Selasa, 27 Februari 2018

HUKUM MENYAMBUNG RAMBUT

KESIMPULAN TEAM DHF

HUKUM MENYAMBUNG RAMBUT
----------------------------

📄 pertanyaan:

Di zaman moderen sprti skrg ini gaya hidup mnusia smakin aneh,yg canti pgen tambah yg sedag ingn brubah cantik,.ada rambut nya pake wick sakig kurg puasnya ada jg yg menymbug rambut dgn rambut tmbhan..    PERTANYAAN?? BGAI MANA HUKUMYA MENYAMBUG RAMBUT MNRUT PANDANGAN ISLAM?monggo kang mas..

📋 Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Sambung rambut atau yang dikenal dengan hair extension adalah perbuatan memanjangkan rambut dengan cara menyambungnya dengan rambut orang lain maupun dengan rambut palsu yang terbuat dari bahan sintesis atau buatan. Perilaku menyambung rambut ini sudah ada sejak zaman Rasullulah meskipun caranya berbeda.

Pada zaman dahulu, para wanita menyambung rambutny dan membuatnya terlihat panjang dengan menggunakan bulu. Menyambung rambut saat ini bisa dikarenakan beberapa sebab misalnya ingin telihat lebih cantik, atau keinginan untuk memanjangkan rambut dikarenakan rambut yang asli hilang atau rontok karena adanya suatu penyakit.

HUKUM MENYAMBUNG RAMBUT ULAMA KHILAFIYAH

✡MADZHAB SYAFI'I

Para ulama yang menganut mahzab Syafii juga memiliki bebeapa perbedaan pendapat. Sebagian ulama mahzab syafii berpendapat bahwa hukum menyambung rambut DGN RAMBUT MANUSIA HARAM SECARA MUTLAK baik yg sudh bersuami ataupun belum bersuami.

🖋Sebagian berpendapat adalah haram bagi mereka yang *BELUM MENIKAH* dan menyambungnya dari rambut manusia yang tidak najis,

🖋sementara sebagian lainnya berpendapat *BAGI YG BELUM BERSUAMI* bahwa hukum menyambung rambut dengan syarat tidak najis adalah makruh.

🖋Sementara pendapat lainnya juga dikemukan apabila seorang wanita *SUDAH BERSUAMI*. Ada ulama yang berpendapat hukumnya boleh dengan izin suami dan niat berhias menyenang kan suami.

🖋ulama lainnya berpendapat hukumnya haram atau makruh dengan atau tanpa izin suami.

🖋Pendapat yang lain boleh jika menyambungnya Dg rambutnya sendiri.

Haram dgn rambut wanita atau laki-laki lain.

Sebab di samakan dgn anggota badan yang masih nyambung dengan (haram bagi suami melihat rambut wanita lain)

📓 ULAMA IMAM HANAFI:

Ulama Hanafi berpendapat bahwa wanita yang sudah menikah boleh menyambung rambutnya dalam rangka menyenangkan hati suaminya. Hal ini sependapat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA berikut ini

“Aisyah berkata: Subhanallah, tidak ada bahaya bagi wanita yang jarang rambutnya untuk memakai sesuatu dari bulu, lalu menyambung rambutnya dengan bulu itu. Dia berdandan dengan itu (bulu) untuk suaminya. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaknat perempuan yang beruban dan telah uzur usianya, lalu dia sambung rambutnya dengan cara melilitkannya.”  [Jami’ Al-Hadits: 43260]

📕 ULAMA MALIKI DAN HANABIYAH:

Ulama yang menganut kedua mahzab ini yakni Maliki dan Hanabiyah berpendapat bahwa menyambung rambut adalah haram hukumnya baik dengan rambut manusia ataupun bahan lainnya baik yang sudah menikah atau belum menikah.

✡ *MENYAMBUNG RAMBUT DEGAN SELAIN RAMBUT MANUSIA*

Jika rambut disambung dengan bukan rambut manusia namun tergolong rambut yang suci (baca: tidak najis) maka :

🖋menurut pendapat yang dinilai sebagai pendapat yang benar di antara para ulama bermazhab Syafii hukumnya adalah haram jika *perempuan tersebut tidak bersuami.*

🖋Sedangkan menurut pendapat yang lain di kalangan ulama-ulama mazhab Syafii, hukumnya adalah makruh.

🖋Jika *perempuan tersebut bersuami* maka ada tiga pendapat di kalangan para ulama bermazhab Syafii.
Pendapat yang dinilai paling tepat adalah boleh jika dengan izin suami.

Namun jika tanpa izin suami hukumnya haram.

🖋Pendapat kedua, mengharamkannya secara mutlak.

🖋 Pendapat ketiga, tidak haram dan tidak makruh secara mutlak (baik dengan izin ataupun tanpa izin suami).

🖋Sedangkan para ulama bermazhab Hanafi membolehkan seorang perempuan untuk menyambung rambut asalkan bukan dengan rambut manusia agar rambut nampak lebih banyak. Mereka beralasan dengan perkataan yang diriwayatkan dari Aisyah.
Dari Sa’ad al Iskaf dari Ibnu Syuraih, Aku berkata kepada Aisyah bahwasanya Rasulullah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ ، وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ »
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung, perempuan yang mentato dan perempuan yang meminta agar ditato”(HR Bukhari no 5589).

📘 RINGKAS NYA:

Yang disepakati umumnya oleh para ulama tentang keharaman menyambung rambut adalah bila sambungan itu terbuat dari rambut manusia (adami), sedangkan bila bahan rambut itu dari benda lain, maka para ulama berbeda pendapat.

Di balik kesepakatan HARAM menyambung rambut dgn rambut Adami (manusia)  tersebut

Namun ternyata ada juga sebagian pendapat yang masih membolehkan seorang wanita menyambung rambutnya dengan menggunakan rambut manusia (adami), yaitu satu qaul (pendapat) dari sebagian ulama Al-Hanabilah.

Namun mereka mensyaratkan hal itu harus dengan seizin suaminya. Pendapat ini mengisyaratkan –wallahua’lam- bahwa illat dari diharamkannya menyambung rambut buat wanita adalah bab penipuan. Maksudnya, seorang wanita diharamkan menipu suaminya, seolah-olah rambutnya lebat dan bagus, pahala rambut itu hanyalah rambut palsu.

Ada pun bila suami sudah tahu bahwa rambut itu hanyalah rambut palsu dan bukan rambut asli, maka ‘illat keharamannya sudah tidak ada lagi.

🚫 P E R H A T I A N:

Ualama' yg menghukumi haram secara mutlak berdasarkan dhohir hadist atas laknat bagi orang yang menyambung rambut nya, yg mana laknat dalam hadist tersebut mengindikasikan  keharaman.

📝 TAMBAHAN KETERANGAN:

Berikut keterangan singkat dari sebagian REFRENSI dari KITAB FIQIH:

Di dalam kitab Fathul Aziz:

Keharaman me nyambung rambut.
Adakalanya rambut itu najis,
Atau Karnaa rambut itu adalah rambut ajnabi (yg bukan mahram nya) yg mana hukum melihat rambut ajnabi tersebut adalh HARAM.

Sedangkan jika rambut tersebut di sambung dgn dgn bulu hewan dan wanita itu tdk mempunyai suami maka hukum nya tergantung tujuan nya.

Sedangkan jika ia bersuami maka di tafail jika ada izin dari suami maka tdk tdk haram sedangkan jika tanpa izin/ridlho suami adalh haram.

Di dalam.kitab Al bayaan Al madzhab Al imam Al Syafi'i hal 95. Juz 2.

Haram bagi wanita menyambung rambutnya Dengan rambut manusia atau buku hewan yg tidak halal di konsumsi daging nya (sebab najis)

Di dalam kitab tuhfatul fuqoha' juz 3 hal 434.

Makruh bagi wanita menyambung rambut nya dgn rambut nya sendiri (yg sudh di potong)  adalh amkruh begitu juga di hukumi makruh dagn rambut nya wanita lain.

(Mafhum nya jika rambut laki-laki ajbiy adalh haram)

Sedangkan jika di sambung dgn bulu hewan maka hukum nya boleh (tdk dilarang/tdk.haram dan tdk makruh) sebb termasuk dari bagian mempercantik diri.

Di dalam.kitab al-tahdzib fil fiqhil Syafi'i hal 181-182
Jika seandainya wanita menyambung rambut nya dgn rambut yg najis maka wajib di potong, Krn tdk sah sholat nya jk rambut sambungan tersebut masih menempel.

Adapun jika rambut itu suci maka sah sholat nya.

Lalu bagaimana jika sambungan rambut tersebut disambung dgn rambut manusia maka tidak di perbolehkan, sebab kemuliaan manusia (anak cucu Adam tersebut)
Sehingga tidak boleh di manfaatkan segala juz anggota badan nya setelah dia mati. Bahkan harus di kubur kan.

Di samping itu jika ia menyambungnya dgn rambut laki-laki yang bukan mahram nya juga tidak di perbolehkan sebb haram bagi wanita melihat Rambut laki laki tersebut.

Sedangkan jika di sambung dgn rambut wanita lain haram bagi duanya melihat rambut tersebut.

Dan jika sambungan rambut tadi Dg buli hewan maka haram bagi wanita yang tidak bersuami.

Jika ia punya suami haram jika tanpa izin suami dan tdk haram jk ada izin suami.

Di dalam kitab Al wasith 2/167_170
Jika menyambungnya dgn rambut wanita lain haram, sbb suami haram melihat rambut wanita lain.

Adapun jika dgn bulu hewan
Jika wnt tersebut tidak punya suami maka tergantung tujuan nya.

Jika dia punya suami dan tanpa izin nya mka haram sebb penipuan/menipu suami.


📚 REFERENSI:

📙الحاوى الكبير ٢ ص ٢٥٦-٢٥٧ مكتبة الشاملة

(مسألة)
: قال الشافعي رضي الله عنه: " ولا تصل المرأة شعرها بشعر إنسان ولا شعر ما لا يؤكل لحمه بحال "
قال الماوردي: وهذا كما قال
(القول في وصل الشعر بشعر نجس)

لا يجوز للمرأة أن تصل شعرها بشعر نجس بحال، وسواء في النهي شعور الآدميين، وشعور ما لا يؤكل لحمه من الحيوان أو غير ذلك من الشعور النجسة لما على المصلي من اجتناب الأنجاس
وقد روت فاطمة بنت المنذر عن أسماء بنت أبي بكر أن امرأة قالت: يا رسول الله إن ابنتي أصابها الحصباء فتمزق شعرها أفأصله؟ قال: " لا لعنت الواصلة والموصولة "
وقد روي من طريق آخر عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه لعن الواصلة والمستوصلة، والواشمة، والمستوشمة، والواشرة، والمستوشرة، والنامصة، والمتنمصة، والعاضهة، والمستعضهة
فأما الواصلة والمستوصلة ففيه تأويلان:
أحدهما: أنها التي تصل بين الرجال والنساء بالفاحشة
والثاني: أنها التي تصل شعرها بشعر نجس فأما التي تصل شعرها بشعر طاهر فعلى ضربين:
أحدهما: أن تكون أمة مبيعة تقصد به غرور المشتري أو حرة تخطب الأزواج تقصد به تدليس نفسها عليهم، فهذا حرام لعموم النهي، ولقوله - صلى الله عليه وسلم -: " ليس منا من غش "
والضرب الثاني: أن تكون ذات زوج تفعل ذلك للزينة عند زوجها أو أمة تفعل ذلك لسيدها، فهذا غير حرام لأن المرأة مأمورة بأخذ الزينة لزوجها من الكحل والخضاب ألا ترى إلى ما روي عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال: " لعن السلتاء والمهراء "، فالسلتاء التي لا تختضب، والمرهاء التي لا تكتحل يريد من فعلت ذلك كراهة لزوجها، فأمرها بذلك زينة له فكذلك

صلة الشعر لاجتماع ذلك في الزينة وحكي عن أحمد بن حنبل: أنه منع من ذلك بكل حال؛ لأن النهي عام، وما ذكرناه أصح
وأما الواشرة، والمستوشرة: هي التي تبرد الأسنان بحديدة لتجديدها وزينتها
وأما الواشمة: وهي التي تنقش بدنها وتشمه بما كانت العرب تفعله من الخضرة في غرز الإبر فيبقى لونه على الإبر
وأما الوشم بالحناء والخضاب فمباح، وليس مما تناوله النهي
فأما النامصة، والمتنمصة: فهي التي تأخذ الشعر من حول الحاجبين وأعالي الجبهة، والنهي في هذا كله على معنى النهي في الواصلة، والمستوصلة
وأما العاضهة، والمستعضهة: فهي التي تقع في الناس
قال الشاعر:
(إن العيضهة ليست فعل أحرار)

📙المحلى بالآثار ٢ ص ٣٩٧_٣٩٨ مكتبة الشاملة

[مسألة صلاة الواصلة]
٤٣٣ - مسألة: ولا يحل للمرأة أن تصلي وهي واصلة شعرها بشعر إنسان، أو غيره، أو بصوف، أو بأي شيء كان؛ وكذلك الرجل أيضا. وأما التي تضفر غديرتها أو غدائرها بخيط من حرير، أو صوف أو كتان، أو قطن، أو سير أو فضة، أو ذهب؛ فليست واصلة، ولا إثم عليها. ولا صلاة للتي تعظم رأسها بشيء تختمر عليه حدثنا عبد الرحمن بن عبد الله بن خالد ثنا إبراهيم بن أحمد ثنا الفربري ثنا البخاري ثنا الحميدي ثنا سفيان هو ابن عيينة - ثنا هشام هو ابن عروة - أنه سمع فاطمة بنت المنذر تقول: إنها سمعت أسماء بنت أبي بكر الصديق تقول «سألت امرأة النبي - صلى الله عليه وسلم - فقالت: يا رسول الله، إن ابنتي أصابتها الحصبة فامرق شعرها وإني زوجتها، أفأصل فيه قال: لعن الله الواصلة والموصولة» . حدثنا عبد الله بن ربيع ثنا محمد بن معاوية ثنا أحمد بن شعيب أنا عمرو بن يحيى بن الحارث الحمصي ثنا محبوب بن موسى أنا ابن المبارك عن يعقوب هو ابن القعقاع - عن قتادة عن ابن المسيب عن معاوية أنه قال: «أيها الناس، إن رسول

الله - صلى الله عليه وسلم - نهاكم عن الزور، وجاء بخرقة سوداء فألقاها بين أيديهم قال: هو هذا تجعله المرأة في رأسها ثم تختمر عليه» . قال علي: قول معاوية: «نهاكم» خطاب من النبي - صلى الله عليه وسلم - للرجال والنساء، فمن صلى وهو عامل في صلاته حالا محرمة عليه، فلم يصل كما أمر؛ فلا صلاة له - وبالله تعالى التوفيق.

[مسألة بيان أن من وصل شعره من النساء ملعون]
٤٣٤ - مسألة: وأما التي تتولى وصل شعر غيرها، والواشمة، والمستوشمة - والوشم: النقش في الجلد ثم يعمل بالكحل الأسود - والمتفلجة والنامصة والمتنمصة - والنمص هو نتف الشعر من الوجه - فكل من فعلت ذلك في نفسها، أو في غيرها فملعونات من الله عز وجل وصلواتهن تامة أما اللعنة فقد صح لعن كل من ذكرنا عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -. وأما تمام صلاتهن فإنهن بعد حصول هذه الأعمال فيهن ومنهن لا يقدرن على التبرؤ من تلك الأحوال، ومن عجز عما كلف سقط عنه. قال تعالى: {لا يكلف الله نفسا إلا وسعها} [البقرة: ٢٨٦] . وقال - عليه السلام -: «إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم» . فلم يكلف أحد إلا ما يستطيع؛ فإذا عجزن عن إزالة تلك الأحوال فقد سقط عنهن إزالتها، وهن مأمورات بالصلاة؛ فيؤدينها كما يقدرن. وأما الواصلة في شعر نفسها فقادرة على إزالته، فإذا لم تزله فقد استصحبت في صلاتها عملا هي فيه عاصية لله عز وجل، فلم تصل كما أمرت فلا صلاة لها - وبالله تعالى التوفيق.

📙المحلى بالآثار ٩ ص ٢٢٩ مكتبة الشاملة

مسألة لا يحل للمرأة أن تحلق رأسها إلا من ضرورة]
١٩٠٧ - مسألة: ولا يحل للمرأة أن تحلق رأسها إلا من ضرورة لا محيد منها، ولا أن تصل في شعرها شيئا أصلا، لا من شعرها ولا من شعر إنسان غيرها، أو من شعر حيوان، أو صوف، أو غير ذلك - وهو من الكبائر
ولا يحل لها أن تفلج أسنانها، ولا أن تنتف الشعر من وجهها، ولا أن تشم بالنقش والكحل أو غيره شيئا من جسدها، فإن فعلت فهي ملعونة هي والتي تفعل بها ذلك

📘التعليقة لقاضى حسين ٢ ص ٩٤٠ مكتبة الشاملة

قال المزني: ولا تصل المرأة المرأة شعرها بشعر إنسان، ولا شعر ما لا يؤكل لحمه بحال.
قال القاضي حسين: وصل الشعر في الجملة، حرام.
والأصل فيه ما روى عن النبي صلى الله عليه وسلم، انه قال: لعن الله الواصلة، والمستوصلة والواشمة، والمستوشمة، والواشرة، والمستوشرة

فـ (الواصلة): هي التي تصل الشعر بالشعر، و (المستوصلة)، هي التي تستدعي، وتلتمس وصل شعرها بالشعر، والواشمة، هي التي تغرز إبرة أو غيرها في يدها أو وجهها، وتحشى فيها شيئا من العظم، وهو النيل.
والمستوشمة: هي التي تلتمس الوشم.
والواشرة: هي التي تحد أسنانها إذا أكلت لهرم أو غيره.
والمستوشرة: هي التي تلتمس الوشر، وتحديد الأسنان.
وعن ابن مسعود أنه كان يخطب، فقال في خطبته: ألا ألعن من لعنه الله، لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة، والمستوشمة، والواشرة المستوشرة.
وكان في القوم امرأة معنية بأمر دينها، فرجعت إلى البيت، وقرأت جميع القرآن، تطلب ما قاله ابن مسعود فلم تعثر عليه، فرجعت من الغداة إلى مجلس عبد الله بن مسعود، قالت، قد تصفحت ما بين الدفتين، فلم أجد ما قلت، فقال لها: لو طلبتيه لوجدتيه، قال الله تعالى (ما آتاكم الرسول فخذوه). الاية.
وإن ما أتانا الرسول عليه السلام أنه قال: لعن الله الواصلة. الخبر، فلو وصلت شعرها.
نظر، فإن وصلتها بشعر ما لا يؤكل لحمه، لم تصح صلاتها، وكلفت قطعها، وإن وصلت بشعر آدمي فحرام أيضا، لأن من كرامة الآدمي الا يستعمل حرمته، بل تدفن وتوارى، غير أنها إن صلت معها، فصلاتها، صحيحة، لأن شعر الآدمي طاهر، ولو وصلت شعرها بشعر ما يؤكل لحمه، إن لم يكن لها زوج، فحرام، وإن كانت ذات زوج، ولم يأذن لها زوج، فكذلك هو حرام وإن أذن لها فيه وجهان:
أظهرهما: أنه يجوز تزيينا للزوج، واستمالة لقلبه.

📙نهاية المطالب ٢ ص ٣١٦-٣١٧ مكتبة الشاملة

١٠٩٣ - وأما وصل المرأة شعرها بشعر امرأة أو رجل، فقد قال (١): والذي إليه الرجوع في ذلك، وهو معتمد الفصل، ما روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: "لعن الله الواصلة والمستوصلة، والواشمة والمستوشمة، والواشرة والمستوشرة" (٢).
وقال ابن مسعود: ألا ألعن من لعنه الله في كتابه، لعن الله الواصلة، فرجعت امرأة وقرأت القرآن، فلم تجد ذلك، فرجعت إلى ابن مسعود، وقالت: قرأت ما بين الدفتين، فلم أجد ما قلت. قال: لو قرأتيه (٣) لوجدتيه، ألم تسمعي الله تعالى يقول: {وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا} [الحشر: ٧]، ثم روى عن رسول الله صلى الله عليه وسلم اللعن، وساق الحديث (٤). واللعن من أظهر الوعيد، وما اتصل الوعيد به اقتضى ذلك التحريم في النهي، والإيجاب في الأمر.
فهذا أصل الفصل.
١٠٩٤ - ثم أذكر تفصيل مذهب الأئمة، فقالوا: إن قلنا: إن الشعر نجس، فاستصحاب النجاسة في الصلاة محرم، ولا يتلقى من ذلك التحريم في غير الصلاة،
وإن كان الشعر طاهرا، نظر، فإن كان شعر آدمي، فلو أبرزته لزوجها، وكان شعر امرأة، فذلك حرام؛ فإن النظر إلى عضو من أجنبية حرام. وإن كان شعر رجل، فنظرها إلى شعر أجنبي، ومسها إياه حرام. فهذا مأخذ.
[وللنظر] (١) فيه مضطرب؛ فإن الأئمة اختلفوا في النظر إلى جزء مفصول من امرأة أجنبية؛ من جهة سقوط الحرمة، وعلى هذا (٢) بنوا بطلان الطهارة بمس الذكر المبان، فهذا فن.
وقد يرد عليه أنها لو وصلت بشعرها شعر امرأة من محارم الزوج والزوجة، وينتشر الكلام ويخرج عن الضبط.
وذهب بعض الأئمة في مذهب آخر فقالوا: إن لم تكن ذات زوج (٣ فهذا التزين تعرض منها للتهم، وتهدف للريب، فلا يجوز، وإن كانت ذات زوج ٣) ولبست على زوجها، وخيلت إليه أنه من شعرها، لم يجز.
وإن ذكرت له وكان الشعر شعر بهيمة، وكان طاهرا في نفسه، ففي المسألة وجهان: أحدهما - لا يجوز؛ لعموم نهيه ولعنه.
والثاني - وهو الأصح أنه يجوز؛ لأنه تزين منها بحلال، واستمالة لقلب الزوج.
قال الصيدلاني: وكذلك ما يشبه هذا من تحمير الوجنة، وما يشبهه مما يخيل أمرا في الخلقة.
١٠٩٥ - والذي يتحصل من مجموع ذلك أن ما يقع من مجموع هذه الصورة مستندا إلى أصل، كاستصحاب نجاسة في الصلاة، أو كإبداء عضو لمن يحرم عليه النظر،
على ما سبق الإيماء إليه، فلا شك في التحريم، وإن كانت برزة [مربأة] (١) للأجانب، فلا شك في تأكد الوعيد والتحريم.
فيبقى أن تتزين وتستحلي، ولا تكون ذات زوج، [أو كانت ذات زوج، فتلبس عليه أو تذكر له، فإن لم تكن ذات زوج] (٢) فقد حرم الأئمة لما فيه من الريبة؛ إذ يستحيل أن يحمل نهي رسول الله صلى الله عليه وسلم على التي تتبرج؛ فإنها متعرضة من جهة تبرجها لسخط الله ولعنته، فلا يليق بنظم الكلام أن يذكر من أمرها التبرج، ويذكر الوصل. ويمكن أن نتمثل في ذلك بقوله صلى الله عليه وسلم: "ليس للقاتل من الميراث شيء" (٣) ثم قال الأئمة: من قتل مورثه خطأ حرم ميراثه؛ من حيث إنه متعرض للريبة، كذلك المستحلية، بل هي أقرب إلى التهمة وإن فعلت ذلك ملبسة، فقد قطع الأئمة بالتحريم؛ من جهة أنها محتكمة على قلب الزوج بزور وغرور وباطل، وقد قال صلى الله عليه وسلم: "المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور" (٤) وأراد
صلى الله عليه وسلم أن الذي يتزيا للشهادة (١) بالزور كالذي يري من نفسه بتغيير الخلقة ما لم يخلقه الله تعالى.
ويمكن أن يقرب ذلك من تحريم التصوير.
وأما إذا ذكرت للزوج، فهو على الخلاف، وينبغي عندي أن يختص الخلاف بالوصل لمكان النهي، ثم تردد الأئمة فيه يشبه ترددهم في أن من قتل قصاصا مورثه هل يحرم؟ ووجه الشبه أن من أصحابنا من يتعلق بظاهر الخبر، إذ قال صلى الله عليه وسلم: "ليس للقاتل من الميراث شيء"، ومنهم من يتعلق بالمعنى، ولا يرى للتهمة في قتل القصاص موضعا. ثم يبعد الخلاف في تحمير الوجه بإذن الزوج؛ إذ ليس فيه خبر، وقد يحمر الوجه لعارض غضب أو فرع أو كد وإسراع في المشي.
وأما تطويل الشعر، فإنه تغيير في الخلقة في الحقيقة.
ولست أرى تسوية الأصداغ، وتصفيف الطرر محرما. وتجعيد الشعر قريب من تحمير الوجه.
والصيدلاني أجرى الخلاف في التحمير كما ذكرته.
فهذا منتهى الكلام في ذلك.

📘بحر المذهب للرويانى ١٩٦_١٩٨ مكتبة الشاملة

مسألة: قال: " ولا تصل المرأة شعرها بشعر إنسان، ولا بشعر ما لا يؤكل".
الفصل
وهذا كما قال: كل شعر نجس لا يجوز للمرأة أن تصل به شعرها، لأن فيه استصحاب النجاسة، ولا تجوز الصلاة مع شعر نجس، فإن فعلت وجب عليها قلعه، فإن لم تفعل أجبرت عليهء وكل شعر طاهر، هل يجوز للمرأة وصل شعرها به، فإن لم يكن لها زوج ولا سيد لا يجوز لها ذلك [١٧٦ أ / ٢]، وتأثم بذلك، لأنه تدليس على طالبها، لأن الرجال يرغبون في كثرة الشعر.
وقد قال - صلى الله عليه وسلم -: "من غشنا فليس منا". وان كان لها زوج فوصلت به لتتزين له، جاز ذلك لها، وذكر بعض أصحابنا: أنه يكره لها ذلك على معنى أنها لا تأثم، ولا تعصي، إذا لم يكن قصدها التغرير، وهو القياس عندي.
وقال أحمد: "يكره لها ذلك، وإن كان لها زوج" لعموم الخبر، وحكى أبو داود عنه أنه قال: "لا بأس بالقرامل" وحكي هذا عن سعيد بن جبير، والقرامل: ما يوصل

بالذوائب حتى تطول. وهذا غلط، لأنه شعر طاهر، وليس في شده غش، ولا تدليس، فلا وجه للمنع منه.
والأصل في كراهة الوصل ما روي أن امرأة قالت: يا رسول الله إن ابنتي أصابتها علة فتمزق شعرها، أفلا أصل فيه؟ فقال النبي - صلى الله عليه وسلم -: "لعنت الواصلة والمستوصلة". وروي عن ابن مسعود رضي الله عنه أنه قال: "ألا ألعن من لعن الله في كتابه، لعن الله الواصلة والمستوصلة، والواشمة والمستوشمة، والواشرة والمستوشرة"، فرجعت امرأة معنية بأمر دينها فقرأت القرآن، فرجعت إلى ابن مسعود، وقالت: قرأت ما بين الدفتين، فلم أجد ما قلت، فقال: لو قرأتيه لوجدتيه، الم تسمعي الله تعالى يقول: {وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا} [الحشر: ٧]؟ وقد لعن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - الواصلة والمستوصلة"، الخبر.
وروي أنه قال: "لعن الله الواشرة والمستوشرة، والنامصة والمتنمصة، والعاضهة والمستعضهة، والمغلجة للحسن والمغيرة خلق الله"، فقال: وأراد بالواصلة: واصلة الشعر. والمستوصلة: طالبة الوصل، والواشمة: التي تجعل في وجهها خالا للحسن، وقيل: التي تنقش يديها وتسمه بالخضرة، وربما تسقيه العظلم، وأما الوشم بالحناء والخضاب حلال، وأراد بالمستوشمة طالبة الوشم، وأراد بالواشرة: التي تبرد الأسنان بحديدة لتحديدها وزينتها، وأراد بالنامصة: [١٧٦ ب / ٢] التي تأخذ الشعر من حول الحاجبين وأعالي الجبهة. وقيل: التي تدقق حاجبيها وترققه للجمال، وهو قريب مما تقدم، والمفلجة للحسن: التي تبرد أسنانها لتفليجها. والعاضهة: التي تقع في الناس.
وقال بعض أصحابنا بخراسان: إن وصلت بشعر الآدمي لا يجوز بحال، لأنه وان كان شعر امرأة لا يحل للزوج النظر إليه، لأنه عضو من أجنبية. وقيل: يجب دفنه ومواراته حتى قلامة ظفر يجب دفنها. وان كان شعر رجل لم يجر لها أن تستصحبه، وإن وصلت بشعر طاهر لا من آدمي، فالتفصيل فيه كالتفصيل في التطريف والنقوش بالحنا وتحمير الوجه بالحمرة، ونمش الحاجبين بالواد، فإن كانت تبرز لغير زوجها لا يجوز، وان كانت لا تبرز لغيره، ولم يعلم به الزوج لا يجوز لقوله - صلى الله عليه وسلم -: "المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور"، وإن علم الزوج به ورضي، فيه وجهان:
أحدهما: يجوز، لأن فيه استمالة قلبه.
والثاني: لا يجوز لعموم النهي، وقال بعض أصحابنا: مفهوم كلام الشافعي الجواز، لأنه خص شعر الآدمي وشعر ما لا يؤكل لحمه عن الوصل، فدل أن بغيره يجوز.
وقال الإمام أبو يعقوب الأبيوردي: إنما خص شعر الآدمي لنجاسته في أحد القولين، وهذا أشبه عندي، ولكنه رجع عن هذا القول على ما رواه إبراهيم البلدي عنه، فهو قول مرجوح لا اعتبار به.
فرع
لو وصلت شعرها بوتر أو بشيء يخالف لونه لون شعرها. قال أصحابنا: يجوز، لأنه لا خديعة فيه، وهذا عندي إذا كان طاهرا لا يحصل به الغرور، وأما إذا كانت متقنعة ينظر إلى رأسها ويغتر. بكبر ذلك بالموصول، فهو منهي أيضا.

📕الوسيط في المذهب ٢ ص ١٦٨- ١٧٠ مكتبة الشاملة

المسألة الثانية في وصل الشعر

وقد قال صلى الله عليه وسلم لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة والواشرة والمستوشرة

الوشر تحديد أطراف السن
والوشم نفر الأطراف بالحديدة وتسويدها
وأما الوصل فإن كان الشعر نجسا فهو حرام وإن كان شعر آدمي
فإن كان شعر امرأة أجنبية فيحرم لأن زوجها ينظر إليها وإن كان شعر رجل حرم عليها النظر فيه على قولنا بتحريم النظر إلى العضو المبان وإن كان شعر

بهيمة فإن لم تكن ذات زوج فهي متعرضة للتهمة فيحرم عليها وإن كانت ذات زوج يحرم للخداع ولقوله عليه الصلاة والسلام المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور وإن كان بإذن الزوج فوجهان
أحدهما المنع لعموم الحديث ولأن ذلك تصرف في الخلقة بالتغيير
والثاني الجواز وهو القياس إذ لا معنى للتحريم إلا سبب التزوير
ولا خلاف في جواز تجعيد الشعر وتصفيف الطرة وفي إلحاق تحمير الوجنة بوصل الشعر تردد للصيدلاني

📕تحفة الفقهاء ٣ ص ٤٣٤ مكتبة الشاملة

ويكره للمرأة أن تصل شعرها المقطوع بشعرها وكذا بشعر غيرها لقوله عليه السلام لعن الله الواصلة والمستوصلة
ولا بأس بأن تصل شعرها بشعر البهيمة لأن ذلك من باب الزينة وهي غير ممنوعة عنها للزوج

📙البيان فى المذهب الامام الشافعي ٢ ٩٥ مكتبة الشاملة

فرع وصل الشعر]
] : قال الشافعي - رحمه الله -: (ولا تصل المرأة شعرها بشعر إنسان، ولا بشعر ما لا يؤكل لحمه بحال) .
وهذا كما قال: لا يجوز للمرأة أن تصل شعرها بشعر نجس.
والدليل عليه: ما روت أسماء: «أن امرأة أتت النبي - صلى الله عليه وسلم -، فقالت: يا رسول الله إن ابنتي أصابتها حصبة فتمزق شعرها، أفأصله؟ فقال - صلى الله عليه وسلم -: " لعن الله الواصلة والمستوصلة، والواشمة، والمستوشمة، والنامصة والمتنمصة، والمفلجة للحسن، والمغيرة خلق الله، والمتشبهين من الرجال بالنساء، والمتشبهات من النساء بالرجال» .
فأما (الواصلة) : فهي المرأة التي تصل الشعر لغيرها.
وأما (المستوصلة) : فهي التي يوصل لها الشعر.
قال في " الإفصاح ": وقيل: إن الواصلة: هي التي تصل بين الرجال والنساء. والأول أشهر.

📙فتح العزيز شرح الوجيز ٤ ص ٢٩ -٣٠ مكتبة الشاملة

قال (الثانية قال صلي الله عليه وسلم " لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة والواشرة والمستوشرة وعلة تحريم الوصل ان الشعر أما ان يكون نجسا أو شعر اجنبي لا يحل النظر إليه وان كان

مبانا علي احد الوجهين فان كان شعر بهيمة ولم تكن المرأة ذات زوج فهى متعرضة للتهمة وان كانت ذات زوج فهى ملبسة عليه فان كان باذن الزوج لم يحرم على اقيس الوجهين وفى تحمير الوجنة تردد في الحاقه بالوصل) * المسألة الثانية وصل الشعر والاصل فيه ما روى عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال " لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة والواشرة والمستوشرة " قال علماء العرب الواصلة هي التي تصل الشعر بشعر آخر والمستوصلة هي التي تسأل أن يفعل بها ذلك والوشم غرز ظهر الكف ونحوه بالابرة واشباعه بالعظلم ونحوه حتي يخضر والواشمة هي التى تفعل ذلك والمستوشمة هي التي تفعل بها والواشرة التى تشر الاسنان حتى يكون لها اشر وهو التحدد والرقة في طرف..الخ

Wallahu a'lam bish-shoowwab
diskusihukumfiqh212.blogspot.com
hikmahdhf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar