahami (tidak memiliki makna) atau satu huruf namun bisa di pahami

3. Terbuka nya aurat, apabila aurat nya terbuka di sebab kan angin, maka harus di tutup dengan seketika, jika di biarkan terbuka maka sholat nya batal

4. Terkena najis

5. Menelan makanan atau air walaupun sedikit

6. Tertawa terbahak-bahak atau menanggis sesegukan sampai mengeluarkan suara dua huruf walaupun menangis nya karena takut kepada allah

7. Mengubah niat dari fardhu ke sunnah kecuali ketika menemukan sholat jama'ah dan berkeyakinan diri nya tidak akan ketinggalan,maka dia di perboleh kan merubah sholat nya menjadi sholat sunnah lalu mengikuti sholat jama'ah

8. Niat menghentikan sholat atau bermaksud menghentikan sholat

9. Mendahului dua rukun dari imam secara berurutan

10. Ragu-ragu untuk memutuskan sholat

11. Ragu-ragu dalam niat,atau salah satu rukun ( niat dan lama nya kira-kira satu tuma'ninah)

12. Terlambat dua rukun dari imam secara berurutan dengan sengaja atau tiga rukun karena ada udzur(1)

13. Bergerak tiga kali berturut-turut selain gerakan sholat,gerakan yang di lakukan dengan tujuan main-main sekalipun sedikit tidak berturut-turut juga dapat membatal kan sholat

14. Menambah atau mengulang-ulangi rukun fi'li (rukun sholat yang berupa gerakan) kecuali jika mengikuti gerakan imam dalam sholat berjama'ah

Imam Ibnu Hajar menganggap batal bila ada orang tasyahud akhir dengan duduk iftirasy lalu ketika mengubah posisi duduk nya ( untuk memperoleh kesunnahan)  menjadi duduk tawarruk,ia menjongkok kan badan sehingga dahi melurusi depan lutut

Hal ini di anggap menambah rukun,karena jongkokan itu menyamai rukuk nya orang yang melaksana kan sholat dengan cara duduk

Namun menurut Imam Romli tidak batal jika tidak di sertai niatan menambah rukun.

15. Murtad, atau keluar dari islam

16. Meninggal kan satu rukun dengan sengaja, apabila meninggal kan satu rukun karena lupa,maka tidak membatal kan sholat dan jika ingat bahwa diri nya meninggal kan salah satu rukun sholat,maka dia harus kembali lagi mengerjakan rukun yang di tinggal kan nya

Hal itu jika dia ingat sebelum mengerjakan rukunnyang sama

Jika ingat nya terjadi pada waktu mengerjakan rukun yang sama dengan rukun yang di tinggalkan nya

Misal nya:

Lupa meninggal kan ruku' dan ingat pada waktu mengerjakan ruku' di raka'at selanjut nya maka dia tidak perlu kembali

Namun harus menambah satu raka'at,karena raka'at nya tidak di anggap atau tidak di hitung

17. Bermakmum pada orang yang tidak sah jadi imam

18. Berpaling dari arah kiblat dengan dada

19. Memperlama rukun-rukun pendek,seperti i'tidal dan duduk di antara dua sujud menurut pendapat ashah

📚*REFERENSI*

📖 الكتاب : الموسوعة الفقهية الكويتية ج 34 - الصفحة

51صادر عن : وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويتعدد الأجزاء : 45 جزءاقَطْعُ الْعِبَادَةِ :2 - قَطْعُ الْعِبَادَةِ الْوَاجِبَةِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِيهَا بِلاَ مُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ غَيْرُ جَائِزٍ بِاتِّفَاقِ الْفُقَهَاءِ ، لأَِنَّ قَطْعَهَا بِلاَ مُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ عَبَثٌ يَتَنَافَى مَعَ حُرْمَةِ الْعِبَادَةِ ، وَوَرَدَ النَّهْيُ عَنْ إِفْسَادِ الْعِبَادَةِ ، قَال تَعَالَى : { وَلاَ تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ } (1) ، أَمَّا قَطْعُهَا بِمُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ فَمَشْرُوعٌ ، فَتُقْطَعُ الصَّلاَةُ لِقَتْل حَيَّةٍ وَنَحْوِهَا لِلأَْمْرِ بِقَتْلِهَا ، وَخَوْفِ ضَيَاعِ مَالٍ لَهُ قِيمَةٌ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ ، وَلإِِغَاثَةِ مَلْهُوفٍ ، وَتَنْبِيهِ غَافِلٍ أَوْ نَائِمٍ قَصَدَتْ إِلَيْهِ نَحْوَ حَيَّةٍ ، وَلاَ يُمْكِنُ تَنْبِيهُهُ بِتَسْبِيحٍ ، وَيُقْطَعُ الصَّوْمُ لإِِنْقَاذِ غَرِيقٍ ، وَخَوْفٍ عَلَى نَفْسٍ ، أَوْ رَضِيعٍ (2) .أَمَّا قَطْعُ التَّطَوُّعِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِيهِ فَقَدِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِهِ فَقَال الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ : لاَ يَجُوزُ قَطْعُهُ بَعْدَ الشُّرُوعِ بِلاَ عُذْرٍ كَالْفَرْضِ وَيَجِبُ إِتْمَامُهُ ، لأَِنَّهُ عِبَادَةٌ ، وَيَلْزَمُ بِالشُّرُوعِ فِيهِ ، وَلاَ يَجُوزُ إِبْطَالُهُ ، لأَِنَّهُ عِبَادَةٌ .وَقَال الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ : يَجُوزُ قَطْعُ التَّطَوُّعِ ، عَدَا الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ ، لِحَدِيثِ الْمُتَنَفِّل أَمِيرُ نَفْسِهِ (3) وَلَكِنْ يُسْتَحَبُّ إِتْمَامُهُ ، أَمَّا الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ فَيَجِبُ إِتْمَامُهُمَا ، وَإِنْ فَسَدَا إِذَا شَرَعَ فِيهِمَا ، لأَِنَّ نَفْلَهُمَا كَفَرْضِهِمَا



📖 ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ : ﺍﻟﻔِﻘْﻪُ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲُّ ﻭﺃﺩﻟَّﺘُﻪُ ﺝ 2 - ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ 220

ﺍﻟﺸَّﺎﻣﻞ ﻟﻸﺩﻟّﺔ ﺍﻟﺸَّﺮﻋﻴَّﺔ ﻭﺍﻵﺭﺍﺀ ﺍﻟﻤﺬﻫﺒﻴَّﺔ ﻭﺃﻫﻢّ ﺍﻟﻨَّﻈﺮﻳَّﺎﺕ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴَّﺔ ﻭﺗﺤﻘﻴﻖ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻨَّﺒﻮﻳَّﺔ ﻭﺗﺨﺮﻳﺠﻬﺎﺛﺎﻟﺜﺎً ـ ﻣﺎ ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻷﺟﻠﻪ : ﻗﺪ ﻳﺠﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ، ﻭﻗﺪ ﻳﺒﺎﺡ ﻟﻌﺬﺭ ‏( 2 ‏) . ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﺠﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻓﻬﻮ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻲ : 1ً - ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻟﻮ ﻓﺮﺿﺎً ﺑﺎﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺷﺨﺺ ﻣﻠﻬﻮﻑ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻐﺚ ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﻲ ﺑﻌﻴﻨﻪ، ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺷﺎﻫﺪ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎً ﻭﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ، ﺃﻭ ﺻﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﻴﻮﺍﻥ، ﺃﻭ ﺍﻋﺘﺪﻯ ﻋﻠﻴﻪ ﻇﺎﻟﻢ، ﻭﻫﻮ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺇﻏﺎﺛﺘﻪ . ﻭﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻨﺪﺍﺀ ﺃﺣﺪ ﺍﻷﺑﻮﻳﻦ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﺳﺘﻐﺎﺛﺔ؛ ﻷﻥ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ . 2ً - ﻭﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻳﻀﺎً ﺇﺫﺍ ﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﻇﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﺧﻮﻑ ﺗﺮﺩﻱ ﺃﻋﻤﻰ، ﺃﻭ ﺻﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻓﻲ ﺑﺌﺮ ﻭﻧﺤﻮﻩ . ﻛﻤﺎ ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺧﻮﻑ ﺍﻧﺪﻻﻉ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﺍﺣﺘﺮﺍﻕ ﺍﻟﻤﺘﺎﻉ ﻭﻣﻬﺎﺟﻤﺔ ﺍﻟﺬﺋﺐ ﺍﻟﻐﻨﻢ؛ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺃﻭﺍﻟﻤﺎﻝ، ﻭﺇﻣﻜﺎﻥ ﺗﺪﺍﺭﻙ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻗﻄﻌﻬﺎ، ﻷﻥ ﺃﺩﺍﺀ ﺣﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﻣﺤﺔ . ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻪ ﻭﻟﻮ ﻓﺮﺿﺎً ﻟﻌﺬﺭ ﻓﻬﻮ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻲ : 1ً - ﺳﺮﻗﺔ ﺍﻟﻤﺘﺎﻉ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﺮﻭﻕ ﻟﻐﻴﺮﻩ، ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﺮﻭﻕ ﻳﺴﺎﻭﻱ ﺩﺭﻫﻤﺎً ﻓﺄﻛﺜﺮ . 2ً - ﺧﻮﻑ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻋﻠﻰ ﻭﻟﺪﻫﺎ، ﺃﻭ ﺧﻮﻑ ﻓﻮﺭﺍﻥ ﺍﻟﻘﺪﺭ، ﺃﻭﺍﺣﺘﺮﺍﻕ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ . ﻭﻟﻮ ﺧﺎﻓﺖ ﺍﻟﻘﺎﺑﻠﺔ ‏( ﺍﻟﺪﺍﻳﺔ ‏) ﻣﻮﺕ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻭ ﺗﻠﻒ ﻋﻀﻮ ﻣﻨﻪ، ﺃﻭ ﺗﻠﻒ ﺃﻣﻪ ﺑﺘﺮﻛﻬﺎ، ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻦ ﻭﻗﺘﻬﺎ، ﻭﻗﻄﻌﻬﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻴﻬﺎ . 3ً - ﻣﺨﺎﻓﺔ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﺼﻮﺹ ﺃﻭ ﻗﻄﺎﻉ ﺍﻟﻄﺮﻕ . 4ً - ﻗﺘﻞ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺍﻟﻤﺆﺫﻱ ﺇﺫﺍ ﺍﺣﺘﺎﺝ ﻗﺘﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻋﻤﻞ ﻛﺜﻴﺮ . 5ً - ﺭﺩ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﺇﺫﺍ ﺷﺮﺩﺕ . 6ً - ﻣﺪﺍﻓﻌﺔ ﺍﻷﺧﺒﺜﻴﻦ ‏( ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ‏) ﻭﺇﻥ ﻓﺎﺗﺘﻪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ . 7ً - ﻧﺪﺍﺀ ﺃﺣﺪ ﺍﻷﺑﻮﻳﻦ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻨﺎﻓﻠﺔ، ﻭﻫﻮﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﺃﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻳﻀﺔ ﻓﻼ ﻳﺠﻴﺒﻪ ﺇﻻ ﻟﻠﻀﺮﺭ، ﻭﻫﺬﺍ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ . ‏( 2 ‏) ﻣﺮﺍﻗﻲ ﺍﻟﻔﻼﺡ : ﺹ .

📖 فصل) والذي يبطل الصلاة أحد عشر شيئا: الكلام العمد والعمل الكثير والحدث وحدوث النجاسة وانكشاف العورة وتغيير النية واستدبار القبلة والأكل والشرب والقهقهة والردة.

📖 الاصطلام فى الخلاف الامامين الشافعي وابو حنيفة ٢ ص ٢٠٥ مكتبة الشاملة

وأما المعتمد في المسألة من حيث المعنى أن إبطال العبادة محظور بدليل قوله تعالى: {ولا تبطلوا أعمالكم}، ولأن من فعل فعلا بطلب رضا معبوده ثم قصد إبطاله فقد تعرض لسخط ربه، وإذا ثبت أن إبطال العبادة محظور فنقول: ما مضى من الصوم في اليوم عبادة، لأنه فعل الصم قطعا، وكذلك إذا شرع في صلاة النفل هو فعل الصلاة قطعا، وهذا لأن الإمساك من أول النهار إلى آخره فعل الصوم وإن كان تمامه آخره، وكذلك أداء الصلاة من أولها إلى آخرها فعل الصلاة وأن تمامها بتمام الأفعال.




📖 بديع الصنائع ٢/٩٤ مكتبة الشاملة

[فصل حكم فساد الصوم]
(فصل) :
وأما حكم فساد الصوم: ففساد الصوم يتعلق به أحكام بعضها يعم الصيامات كلها، وبعضها يخص البعض دون البعض، أما الذي يعم الكل: فالإثم إذا أفسد بغير عذر لأنه أبطل عمله من غير عذر وإبطال العمل من غير عذر حرام، لقوله تعالى {ولا تبطلوا أعمالكم} [محمد: ٣٣] وقال الشافعي: كذلك إلا في صوم التطوع بناء على أن الشروع في التطوع موجب للإتمام عندنا، وعنده ليس بموجب،، والمسألة ذكرناها في كتاب الصلاة، وإن كان بعذر لا يأثم وإذا اختلف الحكم بالعذر فلا بد من معرفة.
الأعذار المسقطة للإثم، والمؤاخذة فنبينها بتوفيق الله تعالى فنقول: هي المرض، والسفر، والإكراه، والحبل، والرضاع، والجوع، والعطش، وكبر السن، لكن بعضها مرخص، وبعضها مبيح مطلق لا موجب، كما فيه خوف زيادة ضرر دون خوف الهلاك، فهو مرخص وما فيه خوف الهلاك فهو مبيح مطلق بل موجب فنذكر جملة ذلك فنقول: أما المرض فالمرخص منه هو الذي يخاف أن يزداد بالصوم وإليه وقعت الإشارة في الجامع الصغير.
فإنه قال في رجل خاف إن لم يفطر أن تزداد عيناه وجعا، أو حماه شدة أفطر، وذكر الكرخي في مختصره: أن المرض الذي يبيح الإفطار هو ما يخاف منه الموت، أو زيادة العلة كائنا ما كانت العلة.

والله اعلم
Diskusihukumfiqh212.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar